Hasad
وَالْحَسَدُ وَهُوَ كَرَاهِيَةُ النِّعْمَةِ لِلْمُسْلِمِ وَاسْتِثْقَالُهَا إِذَا لَمْ يُكْرِهْهُ أَوْ عَمِلَ بِمُقْتَضَاهُ.
“Dan Hasud, yaitu membenci suatu kenikmatan bagi seorang muslim (lain, selain dirinya) dan perasaan berat (dihatinya karena nikmat pada orang lain tersebut) jika dia tidak membencinya, atau melakukan apa yang menjadi tuntutannya (yaitu dengan berharap agar kenikmatan itu berpindah kepadanya, atau terampas darinya).”
Dari Abû Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ، أوْ قَالَ العُشْبَ»
“Jauhilah oleh kalian hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar!.” Atau “Rumput”.([1])
Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
«هَذِهِ دِيَارُ قَوْمٍ أَهْلَكَهُمُ الْبَغْيُ وَالْحَسَدُ، إِنَّ الْحَسَدَ يُطْفِئُ نُورَ الْحَسَنَاتِ، وَالْبَغْيُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ، وَالْعَيْنُ تَزْنِي، وَالْكَفُّ، وَالْقَدَمُ، وَالْجَسَدُ، وَاللِّسَانُ، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ»
“Ini adalah negeri kaum yang kezhaliman serta hasad membinasakan mereka. Sesungguhnya hasad itu akan mematikan cahaya kebaikan-kebaikan, dan kezhaliman itu akan membenarkannya atau mendustakannya. Dan mata itu berzina, sementara tapak tangan, kaki, tubuh, lisan, dan kemaluan yang membenarkan atau mendustakannya.”([2])
Dari Abû Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, sesungguhnya Rasûlullâh shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إيًاكُمْ والظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ، وَلاَ تحَسَّسُوا، وَلاَ تَجسَّسُوا وَلاَ تَنَافَسُوا وَلاَ تحَاسَدُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إخْواناً كَمَا أَمَرَكُمْ. المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظِلِمُهُ، وَلاَ يْخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَهُنَا، التَّقْوَى هَهُنَا» وَيُشِيْرُ إِلىَ صَدْرِه «بِحَسْبِ امْرِيءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ على المُسْلِمِ حرَامٌ: دَمُهُ، وعِرْضُهُ، ومَالُه، إنَّ اللهَ لا يَنْظُرُ إِلَى أجْسَادِكُمْ، وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إلى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ»
“Jauhilah oleh kalian prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu adalah sebohong-bohong omongan, dan janganlah kalian meraba-raba dan mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling mementingkan diri sendiri, saling hasad iri dengki , saling membenci, saling memusuhi, dan jadilah kalian semua hamba Allâh yang bersaudara sebagaiman Allâh memerintahkan kalian. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh ia menzhalimi, menipu, dan menghinakannya, taqwa itu di sini (sambil menunjuk pada dadanya), dan cukuplah kejelekan bagi seorang muslim dengan menghina saudaranya, setiap muslim yang satu atas muslim lainnya adalah haram darah, kehormatan, dan hartanya. Sesungguhnya Allâh tidak melihat kepada bentuk tubuh, dan rupa kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian.”([3])
Dalam riwayat lain:
«لا تَحاسَدُوا، وَلا تَبَاغَضُوا، وَلا تَجَسَّسُوا ولا تحَسَّسُوا ولا تَنَاجشُوا وكُونُوا عِبَادَ اللهِ إخْوَاناً»
“Janganlah kalian saling hasad, saling membenci, saling memata-matai (mencari-cari kesalahan), saling meraba-raba (prasangka), saling curang dalam berdagang([4]), dan jadilah kalian hamba Allâh yang bersaudara!.”([5])
Dalam riwayat:
«لا تَقَاطَعُوا، وَلا تَدَابَرُوا، وَلا تَبَاغَضُوا ولا تحَاسدُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إخْوَاناً»
“Janganlah kalian saling memusuhi, saling memalingkan muka, saling membenci, saling iri hati (hasad), jadilah kalian hamba Allâh yang bersaudara.”([6])
Dalam riwayat:
«لا تَقَاطَعُوا، وَلا تَدَابَرُوا، وَلا تَبَاغَضُوا ولا تحَاسدُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إخْوَاناً»
“Dan janganlah saling tidak tegur sapa, dan janganlah melakukan transaksi jual beli diatas transaksi sebagian kamu!.”([7])
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«لَا يَجْتَمِعُ فِي جَوْفِ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللهِ وَفَيْحُ جَهَنَّمَ، وَلَا يَجْتَمِعُ فِيْ جَوْفِ عَبْدٍ الإِيْمَانُ وَالْحَسَدُ»
“Tidak akan terkumpul pada rongga tubuh seorang hamba mukmin; debu di jalan Allah dengan asap neraka Jahannam, dan tidak akan terkumpul dalam rongga seorang hamba keimanan dan hasud.”([8])
Dari Ibnu Mas’ûd radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
« لا حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً، فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ في الحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً، فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُها»
“Tidak ada hasad kecuali terhadap dua nikmat, yaitu: sesorang yang diberi harta oleh Allâh kemudian dia habiskan untuk berinfaq dalam kebenaran, dan seseorang yang diberi hikmah oleh Allâh lalu dia memutuskan (perkara) dengannya dan dia mengajarkannya.”([9])
Artinya: Seyogyanya tidak merasa iri terhadap seseorang kecuali karena salah satu dari kedua nikmat tadi.
(Syarah Sullamut Taufiq, disampaikan oleh Ust. Muhammad Syahri, dalam kajian rutin syarah Sullamut Taufiq)
([1]) Hasan Lighairihi, HR Abû Dâwud (4903), dihasankan oleh al-Arnauth
([2]) Hasan lighairihi, HR. Abu Dawud (4904), dihasankan oleh al-Arnauth
([3]) HR. Muslim (2563)
([4]) An-Najs: menambah harga dengan tujuan menipu pembeli.
([5]) HR. Muslim (2563)
([6]) HR. Muslim (2563)
([7]) Muttafaqun ‘alaihi
([8]) Hasan, HR. Ibnu Hibban (4606), an-Nasa`i (XII/6-13), at-Thabrani, as-Shaghir (410) dari ‘Isa bin Hammad, Ahmad (II/340) dari Yunus. Dishahihkan oleh al-Hakim (II/72) dan disetujui oleh adz-Dzahabiy), al-Arnauth
([9]) HR. Al-Bukhârî – Muslim