Penghapus Dosa Dari as-Sunnah as-Shahihah (30) Kaffarah-Kaffarah Di Dalam Sunnah

 

Akan menghapuskan dosa-dosanya.

 

135-1. Kaffarah jima’ di siang hari bulan Ramadhan.

 

Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata,

 

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: هَلَكْتُ، قَالَ: «وَمَا شَأْنُكَ؟» قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ، قَالَ: «تَسْتَطِيعُ تُعْتِقُ رَقَبَةً؟» قَالَ: لَا، قَالَ: «فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ؟» قَالَ: لَا، قَالَ: «فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا؟» قَالَ: لَا، قَالَ: «اجْلِسْ» فَجَلَسَ، فَأُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ، وَالْعَرَقُ: الْمِكْتَلُ الضَّخْمُ، قَالَ: «خُذْ هَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ» قَالَ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنَّا؟ فَضَحِكَ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ، قَالَ: «أَطْعِمْهُ عِيَالَكَ»

 

‘Datang seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ, lalu dia berkata, ‘Aku binasa.’ Beliau bersabda, ‘Ada apa denganmu?’ Dia menjawab, ‘Aku menggauli istriku pada (siang hari) Ramadhan.’ Beliau bersabda, ‘Engkau mampu memerdekakan satu orang budak?’ Dia menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?’ Dia berkata, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Maka apakah Engkau mampu memberi makan enam puluh orang miskin?’ Dia berkata, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Duduklah.’ Maka diapun duduk. Kemudian di datangkan kepada Nabi ﷺ segantang korma. Dan al-‘araq adalah alat ukur timbang yang besar. Beliau bersabda, ‘Ambillah ini, dan besedekahlah dengannya.’ Dia berkata, ‘Apakah kepada orang yang lebih melarat dari kami?’ Maka Nabi ﷺ pun tertawa hingga tampak gigi-gigi seri beliau, lantas bersabda, ‘Berikanlah ia sebagai makanan bagi keluargamu.”([1])

 

136-2. Hukum-hukum had, qishas, dan diyat

 

Ia adalah penghapus-penghapus dosa. Berdasarkan hadits ‘Ubadah bin as-Shamit radhiyallaahu ‘anhu, dan dia pernah ikut perang Badar; dan dia adalah salah satu pimpinan pada malam ‘Aqabah, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda, sementara di sekitar beliau terdapat sekumpulan orang dari sahabat-sahabat beliau,

 

«بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكُوا بِاللهِ شَيْئًا، وَلَا تَسْرِقُوا، وَلَا تَزْنُوا، وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ، وَلَا تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ، وَلَا تَعْصُوا فِي مَعْرُوفٍ، فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللهُ فَهُوَ إِلَى اللهِ إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ، وَإِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ، فَبَايَعْنَاهُ عَلَى ذَلِك»

 

“Berbaiatlah kalian kepadaku untuk kalian tidak mensekutukan Allah dengan sesuatupun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak mendatangkan kebohongan yang kalian buat-buat diantara tangan dan kaki-kaki kalian, dan tidak bermaksiat dalam perkara yang ma’ruf; maka barangsiapa memenuhi baiatnya diantara kalian, maka pahalanya adalah tanggungan Allah. Dan barangsiapa tertimpa sesuatupun dari yang demikian, lalu dia dihukum di dunia, maka hukuman itu adalah kaffarah baginya. Dan barangsiapa mengenai sesuatu dari yang demikian, kemudian Allah menutupinya, maka ia kembali kepada Allah, jika Dia mau, maka Dia akan memaafkannya, dan jika Dia mau maka Dia akan menghukumnya.’ Maka kamipun membaiat beliau di atas yang demikian.”([2])

 

137-3. Dan di dalam hadits Zaid bin Aslam, bahwa ada seorang laki-laki yang mengaku berzina di masa Rasulullah ﷺ, dan di dalamnya,

 

«… أَيُّهَا النَّاسُ، قَدْ آنَ لَكُمْ أَنْ تَنْتَهُوا عَنْ حُدُودِ اللهِ، مَنْ أَصَابَ مِنْ هَذِهِ الْقَاذُورَاتِ شَيْئاً، فَلْيَسْتَتِرْ بِسِتْرِ اللهِ، فَإِنَّهُ مَنْ يُبْدِي لَنَا صَفْحَتَهُ نُقِمْ عَلَيْهِ كِتَابَ اللهِ»

 

“… wahai sekalian manusia, telah datang waktunya bagi kalian untuk berhenti dari batasan-batasan hukum Allah, barangsiapa menimpa sesuatu dari kotoran ini, maka hendaknya dia menutupi diri dengan tutupan Allah, karena sesungguhnya barangsiapa menampakkannya kepada kami lembaran amalnya, kami akan tegakkan padanya kitabullah.”([3])

 

(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)

_____________________________________

Footnote:

([1]) Al-Bukhari, Kitaab as-Shaum, Bab Jika Berhubungan Suami Istri Di Siang Hari Ramadhan Dan Tidak Memiliki Sesuatupun, Maka Dia Disedekahi Agar Dia Dia Membayar Kaffarah, no. 1936; Shahiih Muslim, no. 1111.

([2]) Al-Bukhari, Kitaab al-Iimaan, Bab Tanda-Tanda Keimanan Adalah Mencintai Kaum Anshar, no. 18; Muslim, Kitaab al-Huduud, Bab Hudud Adalah Penghapus Dosa Bagi Pelakunya, no. 1709.

([3]) Dikeluarkan oleh Malik di dalam al-Muwaththa` 2/835, no. 1508; al-Hakim, 4/244, no. 7615; al-Baihaqiy, 8/330, no. 17379; dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih al-Jaami’ as-Shaghiir, no. 149.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *