Fiqih Imamah (9) : Mengikuti Imam, Syarat dan Konsekuensinya

@Fiqih Imamah (9)1 ed

Mengikuti Imam

Mari kita lanjutkan Silsilah Fiqih Imamah yang sekarang sampai pada pembahasan Mengikuti Imam, Syarat dan Konsekuensinya. Pembahasan ini meliputi:

1. Mengikuti Imam, dan tidak membarenginya.

Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda:

« إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ [فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ] فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَلاَ تُكَبِّرُوا حَتَّى يُكَبِّرَ وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَلاَ تَرْكَعُوا حَتَّى يَرْكَعَ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ ، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَلاَ تَسْجُدُوا حَتَّى يَسْجُدَ وَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا أَجْمَعُونَ »

“Sesungguhnya Imam itu dijadikan hanyalah untuk diikuti, [maka janganlah menyelisihinya], jika dia bertakbir maka bertakbirlah, dan jangan kalian bertakbir hingga dia bertakbir, jika dia ruku’ maka ruku’lah kalian, dan jangan ruku’ hingga dia ruku’, jika dia mengatakan sami’allahu liman hamidahu, maka ucapkanlah allahumma rabbana lakal hamdu, dan jika dia sujud, maka sujudlah kalian, dan jangan sujud hingga dia sujud, jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka shalatlah kalian semua dalam keadaan duduk.” (HR. Abu Dawud (603), al-Bukhari (722), Muslim (414))

Hadits ini menunjukkan bahwa makmum disyariatkan untuk mengikuti imam, tidak bergerak pada waktu yang bersamaan dengan imam, akan tetapi dia senantiasa memperhatikan imam, dan baru bergerak setelah gerakan imam. (lihat Subulussalam (3/7), Fathul Bari (2/209, 217), Syarah Muslim (4/377))

2. Tidak bolehnya mendahului Imam.

Nabi bersabda:

« أَمَا يَخْشَى الَّذِى يَرْفَعُ رَأْسَهُ قَبْلَ الإِمَامِ أَنْ يُحَوِّلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ »

“Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut Allah merubah kepalanya menjadi kepala keledai?”

Dalam redaksi al-Bukhari:

«… أَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ »

“… Allah menjadikan kepalanya (menjadi) kepala keledai, atau Allah menjadikan rupanya rupa keledai.” (HR. al-Bukhari (691), Muslim (427))

Anas bin Malik berkata, ‘Suatau hari, Rasulullah shalat bersama kami, maka tatkala beliau menyelesaikan shalatnya, beliau menghadapkan wajah beliau kepada kami seraya bersabda:

« أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى إِمَامُكُمْ فَلاَ تَسْبِقُونِى بِالرُّكُوعِ وَلاَ بِالسُّجُودِ وَلاَ بِالْقِيَامِ وَلاَ بِالاِنْصِرَافِ فَإِنِّى أَرَاكُمْ أَمَامِى وَمِنْ خَلْفِى ، وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ رَأَيْتُمْ مَا رَأَيْتُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا ». قَالُوا وَمَا رَأَيْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « رَأَيْتُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ »

“Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah imam kalian, maka janganlah kalian mendahuluiku dengan ruku’, tidak juga dengan sujud, tidak juga dengan berdiri dan salam. Sesungguhnya aku melihat kalian di hadapanku dan dari belakangku. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, seandainya kalian melihat apa yang kulihat, pastilah kalian akan sedikit tertawa dan pastilah kalian akan banyak menangis.” Lalu mereka bertanya, ‘Apa yang telah Anda lihat wahai Rasulullah?’ Maka beliau menjawab, ‘Aku melihat sorga dan neraka.’ (HR. Muslim (426))

Abu Hurairah berkata:

الَّذِي يَرْفَعُ رَأْسَهُ وَيَخْفِضُهُ قَبْلَ الْإِمَامِ إِنَّمَا نَاصِيَتُهُ بِيَدِ شَيْطَانٍ

“Orang yang mengangkat kepalanya, dan menurunkan kepalanya sebelum imam, maka sesungguhnya ubun-ubunnya ada di tangan syetan.” (HR. Malik (1/92 (57)), Fathul Bari (2/183))

Dalam hal ini Imam Malik berkata tentang orang yang lupa telah mengangkat kepala sebelum imam dalam ruku’ dan sujud, ‘Sesungguhnya yang sunnah dalam hal ini adalah dia kembali ruku’ atau sujud dan tidak menunggu imam, dan menunggu imam itu adalah sebuah kesalahan dari orang yang melakukannya, karena Rasulullah bersabda: “Imam itu dijadikan hanyalah untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihinya.” Dan Abu Hurairah berkata, ‘Orang yang mengangkat kepala dan menurunkannya, maka sesungguhnya ubun-ubunnya ada di tangan syetan.’ (Muwaththa` Malik (1/92))

Al-Barra` bin ‘Azib berkata,

كُنَّا نُصَلِّى خَلْفَ النَّبِىِّ فَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ،لَمْ يَحْنِ أَحَدٌ مِنَّا ظَهْرَهُ حَتَّى يَضَعَ النَّبِىُّ جَبْهَتَهُ عَلَى الأَرْضِ [ثُمَّ يَخِرُّ مَنْ وَرَاءَهُ سَاجِداً]

‘Dulu kami shalat di belakang Nabi , maka jika beliau telah mengucapkan, ‘Sami’allahu liman hamidahu’, tidak ada seorangpun di antara kami yang membungkukkan punggungnya hingga Nabi meletakkan keningnya di atas bumi, [kemudian (setelah beliau benar-benar meletakkan kening beliau ke atas tanah) orang-orang di belakang beliau menyungkur sujud].” (al-Bukhari (690, 747, 811), Muslim (474))

Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata, Rasulullah bersabda:

« لاَ تُبَادِرُونِى بِرُكُوعٍ وَلاَ بِسُجُودٍ فَإِنَّهُ مَهْمَا أَسْبِقْكُمْ بِهِ إِذَا رَكَعْتُ تُدْرِكُونِى بِهِ إِذَا رَفَعْتُ إِنِّى قَدْ بَدَّنْتُ »

“Janganlah kalian bergegas memburuku dengan ruku’ dan sujud, sesungguhnya betapapun aku mendahului kalian dengannya jika aku ruku’, maka kalian bisa mendapatiku jika aku telah bangkit. Sesungguhnya aku telah gemuk.” (Hasan Shahih, HR. Abu Dawud (619), Shahih Sunan Abu Dawud (1/184))

‘Amir bin Huraits berkata:

صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ الْفَجْرَ فَسَمِعْتُهُ يَقْرَأُ (فَلاَ أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ الْجَوَارِ الْكُنَّسِ) وَكَانَ لاَ يَحْنِى رَجُلٌ مِنَّا ظَهْرَهُ حَتَّى يَسْتَتِمَّ سَاجِدًا.

“Aku shalat fajar di belakang Nabi , lalu aku mendengar beliau membaca:

      

“Sungguh, aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam,” (QS. At-Takwir: 15-16) dan tidak ada seorang laki-lakipun dari kami yang melekukkan punggungnya hingga beliau sujud sempurna.” (HR. Muslim (475))

Maka hadits-hadits tersebut, dan hadits-hadits lainnya, kesemuanya menunjukkan bahwa yang sunnah bagi makmum adalah menahan diri sedikit dari imam, sekiranya makmum masuk ke dalam satu rukun shalat setelah imam masuk, dan sebelum imam keluar dari rukun itu. (Syarah Muslim (4/436)) (AR)*

1 Disarikan oleh Muhammad Syahri dari risalah yang ditulis oleh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthaniy yang berjudul al-Imamah fis Shalat, Mafhum, wafadha’il, wa anwa`, wa adab wa ahkam, fi dhauil kitabi was-sunnah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *