Diantara penghalang-penghalan tersebut adalah([1]):
- Lemahnya iman terhadap pertemuan dengan Allah ﷻ dan kembali kepada-Nya. Allah ﷻ berfirman,
وَٱستَعِينُواْ بِالصَّبرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلخَٰشِعِينَ ٤٥ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِم وَأَنَّهُم إِلَيهِ رَٰجِعُونَ ٤٦
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini([2]), bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 45-46)
Sungguh, Allah ﷻ telah menjelaskan sifat-sifat orang yang khusyu’. Merekalah orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Rabb mereka radhiyallaahu ‘anhu, dan yakin bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada-Nya.
Sesungguhnya pengetahuan itu adalah pengetahuan tentang pertemuan dengan Allah ﷻ dan kembali kepada-Nya. Maka kurangnya pengetahuan, tentang hal ini berarti kekurangan di dalam kekhusyu’an. Dan keyakinan ini akan menjadikan anda berintropeksi terhadap perhitungan yang pasti terjadi. Hingga kemudian baguslah shalat dan luruslah perilaku.
- Was-was (Bisikan Syetan)
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda,
«إِذَا نُودِيَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِيْنَ، فَإِذَا قُضِيَ النِّدَاءُ أَقْبَلَ، فَإِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ، حَتَّى إِذَا قُضِيَ التَّثْوِيْبُ أَقْبَلَ، حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ، فَيَقُولُ: اذْكُرْ كَذَا وَاذْكُرْ كَذَا، حَتَّى يَظِلَّ الرَّجُلُ لاَ يَدْرِي كَمْ صَلَّى»
“Jika diserukan (panggilan shalat), maka syetan berlari mundur sambil kentut hingga tidak mendengar seruan adzan. Dan jika selesai penggilan shalat, diapun kembali. Hingga jika diserukan (iqamat) untuk shalat, dia lari mundur; lalu jika sudah selesai seruan (iqamat) shalat, dia kembali hingga berbisik di antara seseorang dengan jiwanya: ‘Ingatlah ini… ingatlah itu…! (terhadap sesuatu yang belum diingatnya) Hingga seorang laki-laki menjadi tidak mengetahui telah berapa rakaat shalatnya.” ([3])
Dalam sebuah riwayat milik Muslim,
«حَتَّى يَظِلَّ الرَّجُلُ إِنْ يَدْرِيْ كَيْفَ صَلَّى»
“Hingga seorang laki-laki tidak mengetahui bagaimana dia shalat.” ([4])
- Kelalaian dan hawa nafsu.
- Lebih mementingkan dunia.
- Meninggalkan masjid dan shalat berjama’ah. Ini berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ,
«فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ»
“Karena serigala akan memakan hewan ternak yang sendirian.” ([5])
- Lemahnya persaudaraan atas dasar cinta karena Allah.
Berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ,
«وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ»
“Dan demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk Sorga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian mengerjakannya, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” ([6])
Orang-orang yang masuk Sorga adalah mereka yang saling cinta-mencintai karena Allah, dan khusyu’ adalah jalan menuju Sorga. Tidak akan mudah mendapatkan kekhusyu’an dan jalan masuk Sorga, kecuali dengan memperkuat janji untuk saling mencintai karena Allah ﷻ.
[…](Bersambung)[…]
(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)
_____________________
Footnote:
([1]) Saya menyebutkan beberapa perkara dalam bab ini tanpa perincian dan penyebutan dalil karena telah disebutkan sebelumnya.
([2]) Yaitu orang-orang yang mengetahui. Ibnu Katsir rahimahullaah berkata dalam Tafsirnya, “Ibnu Jarir berkata, ‘Orang-orang Arab kadang kala menamai yakin dengan dzan; syak (ragu-ragu) dengan adz-dzan.” Dia juga berkata, ‘Persaksian dari syi’ir-syi’ir Arab dan ungkapan-ungkapan mereka bahwa zhan memiliki makna yakin, tak terhitung banyaknya.” Kemudian dinukil dari perkataan Mujahid, ‘Setiap kata az-zhan dalam al-Qur`an bermakna al-‘Ilm (pengetahuan).’ Dan dia berkata, ‘Inilah sanad yang shahih.”
([3]) HR. Al-Bukhari Muslim, dan selain keduanya.
([4]) Bab Keutamaan Adzan dan larinya setan saat mendengarnya.
([5]) Takhrijnya sudah dijelaskan sebelumnya.
([6]) HR. Imam Muslim dan yang lainnya dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Telah dijelaskan sebelumnya.