18- Di Antara Adab Menyembelih Qurban
HADITS SYADDAAD BIN AUS
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا القِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ»
Dari Syaddaad bin Aus, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Alloh telah mewajibkan berbuat ihsan (baik) atas segala sesuatu, maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah dia menajamkan pisaunya dan mengistirahatkan hewan sembelihannya”.([1])
Di dalam riwayat lain dengan lafazh:
«وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ»
“dan hendaklah dia menajamkan pisaunya, lalu mengistirahatkan hewan sembelihannya”.([2])
Di dalam riwayat lain dengan lafazh:
«وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، ثُمَّ لِيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ»
“dan hendaklah dia menajamkan pisaunya, kemudian mengistirahatkan hewan sembelihannya”.([3])
HADITS ANAS BIN MALIK
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: «ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ، ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ، وَسَمَّى وَكَبَّرَ، وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا»
Dari Anas, dia berkata: Nabi ﷺ berqurban dengan dua domba jantan yang berwarna putih campur hitam, keduanya bertanduk. Beliau menyembelih sendiri, membaca basmalah dan bertakbir, beliau meletakkan satu kakinya pada sisi kambing itu.([4])
HADITS ‘AISYAH
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ يَطَأُ فِي سَوَادٍ، وَيَبْرُكُ فِي سَوَادٍ، وَيَنْظُرُ فِي سَوَادٍ، فَأُتِيَ بِهِ لِيُضَحِّيَ بِهِ، فَقَالَ لَهَا: «يَا عَائِشَةُ، هَلُمِّي الْمُدْيَةَ»، ثُمَّ قَالَ: «اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ»، فَفَعَلَتْ، ثُمَّ أَخَذَهَا، وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ، ثُمَّ ذَبَحَهُ، ثُمَّ قَالَ: «بِاسْمِ اللهِ، اللهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ، وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ، ثُمَّ ضَحَّى بِهِ»
Dari ‘Aisyah, bahwa Rosululloh ﷺ memerintahkan agar didatangkan seekor domba jantan, yang bertanduk, kakinya hitam, perutnya hitam, matanya hitam. Lalu domba itu didatangkan untuk disembelih sebagai qurban.
Beliau berkata kepadanya: “Wahai ‘Aisyah, ambilkan pisau!”.
Lalu beliau berkata lagi: “Asah-lah pisau itu dengan batu!” ‘Aisyah-pun melakukan.
Lalu beliau mengambil pisau itu, dan mengambil domba jantan itu, lalu membaringkannya, lalu menyembelihnya.
Beliau berkata: “Bismillahi, Alloohumma terimalah (qurban) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad”.
Lalu beliau menyembelihnya sebagai qurban”.([5])
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits-hadits ini, antara lain:
1- Rohmat Alloh ﷻ kepada hamba-hamba-Nya, sehingga Dia mewajibkan untuk berbuat ihsan (baik) atas segala sesuatu.
2- Perintah Nabi ﷺ untuk berbuat ihsan (baik) ketika membunuh dan tidak boleh menyiksa.
Seperti ketika membunuh musuh di medan perang, atau membunuh narapidana yang terkena hukuman mati, atau membunuh hewan yang boleh untuk dibunuh.
3- Perintah Nabi ﷺ untuk berbuat ihsan (baik) ketika menyembelih hewan.
Yaitu dengan menajamkan pisaunya tidak di hadapan hewannya; menyembelih dengan cepat untuk menyegerakan kematian hewan; tidak menyembelih hewan dengan dilihat hewan yang lain; tidak mematahkan lehernya, mengulitinya, atau memotong sebagian anggota tubuhnya sebelum kematiannya; dan lainnya.
4- Disukai menyembelih qurban sendiri, namun boleh mewakilkan kepada orang muslim lainnya.
5- Di antara tata cara menyembelih hewan adalah dengan mengasah pisau sebelumnya, dan tidak boleh mengasahnya di depan hewan yang akan disembelih.
6- Di antara tata cara menyembelih hewan adalah dengan membaringkannya pada sisi kirinya, membaca basmalah, bertakbir, lalu berdoa agar qurbannya diterima.
7- Berqurban untuk umat adalah hukum khusus bagi Nabi ﷺ. Sebab para sahabat tidak ada yang melakukannya.([6])
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits-hadits yang agung ini. Semoga Alloh ﷻ selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju sorga-Nya yang penuh kebaikan.
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Rabu, Bakda Zhuhur, 23-Dzulqo’dah-1443 H / 22-Juni-2022
____________
Footnote:
([1]) HR. Tirmidzi, no. 1409; Nasai, no. 4405, 4411, 4412, 4414; Abu Dawud, no. 2815; Ibnu Majah, 3170; Ahmad, no. 17113, 17128, 17139; Ibnu Hibban, no. 5883, 5884. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth
([3]) HR. Nasai, no. 4413; Ahmad, no. 17116
([4]) HR. Bukhori, no. 5565; Muslim, no. 1966/17; Abu Dawud, no. 2794; Ibnu Khuzaimah, no. 2895
([5]) HR. Muslim, no. 1967/19; Abu Dawud, no. 2792; Ahmad, no. 24491, Ibnu Hibban, no. 5915
([6]) Lihat: Fawaid Hadits, no. 6