Maksiat Lisan: Berbohong

 

Berbohong

وَالْكِذْبُ وَهُوَ الْكَلاَمُ بِخِلاَفِ الْوَاقِعِ وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ.

“Dan berdusta, yaitu ucapan berbeda dengan kenyataan, serta sumpah palsu.”

 

Allâh berfirman:

 

وَلَا تَقفُ مَا لَيسَ لَكَ بِهِۦ عِلمٌ

 

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (Q.S. al-Israa’ : 36)

 

Allâh berfirman:

 

مَّا يَلفِظُ مِن قَولٍ إِلَّا لَدَيهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ ١٨

 

 “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf:18)

 

Dari Ibnu Mas’ûd radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Rasûlullâh bersabda:

 

« إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدّيقاً، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّاباً »

 

“Sesungguhnya kejujuran menuntun kepada kebajikan (al-Birr)([1]), dan sesungguhnya kebajikan (ketaatan) itu dapat menghantarkan kepada Surga, dan sesungguhnya seorang  itu akan berlaku jujur([2]) hingga dicatat oleh Allâh sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan itu menyeret kepada kejahatan (fujuur), dan sesungguhnya kejahatan itu dapat menyeret kepada neraka, dan seseorang akan terus berlaku bohong hingga ia dicatat oleh Allâh sebagai pendusta.”([3])

 

Dari Abdullah Ibnu ‘Amr Ibnu `l-‘Ash radhiyallaahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi bersabda:

 

«أَرْبعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ، كَانَ مُنَافِقاً خالِصاً، وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ، كَانَتْ فِيْهِ خَصْلةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا : إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فجَرَ »

 

“Empat hal, barang siapa terdapat pada seseorang, maka ia adalah seorang munafik tulen, dan barang siapa terdapat padanya beberapa hal dari padanya maka berarti ada sebagian sifat munafik padanya sampai dia berhasil menghilangkannya; jika diamanati ia berkhianat, jika bebicara ia dusta, jika berjanji ia ingkari, dan jika berselisih ia curang.”([4])

 

Dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallaahu ‘anhuma, dari Nabi bersabda:

 

« مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ ، كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيْرَتَيْنِ ، وَلَنْ يَفْعَلَ، وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيْثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ، صُبَّ فِيْ أُذُنَيْهِ الْآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ صَوَّرَ صُوْرَةً، عُذِّبَ وَكُلِّفَ أَنْ يَنْفُخَ فِيْهَا الرُّوْحَ وَلَيْسَ بِنَافِخٍ »

 

“Barang siapa yang mengaku bermimpi sesuatu padahal ia tidak memimpikannya, maka ia akan dituntut untuk menyambung antara dua ujung rambut, padahal ia tak akan (bisa) melakukannya, dan barang siapa yang mendengarkan perbincangan suatu kaum yang mereka tidak suka dengannya, niscaya akan ditumpahkan timah panas pada telinganya nanti di hari kiamat, dan barang siapa menggambar sesuatu (yang bernyawa), niscaya akan disiksa dan dituntut untuk menghidupkannya, padahal sekali-kali ia tidak akan bisa menghidupkannya.”([5])

 

تَحَلَّمَ (Tahallama) artinya ia mengaku bermimpi melihat ini dan itu, padahal ia bohong. Dan آنُوْك (Aanuuk) dibaca panjang, dengan nun yang didhammah, dan kaaf tanpa syaddah, artinya timah yang mendidih.

 

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, ia berkata: “Rasûlullâh bersabda:

 

« أَفْرَى الْفِرَى أَنْ يُرِيَ الرَّجُلُ عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَيَا »

 

“Sebesar-besar dusta adalah seseorang yang memaksakan kedua matanya melihat padahal tidak melihat.”([6])

 

Artinya: ia mengatakan: “Aku melihat….” pada sesuatu yang ia tidak melihatnya.

 

Dari Samurah Ibnu Jundub radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Rasûlullâh sering berkata pada sahabatnya:

 

« هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنْ رُؤْيَا؟» فَيَقُصُّ عَلَيْهِ مَنْ شَاءَ اللهُ أنْ يقُصَّ.  وَإنَّهُ قَالَ لَنَا ذَاتَ غَدَاةٍ : « إِنَّهُ أَتَانِيْ اللَّيْلَةَ آتِيَانِ ، وَإِنَّهُمَا قَالَا لِيْ : انطَلِقْ، وَإِنِّي انْطلَقْتُ مَعَهُمَا ، وَإِنَّا أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِصَخْرَةٍ، وَإِذَا هُوَ يَهْوِيْ بِالصَّخْرَةِ لِرَأْسِهِ، فَيثْلَغُ رَأْسُهُ ، فَيَتَدَهْدَهُُ الْحَجَرُ هَاهُنَا . فَيَتَّبِعُ الْحَجَرَ فَيأْخُـذُهُ، فَلَا يَرْجِعُ إِلَيْهِ حَتَّى يَصِحَّ رَأْسُهُ كَمَا كَانَ ، ثُمَّ يَعُودُ عَلَيْهِ ، فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَل المَرَّةَ الْأُوْلَى،» قَالَ : قُلْتُ لَهُمَا : سُبْحانَ اللهِ ، مَا هَذَانِ ؟ قَالَا لِيْ : انْطَلِقْ انْطَلِقْ، فانْطَلَقْنَا.

 

“Apakah seorang di antara kalian ada melihat sebuah mimpi?” Maka berceritalah kepada beilau orang yang dikehendaki Allâh untuk bercerita, dan beliau berkata berkata pada kami di pagi hari: “Sesungguhnya semalam aku didatangi dua orang, dan mereka berkata kepadaku: “Pergilah (ikutlah dengan kami)!” maka aku pergi bersama keduanya dan kami mendatangi seorang yang tengah berbaring, dan tiba-tiba ada seseorang yang berdiri didekat kepalanya dengan membawa sebongkah batu besar, dan tiba-tiba pula ia jatuhkan batu besar tadi ke atas kepala orang yang tidur, maka remuklah kepalanya, dan menggelindinglah batu tadi, kemudian ia kembali memungut batu tersebut tetapi tidak bisa diraih sampai kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula, setelah batu diraih iapun segera kembali pada orang yang berbaring dan melakukan seperti apa yang ia lakukan pada kali pertama. Aku berkata kepada keduanya: “Maha suci Allâh, apa ini?” Keduanya menjawab: “Sudahlah lanjutkan perjalanan!” Maka kamipun pergi.

 

فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُسْتَلْقٍ لِقَفَاهُ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِكَلُّوبٍ مِنْ حَدِيدٍ، وَإِذَا هُوَ يَأْتِي أَحَدَ شِقَّيْ وَجْهِهِ فَيُشَرْشِرُ شِدْقَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَمَنْخِرَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيْنَهُ إِلَى قَفَاهُ، ثُمَّ يَتَحَوَّلُ إِلَى الجَانِبِ الآخَرِ فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ بِالْجَانِبِ الأَوَّلِ، فَمَا يَفْرُغُ مِنْ ذَلِكَ الجَانِبِ حَتَّى يَصِحَّ ذَلِكَ الجَانِبُ كَمَا كَانَ، ثُمَّ يَعُودُ عَلَيْهِ فَيَفْعَلُ مِثْلَ مَا فَعَلَ المَرَّةَ الأُولَى» قَالَ: ” قُلْتُ: سُبْحَانَ اللهِ مَا هَذَانِ؟ ” قَالَ: ” قَالاَ لِي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا

 

Dan kami mendapatkan seorang yang terlentang dan di sebelahnya ada seorang yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergaji salah satu sisi wajahnya, hingga mulut, tenggorokan, mata sampai ke tengkuknya, kemudian ia pindah ke sisi yang lain dan melakukan apa yang dilakuka pada sisi muka yang pertama. Maka tidaklah ia kembali kepada sisi yang lain sampai sisi muka tersebut kembali seperti sediakala. Kemudia ia melakukannya terus-menerus seperti yang dilakukan pada kali pertama. Aku berkata: “SubhanAllâh, apa pula ini”, keduanya menjawab: “Sudah menjauhlah!” Maka kamipun berjalan kembali.

 

فَأَتَيْنَا عَلَى مِثْلِ التَّنُّورِ فَأَحْسِبُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ – فَإِذَا فِيهِ لَغَطٌ وَأَصْوَاتٌ فَاطَّلَعْنَا فِيهِ، فَإِذَا فِيهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ، وَإِذَا هُمْ يَأْتِيهِمْ لَهَبٌ مِنْ أَسْفَلَ مِنْهُمْ، فَإِذَا أَتَاهُمْ ذَلِكَ اللَّهَبُ ضَوْضَوْا، قُلْتُ لَهُمَا: مَا هَؤُلاَءِ؟، قَالاَ لِي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ ” قَالَ: «فَانْطَلَقْنَا،

 

Kami mendatangi sesuatu seperti tungku api.”  Saya mengira beliau mengatakan: “Ternyata di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk, maka kami melongoknya, ternyata para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang, dari bawah mereka luapan api melalap tubuh mereka, jika api tadi datang melalap merekapun terpanggang.” Aku bertanya: “Siapa mereka?” Keduanya menjawab: “Menjauhlah, menjauhlah!” Maka kamipun pergi.

 

فَأَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ حَسِبْتُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ : أَحْمَرَ مِثْلِ الدَّمِ، وَإِذَا فِي النَّهَرِ رَجُلٌ سَابِحٌ يَسْبَحُ، وَإِذَا عَلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ قَدْ جَمَعَ عِنْدَهُ حِجَارَةً كَثِيرَةً، وَإِذَا ذَلِكَ السَّابِحُ يَسْبَحُ مَا يَسْبَحُ، ثُمَّ يَأْتِي ذَلِكَ الَّذِي قَدْ جَمَعَ عِنْدَهُ الحِجَارَةَ، فَيَفْغَرُ لَهُ فَاهُ فَيُلْقِمُهُ حَجَرًا فَيَنْطَلِقُ يَسْبَحُ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَيْهِ كُلَّمَا رَجَعَ إِلَيْهِ فَغَرَ لَهُ فَاهُ فَأَلْقَمَهُ حَجَرًا» قُلْتُ لَهُمَا: مَا هَذَانِ؟ ” قَالاَ لِي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ  «فَانْطَلَقْنَا

 

Maka kami mendatangi sebuah sungai.” Saya kira Beliau mengatakan: “Sungai yang merah bagai darah, terrnyata dalam sungai tadi ada seorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungai telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali, kemudian orang yang berenang jika berhenti maka orang yang di tepi sungai tadi mendatanginya dan menjejali mulut si perenang dengan batu sampai akhirnya iapun berenang kembali, kemudian ia kembali kepadanya, dan setiap kali ia kembali maka orang yang di tepi sungaipun menjejali mulut perenang dengan bebatuan.” Aku bertanya: “Apa yang dilakukan dua orang ini?!” Mereka menjawab: “Menjauhlah, menjauhlah!” Maka kami pun berlalu.

 

فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ كَرِيهِ المَرْآةِ، كَأَكْرَهِ مَا أَنْتَ رَاءٍ رَجُلًا مَرْآةً، وَإِذَا عِنْدَهُ نَارٌ يَحُشُّهَا وَيَسْعَى حَوْلَهَا» قُلْتُ لَهُمَا: مَا هَذَا؟ قَالاَ لِي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا،

 

Maka kami mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, atau sejelek-jelek orang yang kau lihat penampilannya, di dekatnya terdapat api, ia mengobarkannya dan mengelilinginya. Aku bertanya: “Apa ini?!” Keduanya menjawab: “Menjauhlah, menjauhlah!” Maka kamipun pergi berlalu.

 

فَأَتَيْنَا عَلَى رَوْضَةٍ مُعْتَمَّةٍ، فِيهَا مِنْ كُلِّ لَوْنِ الرَّبِيعِ، وَإِذَا بَيْنَ ظَهْرَيِ الرَّوْضَةِ رَجُلٌ طَوِيلٌ، لاَ أَكَادُ أَرَى رَأْسَهُ طُولًا فِي السَّمَاءِ، وَإِذَا حَوْلَ الرَّجُلِ مِنْ أَكْثَرِ وِلْدَانٍ رَأَيْتُهُمْ قَطُّ قُلْتُ لَهُمَا: مَا هَذَا مَا هَؤُلاَءِ؟ قَالاَ لِي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ «فَانْطَلَقْنَا

 

Maka kami menemukan sebuah taman yang indah dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi, ternyata di tengah-tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hampir aku tak bisa melihat kepalanya karena tingginya, dan disekelilingnya banyak sekali anak-anak yang tidak pernah aku melihat sebegitu banyaknya, aku bertanya: “Apa ini? Dan siapa mereka?”, keduanya menjawab: “Menjauhlah, menjauhlah!” Maka kami pergi berlalu.

 

فَانْتَهَيْنَا إِلَى رَوْضَةٍ عَظِيمَةٍ، لَمْ أَرَ رَوْضَةً قَطُّ أَعْظَمَ مِنْهَا وَلاَ أَحْسَنَ» قَالاَ لِي: ارْقَ فِيهَا «فَارْتَقَيْنَا فِيهَا، فَانْتَهَيْنَا إِلَى مَدِينَةٍ مَبْنِيَّةٍ بِلَبِنِ ذَهَبٍ وَلَبِنِ فِضَّةٍ، فَأَتَيْنَا بَابَ المَدِينَةِ فَاسْتَفْتَحْنَا فَفُتِحَ لَنَا فَدَخَلْنَاهَا، فَتَلَقَّانَا فِيهَا رِجَالٌ شَطْرٌ مِنْ خَلْقِهِمْ كَأَحْسَنِ مَا أَنْتَ رَاءٍ، وَشَطْرٌ كَأَقْبَحِ مَا أَنْتَ رَاءٍ» قَالاَ لَهُمْ: اذْهَبُوا فَقَعُوا فِي ذَلِكَ النَّهَرِ «وَإِذَا نَهَرٌ مُعْتَرِضٌ يَجْرِي كَأَنَّ مَاءَهُ المَحْضُ فِي البَيَاضِ، فَذَهَبُوا فَوَقَعُوا فِيهِ،

 

“Kamipun sampai kepada sebuah taman yang besar, yang aku sama sekali belum pernah melihat taman yang lebih besar dan lebih bagus darinya. Keduanya berkata padaku: “Naiklah ke ke dalamnya!” Maka kamipun menaikinya hingga sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu-bata dari emas dan perak, kami mendatangi pintu (gerbang) kota dan tiba-tiba pintu terbuka, maka kami memasukinya, dan kami disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang kau lihat, dan sebagian lain adalah seburuk-buruk rupa yang pernah kau lihat!, kedua orang (yang bersamaku) berkata pada mereka:  “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!”, ternyata sungai itu terbentang yang airnya sangat putih jernih, maka merekapun segera pergi dan menceburkan diri ke dalamnya.

 

ثُمَّ رَجَعُوا إِلَيْنَا قَدْ ذَهَبَ ذَلِكَ السُّوءُ عَنْهُمْ، فَصَارُوا فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ» قَالاَ لِي: هَذِهِ جَنَّةُ عَدْنٍ وَهَذَاكَ مَنْزِلُكَ «فَسَمَا بَصَرِي صُعُدًا فَإِذَا قَصْرٌ مِثْلُ الرَّبَابَةِ البَيْضَاءِ» قَالاَ لِي: هَذَاكَ مَنْزِلُكَ قُلْتُ لَهُمَا: بَارَكَ اللهُ فِيكُمَا ذَرَانِي فَأَدْخُلَهُ، قَالاَ: أَمَّا الآنَ فَلاَ، وَأَنْتَ دَاخِلَهُ قُلْتُ لَهُمَا: فَإِنِّي قَدْ رَأَيْتُ مُنْذُ اللَّيْلَةِ عَجَبًا، فَمَا هَذَا الَّذِي رَأَيْتُ؟ قَالاَ لِي: أَمَا إِنَّا سَنُخْبِرُكَ،

 

Kemudian mereka kembali kepada kami dan kejelekan serta keburukan rupa mereka telah sirna!, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!.” Beliau berkata: “Kedua orang itu berkata kepadaku: “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah tempat tinggalmu!” Maka mataku lansung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih, keduanya berkata padaku: “Inilah tempat tinggalmu!” Aku berkata pada mereka: “Semoga Allâh memberkati kalian.” Lalu keduanya meninggalkanku, maka aku segera ingin masuk (ke dalamnya), tetapi keduanya segera berkata: “Tidak sekarang kau memasukinya!” Aku bertanya: “Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” Keduanya menjawab: “Kami akan memberitakan kepadamu.”

 

أَمَّا الرَّجُلُ الأَوَّلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ يُثْلَغُ رَأْسُهُ بِالحَجَرِ، فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَأْخُذُ القُرْآنَ فَيَرْفُضُهُ وَيَنَامُ عَنِ الصَّلاَةِ المَكْتُوبَةِ، وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ، يُشَرْشَرُ شِدْقُهُ إِلَى قَفَاهُ، وَمَنْخِرُهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيْنُهُ إِلَى قَفَاهُ، فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُو مِنْ بَيْتِهِ، فَيَكْذِبُ الكَذْبَةَ تَبْلُغُ الآفَاقَ،

 

Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca al-Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur dikala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali dusta yang menyebar keseluruh penjuru.

 

وَأَمَّا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ العُرَاةُ الَّذِينَ فِي مِثْلِ بِنَاءِ التَّنُّورِ، فَإِنَّهُمُ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِي، وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ يَسْبَحُ فِي النَّهَرِ وَيُلْقَمُ الحَجَرَ، فَإِنَّهُ آكِلُ الرِّبَا، وَأَمَّا الرَّجُلُ الكَرِيهُ المَرْآةِ، الَّذِي عِنْدَ النَّارِ يَحُشُّهَا وَيَسْعَى حَوْلَهَا، فَإِنَّهُ مَالِكٌ خَازِنُ جَهَنَّمَ،

 

Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan jejali batu maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan disampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat Malik penjaga neraka jahannam.

 

وَأَمَّا الرَّجُلُ الطَّوِيلُ الَّذِي فِي الرَّوْضَةِ فَإِنَّهُ إِبْرَاهِيمُ ، وَأَمَّا الوِلْدَانُ الَّذِينَ حَوْلَهُ فَكُلُّ مَوْلُودٍ مَاتَ عَلَى الفِطْرَةِ » وَفِيْ رِوَايَةِ البَرْقَانِي : « وُلِدَ عَلىَ الْفِطْرَةِ »  فَقَالَ بَعْضُ المُسْلِمِينَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَأَوْلاَدُ المُشْرِكِينَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَأَوْلاَدُ المُشْرِكِينَ، وَأَمَّا القَوْمُ الَّذِينَ كَانُوا شَطْرٌ مِنْهُمْ حَسَنًا وَشَطْرٌ قَبِيحًا، فَإِنَّهُمْ قَوْمٌ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا، تَجَاوَزَ اللهُ عَنْهُمْ»

 

Adapun orang yang tinggi sekali yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrâhîm ‘alaihissalaam, sedangkan anak-anak disekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.” Dalam riwayat al-Barqaniy disebutkan: “Anak-anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah.” Maka beberapa sahabat bertanya kepada Rasûlullâh : “Wahai Rasûlullâh, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?” Rasûlullâh menjawab: “Dan anak orang-orang musyrik. Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukkan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allâh mengampuni kejelekan mereka.”([7])

 

(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)

__________________________________

Footnote:

([1]) al-Birr : ketaatan.

([2]) Artinya ia akan senantiasa berbuat jujur. Dan dalam riwayat Muslim [ليتحرى الصدق] “berusaha berlaku jujur.”

([3]) HR. Al-Bukhârî (5743) Muslim (2607)

([4]) HR. Al-Bukhârî (34) Muslim (58)

([5]) HR Al-Bukhârî (6635)

([6]) HR Al-Bukhârî (6636)

([7]) HR Al-Bukhârî (7047)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *