Barangsiapa ridha dengan apa yang Allah berikan kepadanya, maka dia menjadi manusia yang paling kaya. Dan barangsiapa tidak ridha dan keluar dari batasan-batasan-Nya, maka sungguh dia merugi lagi gagal, dan tidak akan bisa menambah lebih dari rizqi yang telah Allah tetapkan untuknya.
Allah ﷻ berfirman,
۞وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي ٱلأَرضِ إِلَّا عَلَى ٱللهِ رِزقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya…” (QS. Huud: 6)
Nabi ﷺ bersabda,
«لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ»
“Tidaklah kekayaan itu adalah karena banyaknya materi, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.”([1])
Dan beliau ﷺ bersabda juga,
«قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ»
“Sungguh telah beruntung orang yang telah masuk Islam, lalu dia diberi rizqi yang cukup, lalu dibuat oleh Allah bisa qana’ah dengan apa yang telah Dia berikan kepadanya.”([2])
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote: