Seandainya seorang muslim merenungi surat al-Muzammil, maka tentunya dia akan mendapatkan pelajaran yang besar di dalamnya. Karena sesungguhnya Allah ﷻ telah memerintahkan Rasululah ﷺ untuk shalat malam, padahal saat itu beliau dalam keadaan genting. Yaitu ketika beliau lebih membutuhkan pertolongan dan perlindungan, maka turunlah ayat dalam firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلمُزَّمِّلُ 1 قُمِ ٱلَّيلَ إِلَّا قَلِيلًا 2
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” (QS. Al-Muzammil: 1-2)
Ayat ini datang sebagai didikan terhadap jiwa, penghalus, penabah, dan peneguh hati Rasulullah ﷺ.
Sungguh, dahulunya shalat malam adalah sebuah kewajiban atas Nabi ﷺ dan para sahabatanya radhiyallaahu ‘anhum, sebagaimana terdapat dalam Shahiih Muslim.([1]) Dalam sebuah hadits yang panjang dari Zurarah radhiyallaahu ‘anhu disebutkan,
“… maka berkatalah ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ‘Bukankah engkau membaca [يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُزَّمِّلُ]? Aku (Zurarah) berkata, ‘Ya.’ Maka ‘Aisyah berkata, ‘Maka sesungguhnya Allah ﷻ telah mewajibkan shalat malam di awal surat ini. Sehingga Rasulullah ﷺ dan para sahabat beliau melakukan shalat malam tersebut selama satu tahun, lalu Allah menahan penutup surat tersebut([2]) selama dua belas bulan di langit, hingga Allah menurunkan keringanan pada akhir surat ini. Maka jadilah shalat malam itu sebagai shalat sunnah setelah shalat fardhu.”
Kalau demikian, maka dalam shalat malam itu tentu terdapat rahasia-rahasia. Sesungguhnya qiyamullail adalah sebuah persiapan bagi seorang laki-laki untuk meneguhkan hati di atas kebenaran dan menambahkan kekuatan kepada kekuatannya, rahasia keselamatan, mejauhkan pelakunya dari kesalahan dan dosa-dosa, menambah iman, menghubungkan seorang hamba dengan orang-orang shalih, menyampaikannya kepada tingkatan orang-orang yang berbuat ihsan menyembah Allah sekaakan-akan melihat-Nya, jika dia tidak bisa melihat-Nya sesungguhnya Allah ﷻ pasti melihatnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda,
«يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ عَلَى كُلِّ عُقْدَةٍ: عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ، فَارْقُدْ! فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللهَ تَعَالَى، انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ، انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى، انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ»
“Setan membuat ikatan di tengkuk kepala salah seorang dari kalian jika dia tidur sebanyak tiga ikatan.([3]) Dia melontarkan atas setiap ikatan, “Atas kalian malam yang panjang, maka tidurlah.” Maka jika dia bangun kemudian dia berdzikir kepada Allah ﷻ, terurailah sebuah ikatan. Jika dia berwudhu’ maka terurailah satu ikatan. Jika shalat, maka terurailah seluruh ikatan, hingga di pagi hari dia dalam keadaan segar jiwanya, tapi jika tidak, maka di pagi hari dia berada dalam keadaan jiwa yang buruk dan malas.” ([4])
Dalam sebuah riwayat,
«… فَيُصْبِحُ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ قَدْ أَصَابَ خَيْرًا، وَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ، أَصْبَحَ كَسْلَانَ خَبِيثَ النَّفْسِ لَمْ يُصِبْ خَيْرًا»
“… maka di pagi hari dia dalam keadaan giat, jiwanya segar, dan telah mendapatkan kebaikan. Jika dia tidak melakukannya, maka di pagi hari dia dalam keadaan malas, jiwanya buruk dan tidak mendapatkan kebaikan.” ([5])
Dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَا مِنْ ذَكَرٍ وَلَا أُنْثَى إِلَّا عَلَى رَأْسِهِ جَرِيرٌ مَعْقُودٌ حِينَ يَرْقُدُ بِاللَّيْلِ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِذَا قَامَ فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى انْحَلَّتِ الْعُقَدُ، وَأَصْبَحَ خَفِيفًا طَيِّبَ النَّفْسِ، قَدْ أَصَابَ خَيْرًا»
‘Tidaklah dari golongan laki-laki maupun perempuan kecuali di atas kepalanya ada tali yang terikat tatkala dia tidur di malam hari. Maka jika dia bangun kemudian berdzikir kepada Allah, terurailah satu ikatan. Jika dia berdiri kemudian berwudhu` lalu shalat, maka terurailah ikatan-ikatannya. Hingga di pagi hari dia dalam keadaan giat, jiwanya bersih dan telah mendapatkan kebaikan.” ([6])
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«أَفْضَلُ الصِّيَامِ، بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ، بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ»
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah pausa di bulan Allah, yaitu Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” ([7])
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«فِيْ الْجَنَّةِ غُرْفَةٌ يُرَى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا» فَقَالَ أَبُوْ مَالِكٍ الأَشْعَرِيِّ: لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «لِمَنْ أطابَ الكَلامْ، وأطْعَمَ الطعامْ، وباتَ قائماً والناسُ نِيامْ»
“Di Sorga terdapat sebuah ruangan yang bagian luarnya bisa dilihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya bisa dilihat dari bagian luarnya.” Maka berkatalah Abu Malik al-Asy’ariy, “Untuk siapakah itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Untuk orang yang baik ucapannya, memberi makan (kepada orang yang membutuhkan makanan), dan melewatkan waktu malamnya dengan berdiri (shalat), saat manusia tidur.” ([8])
(Bersambung)
(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)
_____________________
Footnote:
([1]) Bab Kumpulan Shalat Malam Dan Siapa Yang Tertidur Darinya Atau Sakit.
([2]) Yaitu firman Allah radhiyallaahu ‘anhu pada surat al-Muzammil ayat 20-pent
([3]) Guru kami, Syaikh al-Albaniy rahimahullaah berkata dalam Shahih at-Targhiib wa at-Tarhiib tentang tafsir ikatan terdapat beberapa pendapat, dan yang paling dekat dengan kebenaran adalah berdasarkan hakikatnya. Yaitu dengan makna sihir untuk manusia dan menahannya dari qiyamullail, sebagaimana tukang sihir membuat ikatan dari sihirnya. Sebagaimana Allah telah mengabarkan hal tersbut dalam kitab-Nya, ‘Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul..” (QS. Al-Falaq: 4) Siapapun yang ditelantarkan (tidak diberikan pertolongan oleh Allah), niscaya ia akan tersihir. Dan siapa pun yang diberi taufik oleh Allah, maka ia akan diselamatkan darinya. Hal ini berdasarkan hakikat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu secara marfu’. “Di atas tengkuk kepala salah seorang di antara kalian terdapat tali yang bersimpul tiga ikatan.” Juga riwayat Ibnu Khuzaimah, dan penulis menyebutkan dalam bab ini sebuah hadits dari Jabir, ‘Dia atas kepalanya terdapat kendali yang diikat.’ Dia menaafsirkan dengan tali.
([4]) HR. Al-Bukhari, Muslim, dan selain keduanya.
([6]) HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahiihnya.
([7]) HR. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa-iy dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahiihnya.
([8]) HR. At-Thabraniy dalam al-Kabiir dengan sanad hasan, dan al-Hakim seraya berkata, ‘Hadits shahiih berdasarkan syarat keduanya (al-Bukhari Muslim)