Dengannya shalat-shalat fardhu disempurnakan, dan dengannya dosa-dosa diampuni.
42-1. Shalat-shalat fardhu disempurnakan, dan kekurangannyapun ditambal. Berdasarkan hadits Tamiim ad-Daariy radhiyallaahu ‘anhu, secara marfu’,
«أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ كَانَ أَتَمَّهَا كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ أَتَمَّهَا قَالَ اللهُ ﷻ: انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَتُكْمِلُوا بِهَا فَرِيضَتَهُ؟ ثُمَّ الزَّكَاةُ كَذَلِكَ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ»
“Perkara pertama yang dengannya seorang hamba akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya; jika dia telah menyempurnakannya, maka ditulislah untuknya dengan sempurna, dan jika dia belum menyempurnakannya, maka Allah ﷻ berfirman, ‘Lihatlah oleh kalian, apakah kalian mendapatkan bagian dari amal sunnah milik hamba-Ku, lalu dengannya kalian sempurnakan amal fardhunya? Kemudian zakat demikian juga, kemudian diambillah segala amal sesuai dengan kadar ukuran yang demikian.”([1])
43-2. Shalat sunnah, dengannya derajat-derajat di tinggikan, dan kesalahan-kesalahan dihapus.
Berdasarkan hadits Tsauban maula Rasulullah ﷺ, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda kepadanya,
«عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ؛ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً»
“Wajib bagimu untuk memperbanyak sujud, dikarenakan Engkau, tidaklah Engkau sujud karena Allah sekali sujud, melainkan dengannya Allah tinggikan Engkau satu derajat, dan dengannya Dia hapus darimu satu kesalahan.”([2])
44-3. Dari ‘Ubadah bin as-Shamit radhiyallaahu ‘anhu, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ لِلهِ سَجْدَةً , إِلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً ، وَمَحَا عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً ، وَرَفَعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةً ، فَاسْتَكْثِرُوا مِنَ السُّجُودِ»
“Tidak ada di antara seorang hambapun yang sujud karena Allah sekali sujud, melainkan Allah tuliskan untuknya dengan sebab sujud itu satu kebaikan, dan dihapus dengannya satu kesalahan, dengannya diangkat satu derajat baginya; maka perbanyaklah sujud oleh kalian.”([3])
45-4. Dari Tsauban Maula Rasulullah ﷺ, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau pernah bersabda kepadanya,
«عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ؛ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً»
“Wajib bagimu untuk memperbanyak sujud, dikarenakan Engkau, tidaklah Engkau sujud karena Allah sekali sujud, melainkan dengannya Allah tinggikan Engkau satu derajat, dan dengannya Dia hapus darimu satu kesalahan.”([4])
46-5. Empat rakaat sebelum ashar; berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«رَحِمَ اللهُ امْرَءَاً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعَاً»
“Mudah-mudahan Allah merahmati seseorang yang dia shalat empat rakaat sebelum ashar.”([5])
47-6. Shalat Dhuha, dengannya dosa-dosa dihapus; berdasarkan hadits Anas radhiyallaahu ‘anhu, tentang keutamaan shalat dhuha bagi orang yang duduk di dalam masjid setelah shalat subuh hingga matahari meninggi. Dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ، ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ، تَامَّةٍ، تَامَّةٍ»
“Barangsiapa shalat subuh dalam berjama’ah, kemudian dia duduk berdzikir mengingat Allah hingga matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka ada baginya pahala seperti pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna.”([6])
48-7. Dan telah shahih di dalam hadits bahwa Nabi ﷺ,
كَانَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ جَلَسَ فِي مُصَلَّاه حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسَناً
“Jika beliau shalat subuh, beliau duduk di tempat shalat beliau hingga matahari terbit meninggi.”([7])
(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
_____________________________________
Footnote:
([1]) Abu Dawud dalam Kitaab as-Shalaat, Bab Sabda Nabi ﷺ, ‘Setiap shalat yang pelaksananya tidak menyempurnakannya, maka ia disempurnakan dengan amal sunnahnya.’ No. 864, dan dari hadits Abu Hurairah no. 866; Ibnu Majah dari hadits Abu Hurairah, Kitaab Iqaamatu as-Shalawaat, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Amal Pertama Kali Yang Dengannya Seorang Hamba Dihisab Adalah Shalat, no. 1425; Ahmad 27/160, no. 16614, 28/149 no. 16949, 34/293 no. 20692, dishahiihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih al-Jaami’ 2/353. Pentahqiq al-Musnad (27/160) berkata, ‘Sanadnya shahih, para perawinya tsiqah perawi as-Shahiih.’
([2]) Muslim no. 488, dan telah berlalu takhrijnya.
([3]) Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam Kitaab Iqaamah as-Shalawaat, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Memperbanyak Sujud, no. 1424; at-Thabraniy dalam al-Kabiir 8/322 no. 389; dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Ibni Majah, no. 1171, dan dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib no. 386.
([4]) Dikeluarkan oleh Muslim, Kitaab as-Shalaat, Bab Keutamaan Sujud Dan Anjuran Atasnya, 1/253, no. 488.
([5]) Abu Dawud, Kitaab Shalaat at-Tathawwu’, Bab Shalat Sebelum Ashar, no. 1272, dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Sunan Abu Dawud, 1/348.
([6]) At-Tirmidzi, Kitaab al-Jum’ah, Bab Apa Yang Disebutkan Dari Perkara Yang Disunnahkan Berupa Duduk Di Masjid Setelah Shalat Subuh Hingga Matahari Terbit, no. 586, dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Sunan at-Tirmidzi, 1/181. Dan saya mendengar Imam Ibnu Baz menghasankannya karena banyak jalurnya.
([7]) Muslim, Kitaab al-Masaajid, Bab Keutamaan Duduk Di Tempat Shalatnya Setelah Shalat Subuh, no. 670 dari Jabir bin Samurah radhiyallaahu ‘anhu.