Dengannya dosa-dosa diampuni, kesalahan-kesalahan dihapus, dan lebih baik dari berjihad di jalan Allah ﷻ.
112-1. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Nabi ﷺ bersabda,
«يَقُولُ اللهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً»
“Allah ﷻ berfirman, ‘Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku; dan Aku bersamanya jika dia berdzikir (mengingat)Ku; jika dia menyebut-Ku di dalam dirinya, maka Aku menyebutnya di dalam diri-Ku, jika dia menyebut-Ku di suatu kumpulan orang, maka Aku menyebutnya pada kumpulan orang yang lebih baik dari mereka; jika dia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya selengan, jika dia mendekatkan dirinya kepada-ku selengan, maka Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika dia mendatangi-Ku berjalan kaki, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.”([1])
113-2. Dari Abu ad-Darda’ radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، قَالَ مَكِّيٌّ: وَأَزْكَاهَا، عِنْدَ مَلِيكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِعْطَاءِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ، فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ» قَالُوا: وَذَلِكَ مَا هُوَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «ذِكْرُ اللهِ ﷻ»
“Maukah kalian kuberitahu akan sebaik-baik amal-amal kalian? Berkata Makkiy, ‘Dan yang paling suci di sisi Tuhan kalian, yang paling tinggi pada derajat-derajat kalian, yang lebih baik bagi kalian daripada memberi (mensedekah)kan emas dan perak, serta yang lebih baik bagi kalian daripada kalian bertemu musuh, lalu kalian pukul leher-leher mereka, dan mereka memukul leher-leher kalian?” Mereka menjawab, ‘Yang demikian itu apa, ya Rasulullah?’ Beliau ﷺ bersabda, ‘Berdzikir (menyebut asma) Allah ﷻ.”([2])
114-4. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، وَمَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ»
“Barangsiapa membaca laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariika lahuu, lahulmulku wa lahulhamdu, wahuwa ‘alaa kulli syai-in qodiir sehari seratus kali, maka ada untuknya pahala setara memerdekaan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, dan ada untuknya penjagaan dari syetan, harinya itu hingga sore. Dan tidak ada seorangpun yang akan datang dengan amal yang lebih afdhal dari apa yang dia datangkan kecuali seseorang yang beramal lebih dari yang demikian. Dan barangsiapa membaca subhaanallaahi wabihamdihii sehari seratus kali, maka dihapuslah kesalahan-kesalahannya sekalipun seperti banyaknya buih di lautan.”([3])
115-5. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ، لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ»
“Barangsiapa membaca di waktu subuh dan sore, subhaanallaahi wa bihamdihi seratus kali, maka tidak ada seorangpun yang datang pada hari kiamat dengan yang lebih utama dari apa yang dia datang dengannya, kecuali seseorang yang membaca semisal apa yang telah dia baca atau lebih darinya.”([4])
116-6. Dari Sa’id bin Abi Waqqash radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Dulu kami di sisi Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda,
«أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ». فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ: كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ: «يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ، أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيئَةٍ»
“Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu melakukan seribu kebaikan setiap hari?’ Maka ada seorang penanya dari rekan-rekan duduk beliau bertanya kepada beliau, ‘Bagaimana salah seorang dari kami melakukan seribu kebaikan?’ Beliau bersabda, ‘Dia bertasbiih seratus kali tasbih, maka ditulis untuknya seribu kebaikan, atau dihapus darinya seribu keburukan.”([5])
117-7. Dari ‘Ubadah bin as-Shaamit radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ، لَهُ لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الْحَمْدُ لِلهِ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، أَوْ دَعَا، اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ»
“Barangsiapa terjaga pada bagian malam, lalu dia membaca laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku, walahul hamdu, wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiir, Alhamdulillah, wa subhaanallaah, walaa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, wa laa haula walaa quwwata illaa billaahi, kemudian dia membaca allaahummaghfir lii, atau kemudian dia berdoa, maka dikabulkanlah untuknya do’anya, dan jika dia berwudhu`, kemudian shalat, maka diterimalah shalatnya.”([6])
118-8. Dari Mu’adz bin Anas radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ أَكَلَ طَعَامًا ثُمَّ قَالَ: الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ، وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Barangsiapa memakan makanan, kemudian dia membaca Alhamdulillah alladzi ath’amaniy haadza at-tha’aama wa razaqoniiy min ghiri haulimminnii walaa quwwah (segala puji bagi Allah yang telah memberiku makan makanan ini, serta memberiku rizqiy tanpa daya dariku, dan kekuatan) maka diampuni untuknya apa yang telah berlalu dari dosanya.([7])
Pada riwayat Abu Dawud,
«وَمَنْ لَبِسَ ثَوْبًا فَقَالَ: الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِى كَسَانِي هَذَا الثَّوْبَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Barangsiapa mengenakan baju, lalu berkata, alhamdulillaah al-ladzii kasaanii haadza ats-tsauba, wa rozaqoniihi min ghairi haulimminnii wala quwwah (segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian dengan pakaian ini, dan memberiku rizqiy tanpa daya dan kekuatan dariku), maka diampunilah untuknya apa yang berlalu dari dosanya.”([8])
119-9. Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda,
«إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ: بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ». قَالَ: «يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ، وَكُفِيَ، وَوُقِيَ»
“Jika seseorang keluar dari rumahnya, lalu membaca bismillaah, tawakkaltu ‘alallaahi, laa haula walaa quwwata illaa billaahi (Dengan menyebut asma Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan melainkan dengan idzin Allah), beliau bersabda, ‘Akan dikatakan saat itu, ‘Engkau telah diberi petunjuk, dicukupi, dijaga, dan syetanpun menyingkir darinya. Lalu syetan lain berkata kepadanya, ‘Bagaimana kamu punya keberhasilan terhadap seorang laki-laki yang telah diberi petunjuk, dicukupi dan dijaga.”([9])
120-10. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau jika masuk masjid, beliau membaca,
«أَعُوذُ بِاللهِ الْعَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، قَالَ: أَقَطُّ؟ قُلْتُ نَعَمْ. قَالَ: فَإِذَا قَالَ ذَلِكَ، قَالَ الشَّيْطَانُ: حُفِظَ مِنِّي سَائِرَ الْيَوْمِ»
“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dan (kepada) Wajah-Nya yang Maha Mulia, serta (kepada) kekuasaan-Nya yang dahulu, dari syetan yang terkutuk.’ Dia berkata, ‘Apakah (sampainya hadits ini kepadamu dariku) cukup?’ Saya katakan, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka jika ia berkata yang demikian, Syetan berkata, ‘Dia telah dijaga dariku sepanjang hari.”([10])
121-11. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«إِذَا قَالَ الْإِمَامُ: ﴿غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ﴾ فَقُولُوا: آمِينَ، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Jika imam membaca ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa ladhdhoolliin, maka ucapakanlah aamiin. Dikarenakan barangsiapa ucapannya bertepatan dengan ucapan para malaikat, maka diampunilah untuknya apa yang telah berlalu dari dosanya.”([11])
122-12. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«إِذَا قَالَ الْإِمَامُ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Jika imam membaca sami’allaahu liman hamidahu, maka ucapkanlah Allaahumma rabbanaa lakal hamdu, dikarenakan barangsiapa ucapannya berbarengan dengan ucapannya para malaikat, maka diampunilah untuknya apa yang berlalu dari dosanya.”([12])
123-13. Dari Hanzhalah bin ‘Aliy, bahwa Mihjan bin al-Adra’ bercerita kepadanya bahwa Rasulullah ﷺ pernah masuk masjid, tiba-tiba ada seseorang yang telah menyelesaikan shalatnya, sementara ia bertasyahhud, dia berkata,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا اَللهُ بِأَنَّكَ الْوَاحِدُ الْأَحَدُ، الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، أَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
‘Ya Allah, sesunggunya aku memohon kepadamu ya Allah, bahwasannya Engkau adalah Yang Maha Esa lagi Tunggal; Dzat tempat bergantung (segala makhluq), yang tidak beranak dan diperanakkan, dan tidak ada sekutu bagi-Nya seorangpun, agar Engkau mengampuni untukku dosa-dosaku, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Mengampuni lagi Dzat yang Maha Penyayang.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda,
«قَدْ غُفِرَ لَهُ ثَلَاثًا»
“Sungguh dia telah diampuni, tiga kali.”([13])
124-14. Dari Bilal bin Yasar Bin Zaid, Maula Nabi ﷺ, bapakku bercerita kepadaku dari kakekku, dia mendengar Nabi ﷺ bersabda,
«مَنْ قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ، غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ»
“Barangsiapa membaca, ‘Aku memohon ampunan kepada Allah, yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali dia; Dzat yang Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepadanya,’ maka diampunilah untuknya, sekalipun dia lari dari medan perang.”([14])
(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
_____________________________________
Footnote:
([1]) Al-Bukhari, Kitaab at-Tauhiid, Bab Firman Allah ﷻ [وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ], no. 7405, dan lafazh adalah miliknya; Muslim, Kitaab ad-Dzikri wa ad-Du’aa, wa at-Taubah, wa al-Istighfaar, Bab Anjuran Berdzikir (Mengingat) Allah ﷻ, no. 2675.
([2]) Al-Muwaththa`, 2/295, no. 716; Ahmad, 36/33, no. 21792; at-Tirmidzi, Kitaab ad-Da’waat, satu bab darinya, no. 3377; Ibnu Majah, Kitaab al-Adab, Bab Keutamaan Dzikir, no. 3790, dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Ibni Maajah, no. 3780.
([3]) Al-Bukhari, Kitaab ad-Da’waat, Bab Keutamaan Bertasbiih, no. 6405; Muslim, Kitaab adz-Dzikri wa ad-Du’aa wa at-Taubah wal al-Istighfaar, Bab Keutamaan Tahlil, Tasbiih, dan Do’a, no. 2691.
([4]) Muslim, Kitaab adz-Dzikri wa ad-Du’aa, wa at-Taubah, Bab Keutamaan Tahlil, Tasbih, Dan Do’a, no. 2692.
([5]) Muslim, Kitaab adz-Dzikri wa ad-Du’aa, wa at-Taubah, Bab Keutamaan Tahlil, Tasbih, Dan Do’a, no. 2698.
([6]) Al-Bukhari, Kitaab al-Jum’at, Bab Keutamaan Terjaga Di Bagian Malam, Lalu Shalat, no. 1154.
([7]) Ahmad 24/395, no. 15632, dan lafazh adalah miliknya; Abu Dawud, Kitaab al-Libaas, Bab Apa Yang Diucapkan Jika Mengenakan Baju Baru, no. 4023; at-Tirmidzi, Kitaab ad-Da’awaat, Bab Apa Yang Diucapkan Jika Selesai Makan, no. 3458; Ibnu Majah, Kitaab al-Ath’imah, Bab Apa Yang Dibaca Jika Selesai Dari Makan, no. 3285; at-Thabraniy dalam al-Kabiir 20/181, no. 389; al-Hakim, 1/687, no. 1870, dinyatakan hasan lighairihi oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, no. 2042.
([8]) Abu Dawud, Kitaab al-Libaas, Bab Apa Yang Diucapkan Jika Mengenakan Baju Baru, no. 4023; Ibnu as-Sunniy dalam ‘Amalul Yaumi Wallailah, no. 270, dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Sunan Ibni Majah, no. 2656; dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Nataa-ijul Afkaar fii Amaaliy al-Adzkaar dalam perkara yang dia nukil dari Ibnu ‘Allaan, 1/304, dengan lafazh,
«غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ»
“Diampuni untuknya apa yang telah berlalu dan yang belakangan dari dosanya.”
([9]) Abu Dawud, Kitaab al-Adab, Bab Apa Yang Dikatakan Oleh Seseorang Jika Dia Keluar Dari Rumahnya, no. 5097, dan lafazh adalah miliknya; at-Tirmidzi, Kitaab Ad-Da’awaat, Bab Apa Yang Dilakukan Jika Keluar Dari Rumahnya, no. 3426; al-Baihaqiy dalam ad-Da’awaat al-Kabiir, no. 454, dan dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, no. 1605.
([10]) Abu Dawud, Kitaab as-Shalaat, Bab Apa Yang Dibaca Oleh Seseorang Jika Dia Masuk Masjid, no. 466; al-Baihaqiy dalam ad-Dha’awaat al-Kabiir, no. 66, dishahihkan oleh al-Albaniy di dalam Shahiih Abi Dawud, no. 485.
([11]) Al-Bukhari, Kitaab al-Adzaan, Bab Kerasnya Makmum Dengan Membaca Aamiin, no. 782, dan no. 4475; Muslim, Kitaab as-Shalaat, Bab Bacaan Tasmi’ Dan Tahmiid, no. 410.
([12]) Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari, Kitaab al-Adzaan, Bab Keutamaan [اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ], no. 796; Muslim, Kitaab as-Shalaat, Bab Tasmi’, Tahmid, dan Ta`miin, no. 409.
([13]) An-Nasa-iy, Kitaab Shifati as-Shalaat, Bab Berdo’a Setelah Berdzikir, no. 1301, dan lafazh adalah miliknya; Abu Dawud, Kitaab as-Shalaat, Bab Apa Yang Dibaca Setelah Tasyahhud, no. 985, dan dishahihkan oleh al-albaniy dalam Shahiih Abi Dawud, no. 905.
([14]) Abu Dawud, Kitaab al-Witri, Bab Tentang Istighfar, no. 1519; at-Tirmidzi, Kitaab ad-Da’awaat, Bab Bercerita Kepada Kami Abu Musa, no. 3577.