Syarah Do’a Qunut oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin (5) Kebaikan Taqdir

 

[وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ] “Dan peliharalah kami dari keburukan (taqdir) yang telah engkau tetapkan.” Allah akan menetapkan taqdir dengan kebaikan dan dengan keburukan.

 

Adapun ketetapan (taqdir)Nya dengan kebaikan maka itu adalah kebaikan murni dan ketetapan dan yang ditetapkan (taqdirnya).

 

 Contoh: Allah menetapkan (taqdir) manusia dengan rizqi yang lapang, keamanan, ketentraman, hidayah dan pertolongan ….. hingga akhir.

 

Maka ini adalah kebaikan di dalam ketetapan dan yang ditetapkan (taqdirnya).

 

Adapun ketetapan (taqdir)Nya dengan keburukan, maka ia adalah kebaikan pada ketetapan (taqdir tersebut), dan keburukan bagi yang ditetapkan (taqdirnya).

 

Contohnya: paceklik, tertahannya air hujan; maka ini adalah keburukan, akan tetapi ketetapan (taqdir) Allah dengannya adalah kebaikan.

 

Allah subhaanahu wata’aalaa berfirman:

 

ظَهَرَ ٱلفَسَادُ فِي ٱلبَرِّ وَٱلبَحرِ بِمَا كَسَبَت أَيدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرجِعُونَ

 

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41)

 

Ketatapan (taqdir) ini memiliki tujuan yang terpuji, yaitu kembali kepada Allah subhaanahu wata’aalaa dari bermaksiat kepada-Nya kepada mentaati-Nya. Maka jadilah yang ditakdirkan itu sebagai keburukan, dan jadilah ketapan (taqdir)  itu sebagai kebaikan.

 

Dan kita katakan [شَرَّ مَا قَضَيْتَ] “keburukan (taqdir) yang telah engkau tetapkan.” Dan huruf maa disini adalah isim maushul, yaitu keburukan yang telah Engkau putuskan, maka sesungguhnya Allah subhaanahu wata’aalaa kadang menetapkan dengan keburukan untuk suatu hikmah yang dalim lagi terpuji.

 

[إِنَّكَ تَقْضِيْ وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ] “Sesungguhnya Engkau menetapkan (taqdir) dan tidak akan ditetapkan (suatu taqdir) atas-Mu”, maka Allah mentapkan taqdir segala sesuatu, dikarenakan milik-Nyalah segalah hukum yang sempurna lagi menyeluruh.

 

[وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ] “..dan tidak akan ditetapkan (suatu taqdir) atas-Mu”, maka tidak ada seorangpun yang memberikan keputusan bagi Allah; maka para hamba tidak akan menetapkan hukum bagi Allah, dan Allah lah yang akan menetapkan hukum bagi mereka. Para hamba-lah yang akan ditanya tentang apa yang telah mereka kerjakan; sementara Dia subhaanahu wata’aalaa:

 

لَا يُسئَلُ عَمَّا يَفعَلُ وَهُمۡ يُسئَلُونَ 

 

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiyaa`: 23)

 

[إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ] “Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah engkau lindungi, dan tidak akan mulia orang yang telah engkau musuhi” maka jika Allah subhaanahu wata’aalaa memberikan perlindungan,  maka orang itu tidak akan terhina, dan jika Allah memusuhi manusia, maka manusia itu tidak akan mulia.

 

Dan maknya adalah sesungguhnya kita mencari kemuliaan dari sisi Allah, dan kita tidak berlindung dari kehinaan kecuali kepada Allah . Selesai.

 

Insyaallah, masih ada pembicaraan bersama tema “Kesalahan-Kesalahan Khusus Berkaitan Dengan Kaum Wanita”.

 

(Diterjemahkan oleh Muhammad Syahri dari kitab Akhthaa-unaa Fii Ramadhaan; al-Akhthaa` al-Khaashshah Bishalaatil Witri Wa Du’aa-i al-Qunuuti Fiihaa, Syaikh Nada Abu Ahmad)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *