وَلاِبْنِ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ حُذَيْفَةَ: أَنَّهُ رَأَى رَجُلًا فِي يَدِهِ خَيْطٌ مِنَ الحُمَّى، فَقَطَعَهُ، وَتَلاَ قَوْلَهُ: {وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ}
Dan Riwayat milik Ibnu Abi Hatim dari Hudzaifah, bahwa dia pernah melihat seorang lelaki, pada tangannya ada tali (jimat untuk melindungi dari) dari demam, maka Hudzaifah pun memotongnya, kemudian membaca firman-Nya, “Dan tidaklah mayoritas mereka beriman kepada Allah, melainkan mereka berbuat kesyirikan.” (QS. Yusuf: 106)
Kosakata:
(وَلاِبْنِ أَبِي حَاتِمٍ): yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, pemilik kitab al-Jarhu wa at-Ta’diil.
(عَنْ حُذَيْفَةَ): dia adalah Ibnu al-Yaman al-‘Absiy, sekutu kaum Anshar, seorang sahabat yang agung, termasuk orang-orang terdahulu masuk Islam, meninggal tahun 36 H, semoga Allah meridhainya.
(مِنَ الحُمَّى): yaitu demam, hingga demam tidak akan mengenainya menurut klaimnya.
(وَتَلاَ): yaitu membaca ayat; dengan berdalil dengannya atas pengingkarannya terhadap apa yang telah dia lihat.
Makna atsar secara global:
Bahwasannya Hudzaifah bin al-Yamaan radhiyallaahu ‘anhu melihat seorang lelaki telah mengikatkan seutas tali di lengannya, yang dengannya dia berlindung dari penyakit demam, maka Hudzaifah pun menyingkirkannya darinya seraya mengingkari perbuatannya ini, lalu berdalil dengan ayat yang Allah telah kabarkan di dalamnya bahwa orang-orang musyrik menggabungkan antara pengakuan terhadap tauhid rububiyah dan syirik di dalam peribadatan.
Hubungan persesuaian atsar dengan bab:
Bahwasannya di dalamnya terdapat penggolongan pemakaian tali -untuk menolak penyakit- adalah kesyirikan, yang wajib mengingkarinya.
Faidah-faidah dari atsar tersebut:
- Mengingkari pemakaian tali untuk mengangkat balak, atau menolaknya, dan bahwa hal itu adalah kesyirikan.
- Wajibnya menyingkirkan kemungkaran bagi orang yang mampu untuk menyingkirkannya.
- Keabsahan berdalil dengan apa yang telah turun tentang syirik besar atas syirik kecil, karena cakupan syirik besar itu bagi syirik kecil.
- Bahwasannya orang-orang musyrik mengakui tauhid rububiyah, dan sekalipun demikian mereka adalah orang-orang musyrik, dikarenakan mereka tidak memurnikan peribadatan (hanya untuk Allah).
Sumber: at-Ta’liiq al-Mukhtashar al-Mufiid, Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan