Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy hafizhahullahu
Hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ عَنْ ذِكْرِي وَمَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ، وَفَضْلُ كَلَامِ اللهِ عَلَى سَائِرِ الكَلَامِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ»
Diriwayatkan dari Abu Sa’id radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Ar-Robb ﷻ berfirman: “Barang siapa yang disibukan oleh al Qur’an dari berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku pasti memberikan kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada yang diberikan kepada orang-orang yang memohon kepada-Ku. Dan keutamaan perkataan Allah atas seluruh perkataan adalah seperti keutamaan Allah atas seluruh makhluk-Nya.”
KETERANGAN
1- Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, no. 2916; Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, no. 1860, dan di dalam Al-Asma’ was Shifat, no. 507; sebagai hadits qudsi (dari firman Alloh).
2- Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi, di dalam Sunan-nya no. 3399, dan Ibnu Nashr di dalam Mukhtashor Qiyamil Lail, hlm. 172, sebagai hadits marfu’ (dari perkataan Nabi ﷺ)
Semua dari jalur Muhammad bin Al-Hasan bin Abi Yazid Al-Hamdani, dari ‘Amr bin Qois, dari ‘Athiyah Al-‘Aufiy, dari Abu Sa’id Al-Khudri.
DERAJAT HADITS
Setelah meriwayatkan hadits ini imam At-Tirmidzi berkata: “Ini hadits Hasan Ghorib”.([1])
Tetapi pernyataan imam At-Tirmidzi bahwa ini hadits Hasan, tidak tepat. Sebab di dalam sanadnya ada perowi-perowi lemah. Di antara penjelasan ulama adalah sebagai berikut:
1- Syaikh Husian Salim Asad Ad-Daroniy, peneliti kitab Sunan Ad-Darimi berkata: “Di dalam sanadnya terdapat dua perowi lemah, yaitu: Muhammad bin Al-Hasan Al-Hamdani dan ‘Athiyah Al-‘Aufiy”.([2])
2- Hadits ini dinyatakan dho’if jiddan (sangat lemah) oleh Syaikh Al-Albani di dalam Tahqiq Misykatul Mashobih, no. 2136; Dho’if Al-Jami’ush Shoghir, no. 6435. Dan Syaikh Al-Albani menjelaskan panjang lebar di dalam Silsilah Adh-Dho’ifah, no. 1335.
KESIMPULAN:
Hadits ini sangat lemah, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai keyakinan atau dalil amalan. Sesungguhnya di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits–hadits yang shohih sudah mencukupi agama Islam, sehingga tidak membutuhkan hadits lemah. Wallohu a’lam
Kita jangan menisbatkan hadits kepada Nabi ﷺ atau kepada Alloh ﷻ, sebab khawatir terkena ancaman di dalam hadits shohih berikut ini:
عَنْ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ»
Dari Al-Mughirah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya berdusta atasku tidak seperti berdusta atas orang yang lain. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di Neraka”.([3])
Berdusta atas nama Nabi ﷺ adalah berdusta di dalam syari’at, sehingga dampaknya mengenai seluruh umat, maka dosanya lebih besar dan hukumannya lebih berat. Wallohul Musta’an.([4])
____________________
Footnote:
([1]) Sunan At-Tirmidzi, no. 2916
([2]) Komentar Sunan Ad-Darimi, no. 3399
([3]) HR. Bukhari, no. 1291; Muslim, no. 4; Ahmad, no. 18140, 18202
([4]) Sragen, Rabu Bakda Isya, 27-Dzulhijjah-1442 H / 5-Agustus-2021