Pada sepuluh awal Dzulhijjah dan hari-hari tasyriq terdapat anjuran banyak berdzikir, termasuk bertakbir.
Para ulama menjelaskan bahwa ada dua takbir, yaitu takbir mutlaq dan takbir muqoyyad.
Takbir mutlaq yaitu takbir setiap saat dan tempat semenjak tanggal 1 Dzulhijjah sampai 13 Dzulhijjah.
Sedangkan takbir muqoyyad artinya takbir yang waktunya ditentukan, yaitu setiap bakda sholat wajib mulai bakda Subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai bakda Ashar tanggal 13 Dzulhijjah.
Dalil Takbir Mutlaq Dari Al-Qur’an
Allah subhaanahu wata’aalaa berfirman:
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak”. (QS. Al-Hajj/22: 28)
Allah subhaanahu wata’aalaa juga berfirman:
وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang”. (QS. Al-Baqoroh/2: 203)
Imam Al-Bukhori rahimahullah berkata:
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: ” وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ: أَيَّامُ العَشْرِ، وَالأَيَّامُ المَعْدُودَاتُ: أَيَّامُ التَّشْرِيق”
Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma berkata: “Berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang telah ditentukan’, maksudnya sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah. Sedangkan “beberapa hari yang terbilang”, adalah hari-hari tasyriq. (Shohih Al-Bukhori, 2/20)
Dalil Takbir Mutlaq Dari Al-Hadits
Dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ، وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ، وَالتَّكْبِيرِ، وَالتَّحْمِيدِ»
“Tidak ada hari yang paling agung dan lebih dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid”. (HR. Ahmad, no. 5446, 6154; dishohihkan syaikh Syu’aib al-Arnauth, yakni shohih lighoirihi)
Dalil Takbir Mutlaq Dari Amalan Sahabat
Dzikir mutlaq ini diamalkan oleh para Sahabat Nabi, sebagaimana disebutkan di dalam banyak riwayat:
Imam Al Bukhari rahimahullah mengatakan:
وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ المَسْجِدِ، فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا
“Dahulu Umar (bin Al-Khaththab) pernah bertakbir di kemahnya di Mina dan didengar oleh orang yang berada di masjid. Akhirnya mereka semua bertakbir dan orang-orang yang berada di pasar-pun ikut bertakbir. Sehingga Mina berguncang dengan takbir.” (Shohih Al-Bukhori, 2/20)
Imam Al Bukhari rahimahullah juga mengatakan:
«وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُكَبِّرُ بِمِنًى تِلْكَ الأَيَّامَ، وَخَلْفَ الصَّلَوَاتِ وَعَلَى فِرَاشِهِ وَفِي فُسْطَاطِهِ وَمَجْلِسِهِ، وَمَمْشَاهُ تِلْكَ الأَيَّامَ جَمِيعًا»
“Dahulu Ibnu ‘Umar bertakbir di Mina pada hari-hari (tasyriq) itu, setelah sholat-sholat, di tempat tidurnya, di tendanya, di majelisnya, dan tempat berjalannya pada hari-hari (tasyriq) itu semua”. (Shohih Al-Bukhori, 2/20)
Imam Al-Bukhori rahimahullah juga mengatakan:
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، وَأَبُو هُرَيْرَةَ: «يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِي أَيَّامِ العَشْرِ يُكَبِّرَانِ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا» وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ
“Dahulu Ibnu Umar dan Abu Hurairah pergi ke pasar pada sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah, mereka berdua bertakbir, dan orang-orang bertakbir disebabkan mendengar takbir mereka berdua. Muhammad bin Ali juga bertakbir setelah sholat nafilah (sunnah)”. (Shohih Al-Bukhori, 2/20)
Qoul (Perkataan) An-Nawawi
Imam An-Nawawi (wafat th. 676 H) berkata:
أَنَّ التَّكْبِيرَ الْمُطْلَقَ وَالْمُقَيَّدَ كِلَاهُمَا مَشْرُوعٌ فِي الْأَضْحَى وَهَذَا لَا خِلَافَ فِيهِ بَلْ كُلُّ الْأَصْحَابِ مُصَرِّحُونَ بِاسْتِحْبَابِهِمَا
Takbir mutlaq dan takbir muqoyyad keduanya disyari’atkan di waktu ‘idul adh-ha, dan ini tidak ada perselisihan padanya. Bahkan semua sahabat kami (ulama Syafi’iyyah) menyatakan dengan terang, keduanya mustahab (sunnah)”. (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, 5/41)
LAFAZH TAKBIR
Tidak terdapat riwayat yang shohih lafadz takbir ‘idul fithri atau ‘idul adh-ha yang tertentu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Yang ada, beberapa riwayat dari beberapa sahabat.
Dan yang paling terkenal adalah takbir Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Riwayat dari beliau ada 2 lafadz takbir:
أ- اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
ب- اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
a) Allahu Akbar Allahu Akbar Laa ilaha illallaha, waAllahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
b) Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Laa ilaha illallaha Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
“Artinya : Allah Maha Besar Allah Maha Besar,Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan untuk Allah segala pujian”. (Riwayat Ibnu Abi Syaibah 2/168 dengan isnad yang shahih)
Keterangan:
Lafadz: “Allahu Akbar” pada takbir Ibn Mas’ud boleh dibaca dua kali atau tiga kali. Semuanya diriwayatkan Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf.
Demikian sedikit penjelasan tentang takbir mutlaq, sehingga bisa menjadi pencerahan untuk mengamalkannya. Wallohu ‘Alam.
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Rabu Bakda Zhuhur, 2-Dzulhijjah-1444 H / 21-Juni-2021