Terangkatnya Keimanan dari Peminum Khomer
Dari Abu Hurairah ﷻ, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَالتَّوْبَةُ مَعْرُوضَةٌ بَعْدُ»
“Tidaklah berzina seorang pezina saat dia berzina sementara dia dalam keadaan beriman; dan tidaklah mencuri seorang pencuri saat dia mencuri sementara dia dalam keadaan beriman; dan tidaklah meminum khomer saat dia meminumnya sementara dia dalam keadaan beriman, dan taubat itu diajukan setelahnya.’([1])
Dalam sebuah riwayat,
مَنْ زَنىَ أَوْ شَرِبَ الْخَمْرَ نَزَعَ اللهُ مِنْهُ الْإِيْمَانَ كَمَا يَخْلَعُ الْإِنْسَانُ الْقَمِيْصَ مِنْ رَأْسِهِ
“Barangsiapa berzina, atau meminum khomer, maka Allah akan mencabut darinya keimanan sebagaimana manusia menanggalkan bajunya dari kepalanya.”([2])
Dalam sebuah riwayat,
إِن رَائِحَة الْجنَّة لَتُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ وَلَا يَجِدُ رِيْحَهَا عَاقٌ وَلَا مَنَّانٌ وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلَا عَابِدُ وَثَنٍ
“Sesungguhnya bau sorga benar-benar didapat dari perjalanan lima ratus tahun, dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya tidak akan dapat medapatinya, tidak juga orang yang mengungkit-ungkit kebaikan, tidak juga pecandu khomer, dan tidak juga penyembah berhala.”([3])
Dari Abu Musa al-Asy’ariy ﷻ, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا قَاطِعٌ، وَمَنْ مَاتَ وَهُوَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ سَقَاهُ اللهُ مِن نَهْر الْغُوطَةِ، وَهُوَ مَاءٌ يَسِيلُ مِنْ فَرُوجِ الْمُومِسَاتِ يُؤْذِي رِيحُهُ مَنْ فِي النَّارِ»
“Tidak akan masuk sorga; pecandu khomer, tidak juga yang percaya dengan sihir, pemutus tali rahim, dan orang yang mati sementara dia meminum khomer, maka Allah akan memberinya minum dari sungai ghuthah, yaitu air yang mengalir dari kemaluannya para pezina, yang bau kemaluan mereka mengganggu orang-orang yang ada di dalam neraka.”([4])
Laknat Terhadap Khomer
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,
«لَعَنَ اللهُ الْخَمْرَ، وَشَارِبَهَا، وَسَاقِيَهَا، وَبَائِعَهَا، وَمُبْتَاعَهَا، وَعَاصِرَهَا، وَمُعْتَصِرَهَا، وَحَامِلَهَا، وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ»
“Allah melaknat khomer, peminumnya, penuang minum, penjual, pembeli, pemeras, yang minta diperaskan, pembawa, dan yang dibawakan untuknya.”([5])
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,
أَتَانِي جِبْرِيلُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَعَنَ الْخَمْرَ، وَعَاصِرَهَا، وَمُعْتَصِرَهَا، وَشَارِبَهَا، وَحَامِلَهَا، وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ، وَبَائِعَهَا، وَمُبْتَاعَهَا، وَسَاقِيَهَا، وَمُسْتَقِيَهَا
“Jibril mendatangiku seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah ﷻtelah melaknat khomer, pemerasnya, yang minta diperaskan, peminumnya, pembawanya, yang dibawakan untuknya, penjualnya, pembelinya, penuang minumnya, dan yang minta dituangkan.’([6])
Larangan Menjenguk Peminum Khomer Jika sakit, Dan Bersalam Untuk Mereka
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, dia berkata,
لَا تَعُوْدُوا شَرَّابَ الْخَمرِ إِذَا مَرِضُوا
“Janganlah kalian menjeguk peminum khomer jika mereka sakit.”([7])
Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata,
لا تُسَلِّمُوا عَلَى شَرَبَةِ الخَمْرِ
“Janganlah kalian mengucapkan salam kepada orang yang banyak minum khomer.”([8])
Tidak Halal Berobat Dengan Khomer
Dari Ummu Salamah radhiyallaahu ‘anha, dia berkata,
اشْتَكَتِ ابْنَةٌ لِي، فَنَبَذْتُ لَهَا فِي كُوزٍ، فَدَخَلَ النَّبِيُّ ﷺ، وَهُوَ يَغْلِي، فَقَالَ «مَا هَذَا؟» فَقَالَتْ: إِنَّ ابْنَتِي اشْتَكَتْ فَنَبَذْنَا لَهَا هَذَا، فَقَالَ ﷺ: «إِنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَكُمْ فِي حَرَامٍ»
‘Putriku sakit, maka akupun membuatkan nabidz (minuman keras dari anggur) untuknya pada sebuah panci. Maka Nabi ﷺ masuk, sementara (isi) panci itu tengah mendidih. Maka Nabi ﷺ bersabda, ‘Apa ini?’ Maka dia menjawab, ‘Sesungguhnya putriku sakit, maka kami membuat nabidz ini untuknya.’ Maka Nabi ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya Allah ﷻ tidak menjadikan kesembuhan kalian pada yang haram.”([9])
[…](bersambung)[…]
(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote:
([1]) HR. al-Bukhari (2475), Muslim (57)
([2]) Dha’if, HR. al-Hakim, as-Silsilah ad-Dha’ifah (1274)
([3]) Dha’if, HR. at-Thabraniy (I/250), al-Haitsami berkata dalam al-Majma’ (VIII/148), ‘Diriwayatkan oleh at-Thabraniy di dalam as-Shaghir, di dalamnya terdapat ar-Rabi’ bin Badr, dan dia matruk’
([4]) Hasan, as-Shahihah (678), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (2362)
([5]) Shahih, HR. Abu Dawud (3674), dishahihkan oleh al-Albaniy, lihat Misykaah al-Mashaabih (2777), Shahiih al-Jaami’ (5091)
([6]) Shahih lighairihi, HR. Ahmad (2897), Ibnu Hibban (VII/460), Abd Ibnu Humaid (686), at-Thabraniy (12976), dishahihkan oleh al-Hakim, dan disetujui oleh adz-Dzahabiy
([7]) al-Kaba’ir, Adz-Dzahabiy cet. Daar an-Nadwah al-Jadiidah, Beirut hal. 88
([8]) HR. al-Bukhari secara mu’allaq (al-Fath, XI/41)
([9]) HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya (IV/233), Mawaridu azh-Zham’an (I/339), Abu Ya’la (XII/402), at-Thabraniy dalam al-Kabir (XXIII/326), al-Baihaqiy dalam al-Kubra (X/5), disebutkan oleh al-Bukhari secara mu’allaq mauquf atas Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu dengan bentuk jazm