Duduk Di Antara Dua Khutbah

 

oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy

 

HADITS IBNU UMAR radhiyallaahu ‘anhuma

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: «كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قَائِمًا، ثُمَّ يَجْلِسُ، ثُمَّ يَقُومُ» قَالَ: كَمَا يَفْعَلُونَ الْيَوْم

 

Dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma, dia berkata: “Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berkhutbah pada hari jum’ah dengan berdiri, kemudian beliau duduk, kemudian beliau berdiri”.

 

Dia (Ibnu Umar) berkata: “Sebagaimana mereka melakukan pada hari ini”.([1])

 

HADITS JABIR BI SAMUROH radhiyallaahu ‘anhu 

 

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ، قَالَ: «رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قَائِمًا، ثُمَّ يَقْعُدُ قِعْدَةً لَا يَتَكَلَّمُ، ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ خُطْبَةً أُخْرَى»، فَمَنْ حَدَّثَكُمْ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْطُبُ قَاعِدًا فَقَدْ كَذَبَ

 

Dari Jabir bin Samuroh, dia berkata: “Aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam khutbah pada hari jum’at dengan berdiri, lalu duduk sebentar, tidak berbicara, lalu berdiri lagi dan berkhutbah dengan khutbah yang lain.

 

Siapa saja memberitakan kepadamu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dengan duduk, maka dia telah berdusta”.([2])

 

FAWAID HADITS:

 

Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari haditshadits ini, antara lain:

 

1- Khutbah jum’ah dilakukan dengan berdiri dan diselingi dengan duduk.

 

2- Duduk di antara dua khutbah hanya sebentar, dan khotib tidak berbicara, sehingga tidak ada bacaan khusus padanya.

 

3- Termasuk kesalahan yang dilakukan di sebagian masjid, saat khothib duduk di antara dua khutbah, seorang jama’ah berteriak mengucapkan sholawat Nabi.

 

4- Kaum muslimin harus beribadah dengan ikhlas dan sesuai tuntunan, bukan dengan kebodohan, hawa nafsu, dan perkara baru yang tidak dituntunkan.

 

5- Mengikuti kebiasaan ibadah para Sahabat Nabi, sebab mereka adalah generasi manusia paling baik.

 

6- Sebagain orang berdusta atas nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, baik dengan sengaja atau tidak sengaja.

 

Inilah sedikit penjelasan tentang haditshadits yang agung ini. Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.

 

Ditulis oleh Muslim Atsari,

Sragen, Dhuha, Sabtu, 27-Jumadal Ula-1443 H / 1-Januari-2022 M

 

_____________________

Footnote:

([1]) HR. Al-Bukhori, no. 920, 928,; Muslim, no: 861/33; Tirmidzi, no. 506; An-Nasai, no. 1416; Ibnu Majah, no. 1103; Ahmad, no. 4919, 5657, 5726; Ibnu Khuzaimah, no. 1446; ini lafazh Muslim

([2]) HR. An-Nasai, no. 1417, 1583; Abu Dawud, no. 1095; Ahmad, no. 20833, 20945; Ibnu Khuzaimah, no. 1447. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Abi Dawud. Dishohihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth di dalam Takhrij Musnad Ahmad. Dishohihkan oleh Syaikh Al-A’zhomiy di dalam Takhrij Shohih Ibni Khuzaimah

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *