Menuduh Zina
وَأَلْفَاظُ الْقَذْفِ وَهِيَ كَثِيْرَةٌ حَاصِلُهَا كُلُّ كَلِمَةٍ تُنْسَبُ إِنْسَانًا أَوْ وَاحِدًا مِنْ قَرَابَتِهِ إِلىَ الزِّنَا فَهِيَ قَذْفٌ لِمَنْ نُسِبَ الزِّنَا إِلَيْهِ إِمَّا صَرِيْحًا مُطْلَقًا أَوْ كِنَايَةً بِنِيَّةٍ وَيُحَدُّ الْقَاذِفُ إِلىَ ثَمَانِيْنَ جَلْدَةً وَالرَّقِيْقُ نِصْفُهَا.
“Dan ucapan-ucapan penuduhan zina, dan bentuk banyak; yang kesimpulannya adalah setiap kalimat yang dinasabkan kepada seseorang atau salah seorang dari kerabatnya kepada perzinahan. Yaitu berupa tuduhan zina kepada yang dinasabkan perzinahan kepadanya, baik secara terang-terangan lagi mutlaq, atau kiasan dengan niat menuduh zina. Dan orang yang menuduh zina di hukum had cambuk delapan puluh kali, dan yang budak dihukum had separuhnya.”
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَرمُونَ ٱلمُحصَنَٰتِ ٱلغَٰفِلَٰتِ ٱلمُؤمِنَٰتِ لُعِنُواْ فِي ٱلدُّنيَا وَٱلأٓخِرَةِ وَلَهُم عَذَابٌ عَظِيم ٢٣
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,” (QS. an-Nuur: 23)
Allah ﷻ juga berfirman:
وَٱلَّذِينَ يَرمُونَ ٱلمُحصَنَٰتِ ثُمَّ لَم يَأتُواْ بِأَربَعَةِ شُهَدَآءَ فَاجلِدُوهُم ثَمَٰنِينَ جَلدَةً وَلَا تَقبَلُواْ لَهُم شَهَٰدَةً أَبَدًاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلفَٰسِقُونَ ٤
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. an-Nuur: 4)
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ» قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: «الشِّرْكُ بِاللهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ»
“Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan.’ Maka dikatakan, ‘Wahai Rasulullah, apakah ketujuh perkara tersebut?’ Maka beliau bersabda, ‘Mensekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan perang, dan menuduh zina wanita yang lalai dari maksiat lagi beriman.”([1])
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ»
“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan orang yang berhijrah itu adalah orang meninggalkan apa yang Allah melarang darinya.”([2])
Nabi ﷺ bersabda,
«ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ»
“Semoga engkau ditinggal mati ibumu, wahai mu’adz, tidaklah yang menyebabkan manusia dijerembabkan batang hidungnya (di neraka) pada hari kiamat, melainkan disebabkan lidah mereka.?’([3])
Allah ﷻ berfirman:
وَٱلَّذِينَ يُؤذُونَ ٱلمُؤمِنِينَ وَٱلمُؤمِنَٰتِ بِغَيرِ مَا ٱكتَسَبُواْ فَقَدِ ٱحتَمَلُواْ بُهتَٰنًا وَإِثمًا مُّبِينًا ٥٨
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. al-Ahzab: 58)
Nabi ﷺ bersabda:
«مَنْ قَذَفَ مَمْلُوكَهُ بِالزِّنَا، يُقَامُ عَلَيْهِ الْحَدُّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ كَمَا قَالَ»
“Barangsiapa menuduh zina seorang budak, maka akan ditegakkan hukum had padanya pada hari kiamat, kecuali dia (yang dituduh) seperti yang dia katakan.”([4])
(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote:
([1]) HR. al-Bukhari (2615, 6465) Muslim (89)
([2]) HR. al-Bukhari (6119) Muslim (40)
([3]) HR. at-Turmudzi (2626), dan beliau berkata hadits hasan shahih; Ibnu Majah (3973), An-Nasaiy (11394), Shahiih al-Jaami’ (5136), as-Shahiihah dibawah hadits (1122), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (2866) lihat juga al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (6/283)
([4]) HR. al-Bukhari (6466) Muslim (1660)