Kesalahan-Kesalahan Khusus Berkaitan Dengan Shalat Witir (9)

9. Melebihi bacaan yang telah diriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di dalam shalat witir.

 

Terdapat orang yang shalat witir dengan tiga rakaat, pada rakaat pertama dia membaca surat al-A’laa, pada rakaat yang kedua membaca al-Kaafiruun, dan pada rakaat yang ketiga membaca al-mu’awwidzaat (qul huwallaahu ahad, dan al-Mua’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas)). Dan tentangnya, mereka bersandar kepada hadits yang dikeluarkan oleh al-Hakim, ad-Daraquthni dan Ibnu Hibban dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, dia berkata,

 

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ يُوتِرُ  بَعْدَهُمَا بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى ، وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ، وَيَقْرَأُ فِي الْوِتْرِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ، وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ، وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

 

“Bahwa Rasulullah H biasa membaca pada dua rakaat yang beliau akan witir setelah keduanya dengan sabbihismarabbikal a’laa dan qul yaa ayyuhal kaafiruun, lalu beliau membaca di dalam shalat witir (dengan) qul huwallaahu ahadun, qul a’uudzu birabbil falaqi, dan qul a’uudzu bi rabbinnaas.” (Hadits shahiih tanpa penyebutan al-mua’wwidzatain, dan hadits tersebut dha’if dengan lafazh yang sempurna ini.) ([1])

 

Yang benar adalah membatasi diri sesuai dengan sunnah yang datang dengannya, yaitu pada rakaat yang pertama membaca surat al-A’laa, pada rakaat yang kedua membaca surat al-Kaafiruun, dan pada rakaat yang ketiga membaca surat al-Ikhlash saja tanpa al-mua’wwidzatain.

 

At-Tirmidzi, dan an-Nasa’iy telah mengeluarkan hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, dia berkata,

 

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِيْ الْوِتْرِ بِـ{سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى}، وَ{قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ}، وَ{قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ}، فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ.

 

“Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, di dalam shalat witir beliau membaca sabbihisma rabbikal a’laa, qul yaa ayyuhal kaafirun, dan qul huwallaahu ahadun pada setiap rakaat.” ([2]) (maksudnya adalah pada setiap rakaatnya satu surat tersebut)

 

(Diterjemahkan oleh Muhammad Syahri dari kitab Akhthaa-unaa Fii Ramadhaan; al-Akhthaa` al-Khaashshah Bishalaatil Witri Wa Du’aa-i al-Qunuuti Fiihaa, Syaikh Nada Abu Ahmad)

 

_____________________________________________________________

Footnote:

([1]) HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak (3922), ad-Daraquthni (1649), Ibnu Hibban (2432)

([2]) HR. An-Nasa-iy (1702), Ahmad (2720), at-Tirmidzi (462, 463), Ibnu Majah (1172, 1173), Abu Ya’la (3555), Ibnu Hibban (2448), lihat Shifat as-Shalat hal. 122, lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (27/117)-pent

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *