Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy hafizhahullahu
HADITS ABU DZARR radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ، لَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ، خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ، وَلَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ، عُمِلَ بِهِ أَوْ لَمْ يُعْمَلْ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ»
Dari Abu Dzarr radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda kepadaku: “Hai Abu Dzar, engkau pergi di waktu pagi lalu mempelajari satu ayat dari kitab Allah lebih baik bagimu dari pada engkau shalat sebanyak seratus raka’at. Dan engkau pergi di waktu pagi untuk mempelajari satu bab ilmu, kemudian diamalkan ataupun tidak diamalkan, lebih baik dari pada engkau shalat sebanyak seribu raka’at.”
KETERANGAN:
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 219, dari Al-‘Abbas bin Abdillah Al-Wasithiy, dari Abdulloh bin Gholib Al-‘Abbaadaniy, dari Abdullah bin Ziyad Al-Bahrooniy, dari ‘Ali bin Zaid, dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari Abu Dzarr.
DERAJAT HADITS:
Hadits ini lemah, sebab memiliki beberapa cacat.
Imam Al-Mundziri rahimahullaah membawakan hadits ini di dalam At-Targhib wat Tarhib, lalu berkata: “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang hasan”.
Tetapi perkataan imam Al-Mundziri dibantah oleh para ulama:
1- Imam Ibroohim An-Naajiy rahimahullaah (wafat th 900 H)
Beliau berkata: “Di dalam sanad hadits ini terdapat: Abdullah bin Ziyad Al-Bahrooniy, (Imam) Adz-Dzahabiy berkata: “Aku tidak tahu, siapa dia?”. Ibnu Hajar berkata: “Dia seorang yang mastuur (tertutup; tidak dikenal)”.([1])
Di dalamnya juga terdapat ‘Ali bin Zaid bin Jud’an dilemahkan oleh (Imam) Ahmad, Ibnu Ma’in, An-Nasai, dan lainnya. (Imam) Adz-Dzahabiy berkata: “Dia tidak tsabat (kuat)”. Ibnu Hajar berkata: “Dia dho’if (lemah)”.([2])
Al-Bushiriy menyebutkan di dalam Mishbah Az-Zujajah, 1/29-30, dan berkata: “Sanadnya lemah, sebab kelemahan ‘Ali bin Zaid dan Abdullah bin Ziyad”.([3])
2- Syaikh Al-Albani rahimahullaah (wafat th 1421 H)
Beliau berkata: “Begitu beliau (Imam Al-Mundziri) katakan! Padahal di dalam sanadnya ada tiga perowi yang dibicarakan, salah satunya ‘Ali bin Zaid bin Jud’an, oleh karena itu hadits ini dilemahkan oleh Al-Hafizh Al-‘Iroqiy di dalam Al-Mughniy, 1/8”.([4])
KESIMPULAN:
Hadits ini lemah, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dalil keyakinan atau amalan.
Sesungguhnya di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits–hadits yang shohih sudah cukup dalil yang menyebutkan keutamaan membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, sehingga tidak membutuhkan hadits lemah. Wallohu a’lam
Kita jangan menisbatkan hadits ini kepada Nabi ﷺ, sebab khawatir terkena ancaman di dalam hadits shohih berikut ini:
عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الأَسْقَعِ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الفِرَى أَنْ يَدَّعِيَ الرَّجُلُ إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، أَوْ يُرِيَ عَيْنَهُ مَا لَمْ تَرَ، أَوْ يَقُولُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَمْ يَقُلْ»
Dari Watsilah bin Al-Asqo’ radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya diantara kebohongan yang besar adalah bila seseorang mengaku (sebagai anak) dari orang yang bukan bapaknya.
Atau (seseorang) mengaku kedua matanya melihat sesuatu dalam mimpi padahal dia tidak bermimpi.
Atau seseorang mengatakan sesuatu atas nama Rasulullah ﷺ apa yang beliau tidak mengatakannya”.([5])
Berdusta atas nama Nabi ﷺ adalah berdusta di dalam syari’at, sehingga dampaknya mengenai seluruh umat, maka dosanya lebih besar dan hukumannya lebih berat. Wallohul Musta’an.([6])
____________________
Footnote:
([1]) Lihat: Al-Mizan, 2/424; At-Tahdzib, 5/222; At-Taqrib, 2/416
([2]) Lihat: Al-Kasyif, 2/248; At-Tahdzib, 5/222; At-Taqrib, 2/37
([3]) ‘Ujjalatul Imla’ Al-Mutayassaroh Min At-Tadzniib, 1/37
([4]) Dho’if At-Targhib, 1/47, no. 54 (11), catatan kaki, no. 2
([5]) HR. Bukhori, no. 3509; Ahmad, no. 164980
([6]) Sragen, Jum’at Dhuha, 11-Muharrom-1443 H / 20-Agustus-2021