Maksiat Hati: Menghina Dan Mengolok-Olok Urusan Agama

 

Berkata al’Allaamah Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawiy rohimahullah:

وَالاِسْتِهَانَةُ بِمَا عَظَّمَ اللهُ تَعَالىَ وَالتَّصْغِيْرُ لِمَا عَظَّمَ اللهُ مِنْ طَاعَةٍ أَوْ مَعْصِيَةٍ أَوْ قُرْآنٍ أَوْ عِلْمٍ أَوْ جَنَّةٍ أَوْ نَارٍ.

“Menghina (merendahkan, meremehkan) perkara yang Allah agungkan, merendahkan perkara yang Allah agungkan, baik berupa ketaatan, maksiat, al-Qur`an, ilmu, sorga, atau neraka.”

 

Penjelasan:

 

Allah berfirman:

 

وَلَئِن سَأَلتَهُم لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلعَبُۚ قُل أَبِٱللهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُم تَستَهزِءُونَ ٦٥ لَا تَعتَذِرُواْ قَد كَفَرتُم بَعدَ إِيمَٰنِكُمۡۚ

 

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah (9): 65-66)

 

Sebab turunnya ayat:

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : قَالَ رَجُلٌ فِيْ غَزْوَةِ تَبُوْكٍ فِيْ مَجْلِسٍ يَوْمًا : مَا رَأَيْتُ مِثْلَ قُرَّائِنَا هٰؤُلاَءِ لاَ أَرْغَبَ بُطُوْنًا وَلاَ أَكْذَبَ أَلْسِنَةً وَلاَ أَجْبَنَ عِنْدَ اللِّقَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ فِيْ الْمَجْلِسِ : كَذَبْتَ وَلٰكِنَّكَ مُنَافِقٌ لَأَخْبِرَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ فَبَلَغَ ذٰلِكَ النَّبِيَّ ﷺ وَنَزَلَ الْقُرْآنُ قَالَ عَبْدُ اللهِ : فَأَنَا رَأَيْتُهُ مُتَعَلِّقًا بِحَقْبِ نَاقَةِ رَسُوْلِ اللهِ r تُنْكِبُهُ الْحِجَارَةُ وَهُوَ يَقُوْلُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ : ( إِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُ) وَرَسُوْلُ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ : « ( أَبِاللهِ وِآيَاتِهِ وَرَسُوْلِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُوْنَ ) »

 

Dari Abdullah bin Umar radhiyallaahu ‘anhuma dia berkata, suatu hari, berkatalah seorang laki-laki pada perang tabuk dalam sebuah majlis, ‘Aku belum pernah melihat para pembaca al-Qur`an kita (yaitu para sahabat), mereka itu adalah orang yang paling buncit perutnya, paling dusta lisannya, dan paling pengecut saat perang.’ Maka berkatalah seorang laki-laki dalam majelis, ‘Kamu telah berdusta, akan tetapi kamu adalah seorang munafiq, benar-benar aku akan mengabarkannya kepada Rasulullah ﷺ.’ Maka hal itu sampai kepada Nabi ﷺ, lalu turunlah al-Qur`an. ‘Abdullah berkata, ‘Maka aku melihatnya bergelantungan dengan tali kekang onta Rasulullah ﷺ, yang kemudian dia tersandung-sandung batu sementara dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, ‘Kami tadi itu hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Sementara Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Apakah dengan Allah dan ayat-ayat-Nya, serta Rasul-Nya kalian bermain-main?”([1])

 

Telah berlalu penjelasan tentang kufurnya orang yang menjadikan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Nabi-Nya sebagai bahan ejekan. Dan perbuatan itu merupakan sifat dari orang-orang kafir yang menentang para Rasul:

 

وَإِذَا عَلِمَ مِن ءَايَٰتِنَا شَيئًا ٱتَّخَذَهَا هُزُوًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُم عَذَابٌ مُّهِينٌ ٩

 

“Dan apabila Dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, Maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Al-Jatsiyah (45): 9)

 

Seperti orang yang berkata, ‘Allah itu kan Maha Melihat, berarti kan juga melihat orang berbuat mesum, film porno dls, kalau Allah melihatnya, kenapa kita tidak boleh melihatnya?’ wal’iyadzu billah.

 

Ibnu Katsir rahimahullah menceritakan, ‘Ubay bin Kholaf datang kepada Rasulullah ﷺ dengan membawa tulang yang telah hancur, sementara dia meremukkannya dan menaburkannya ke udara seraya berkata:

 

يَا مُحَمَّدُ، أَتَزْعُمُ أَنَّ اللهَ يَبْعَثُ هَذَا؟ فَقَالَ: «نَعَمْ، يُمِيْتُكَ اللهُ ثُمَّ يَبْعَثُكَ، ثُمَّ يَحْشَرُكَ إِلىَ النَّارِ»

 

“Wahai Muhammad, apakah Engkau menyangka bahwa Allah akan membangkitkan ini? Maka beliau ﷺ menjawab, ‘Ya, Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu, kemudian akan menggiringmu ke neraka.”

 

Kemudian turunlah ayat:

 

أَوَ لَم يَرَ ٱلإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقنَٰهُ مِن نُّطفَةٖ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ ٧٧ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلقَهُۥۖ قَالَ مَن يُحيِ ٱلعِظَٰمَ وَهِيَ رَمِيمٌ ٧٨ قُل يُحيِيهَا ٱلَّذِيٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٖۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلقٍ عَلِيمٌ ٧٩

 

“Dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dan ia membuat perumpamaan bagi kami; dan Dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yasin (36): 77-79)([2])

 

Seperti yang lain mengatakan, ‘Jangan tekun-tekun beribadah, nanti kamu terlalu tinggi di sorga, ndak ada yang setinggi kamu, akhirnya kamu sendirian disana, apa nggak takut kesepian?’

 

Ada juga yang mengatakan, ‘Kalau nanti masuk sorga, jangan lupa saya ya, gandeng tangan saya, biar saya juga masuk sorga.’

 

Juga perkataan, ‘Nikmat dunia kan di depan mata, nikmat akhirat kan Cuma katanya, jadi mending memilih nikmat dunia, yang jelas, daripada nikmat akhirat yang katanya.’

 

Juga perkataan, ‘Tidak usah khawatir dengan panas neraka, nanti kalau sudah kelamaan disana, lama-lama akan terbiasa.’???

 

Beberapa kisah orang yang mengejek sunnah Nabi ﷺ:

 

Diriwayatkan bahwa Abu Dawud as-Sijistani (Pemiliki kitab Sunan Abu Dawud) berjalan bersama dengan murid-muridnya menuju majelis ilmu, lalu ada seorang laki-laki tidak tahu malu sedang mengolok seraya berkata,

 

ارْفَعُوا أَرْجُلَكُمْ عَنْ أَجْنِحَةِ الْمَلاَئِكَةِ لاَ تَكْسُرُوْهَا

 

‘Angkat kaki-kaki kalian dari sayap para malaikat, jangan kalian mematahkan sayap para malaikat.’ Karena mengolok-olok hadits:

 

«إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ»

 

“Sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakkan sayap-sayap mereka bagi para penuntut ilmu, karena ridha dengan apa yang dia lakukan.’

 

Maka imam Nawawi rahimahullah berkata:

 

«فَمَا زَالَ فِيْ مَوْضِعِهِ حَتّٰى جَفَّتْ رِجْلاَهُ، وَسَقَطَ وَمَاتَ»

 

“Maka dia terus berada di tempatnya, hingga kedua kakinya kering, kemudian jatuh dan mati.”([3])

 

Ibnu Khalikan menceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang dipanggil Abu Salamah, dari Bashra, dia punya sifat suka berkelakar, dan semaunya. Lalu disebutkanlah disisinya tentang siwak dan keutamaannya, maka dia berkata, ‘Demi Allah aku tidak akan bersiwak kecuali di lobang anus.’ Lalu dia mengambil siwak dan meletakkannya di anus, kemudian mengeluarkannya.

 

Lalu dia hidup selama 9 bulan dalam keadaan mengeluhkan rasa sakit di perut dan lobang anus. Kemudian dia melahirkan lewat anus seorang anak seperti tikus mondok, kepalanya seperti kepala ikan, memiliki empat taring yang keluar, memiliki ekor panjang, empat jari, juga dubur seperti dubur kelinci. Tatkala laki-laki itu mengeluarkannya dari dubur, hewan itu berteriak keras. Maka putri laki-laki itupun berdiri dan menghantam kepala hewan aneh itu. Laki-laki itu hidup dua hari setelahnya, dan mati pada hari yang ketiga. Dia berkata, ‘Hewan ini telah membunuhku dan memotong-motong ususku.’

 

Ibnu Katsir rahimahullaah berkata, ‘Sekelompok penduduk dari daerah itu menyaksikannya, demikian pula para pengkhutbah juga, diantara mereka ada yang melihatnya dalam keadaan hidup, juga ada diantara mereka yang melihat hewan itu setelah mati.’([4])

 

(Makalah Kajian Syarah Sullamuttaufik, Ust. Muhammad Syahri)

_______________________

([1]) Lihat Tafsir at-Thabariy (14/333) tahqiiq Syaikh Ahmad Syakir, juga as-Shahiih al-Musnad Min Asbaabi an-Nuzuul, hal. 77, lihat juga Takhriij Ahaadiits wa Aatsaar Kitaab Fii Zhilaali al-Qur`aan, hal 263

([2]) Tafsir Ibnu Katsir (6/593)

([3]) Bustanul ‘Arifin, hal. 50

([4]) al-Bidayah wan Nihayah (13/263)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *