Kesabaran diatas bala dan musibah akan menghapus kesalahan-kesalahan dan meninggikan derajat-derajat.
69-1. Dari Shuhaib radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
«عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»
“Sungguh menakjubkan urusannya orang mukmin, sesungguhnya segala perkaranya adalah kebaikan; dan tidaklah yang demikian itu bagi seorangpun melainkan bagi seorang mukmin; jika kesenangan mengenainya, dia bersyukur, maka ia adalah kebaikan baginya; dan jika kesusahan menimpanya, dia bersabar maka ia adalah kebaikan baginya.”([1])
70-2. Dari Abu Sa’id al-Khudriy dan Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ»
“Tidaklah menimpa seorang muslim; baik berupa kepayahan, tidak juga sakit, tidak kegundahan, tidak kesedihan, tidak gangguan, tidak juga kecemasan, hingga duri yang mengenainya, melainkan dengannya Allah akan hapus kesalahan-kesalahannya.”([2])
71-3. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا»
“Tidak ada seorang muslimpun yang menimpanya satu gangguan; berupa penyakit dan selainnya, melainkan dengannya Allah akan hapus kesalahan-kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya.”([3])
72-4. Dari ‘Aisyah J, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا فَوْقَهَا، إِلاَّ كُتِبَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ»
“Tidak ada di antara seorang muslimpun yang tertusuk duri dan yang lebih kecil dari duri, melainkan dengannya Allah tuliskan untuknya satu derajat, dan dengannya dihapus darinya satu kesalahan.”([4])
73-5. Dari Anas radhiyallaahu ‘anhu, dan dia merafa’kannya,
«إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ»
“Sesungguhnya besarnya pahala bersamaan dengan besarnya bala`, dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan bala` kepada mereka; maka barangsiapa ridha, baginya keridhaan (Allah); dan barangsiapa murka, maka baginya kemurkaan (Allah).”([5])
74-6. Dari Mush’ab bin Sa’d dari bapaknya radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, manusia manakah yang paling keras bala`nya? Beliau ﷺ menjawab,
«الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا، اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلاَءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ»
“Para Nabi, kemudian yang semisal (mereka), kemudian yang semisal (mereka). Maka seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; maka jika keberadaan agamanya kokoh, maka menjadi keraslah bala`nya; dan jika di dalam agamanya terdapat kelemahan, maka dia diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka tiada henti-hentinya bala` tersebut ada pada seorang hamba, hingga ia tinggalkan dia berjalan di permukaan bumi, sementara tiada kesalahan ditanggungnya.”([6])
75-7. Tiada hentinya bala` menimpa seorang mukmin dan mukminah hingga dia bertemu Allah, sementara tiada kesalahan yang ditanggungnya. Dikarenakan kesalahan itu telah hilang karena sebab bala`([7]), berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَا يَزَالُ البَلاَءُ بِالمُؤْمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ: فِي نَفْسِهِ، وَوَلَدِهِ، وَمَالِهِ، حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ»
“Tiada hentinya bala` menimpa seorang mukmin dan mukminah; pada jiwanya, anaknya, dan hartanya; hingga dia menemui Allah, sementara tidak ada satu kesalahanpun yang ditanggungnya.”([8])
76-8. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ masuk menemui Ummu as-Saa-ib, atau Ummu al-Musayyab, lantas beliau bersabda,
«مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ، أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ تُزَفْزِفِينَ؟». قَالَتِ: الْحُمَّى لاَ بَارَكَ اللهُ فِيهَا، فَقَالَ: «لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ»
“Ada apakah denganmu wahai Ummu as-Saa-ib, atau wahai Ummu al-Musayyab Engkau gemetaran? Dia menjawab, ‘Demam, Allah tidak memberkahinya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah Engkau mencela demam, dikarenakan dia akan menghilangkan kesalahan-kesalahan anak cucu Adam, sebagaimana bara api menghilangkan karat besi.”([9])
(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
_____________________________________
Footnote:
([1]) Muslim, Kitaab az-Zuhd wa ar-Raqaa-iq, Bab Segala Perkara Orang Mukmin Adalah Kebaikan, no. 2999.
([2]) Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari, Kitaab al-Maradh, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Kaffarah Sakit, no. 5641, 5642; Muslim, Kitaab al-Birri Wa as-Shilah, Bab Pahala Orang Mukmin Dalam Perkara Yang Menimpanya, no. 2573.
([3]) Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari, Kitaab al-Maradh, Bab Kerasnya Sakit, no. 5647, 5648; Muslim, Kitaab al-Birri wa as-Shilah, Bab Pahala Orang Mukmin Dalam Perkara Yang Menimpanya, no. 2571.
([4]) Muslim, Kitaab al-Birri wa as-Shilah, Bab Pahala Orang Mukmin Dalam Perkara Yang Menimpanya, no. 2572.
([5]) At-Tirmidzi, Kitaab az-Zuhd, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Kesabaran Diatas Bala`, no. 2396; Ibnu Majah, Kitaab al-Fitan, Bab Kesabaran Diatas Bala`, no. 4031; dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Sunan at-Tirmidzi, 2/564, dan di dalam Shahiih Sunan Ibni Majah 3/320, dan di dalam as-Shahiihah no. 146.
([6]) At-Tirmidzi, Kitaab az-Zuhd, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Kesabaran Di atas Bala`, no. 2398; Ibnu Majah dalam Kitaab al-Fitan, Bab Kesabaran Di Atas Bala`, no. 4023; al-Albaniy berkata di dalam Shahiih Sunan at-Tirmidzi (2/565), dan di dalam Shahiih Sunan Ibni Majah (3/318), dan di dalam as-Shahiihah no. 143, 2280, ‘Hasan shahih.’
([7]) Tuhfatul Ahwadzi, milik al-Mubaarokfuuriy, 7/80.
([8]) At-Tirmidzi, Kitaab az-Zuhd, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Kesabaran Di atas Bala`, no. 2399; dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Sunan at-Tirmidzi (2/565), dan di dalam Silsilah al-Ahaadiits as-Shahiihah, no. 2280.
([9]) Muslim, Kitaab al-Birri wa as-Shilah, Bab Pahala Seorang Mukmin Dalam Perkara Yang Menimpanya, Baik Berupa Sakit, Kesedihan Atau Yang Semisalnya, no. 2574.