Dari Ibnu ‘Umar L, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
[arabic-font]«ثلاثٌ مُنَجِّيَات: الْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَخَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ»[/arabic-font]
“Tiga perkara yang menyelamatkan; berbuat adil di dalam kemurkaan dan keridhaan, hemat di dalam kefakiran dan kekayaan, dan takut kepada Allah dalam keadaan rahasia dan terang-terangan.” (HR. at-Thabraniy di dalam al-Mu’jam al-Kabir)
Dengan segala sesuatu ini, adanya keselamatan itu dari apa? Dengannya, adanya keselamatan itu dari adzab Allah ﷻ.
Penyelamat yang kedua, hemat di dalam kefakiran dan kekayaan
al-Qashdu adalah pertengahan dan hemat di dalam segala perkara tanpa berlebihan atau melalaikan.
Dan yang dimaksud dari hadits tersebut adalah, ‘Barangsiapa dalam keadaan faqir, maka dia tidak bakhil dengan apa yang ada di sisinya karena khawatir kehabisan rizqiy, dan tidak juga berlebihan dengan membawa dirinya kepada apa yang dia tidak mampu dengannya. Sebagaimana firman Allah ﷻ,
[arabic-font]وَلَا تَجۡعَلۡ يَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ فَتَقۡعُدَ مَلُومٗا مَّحۡسُورًا ٢٩[/arabic-font]“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. al-Israa` (17): 29)
Dan barangsiapa kaya, maka kekayaannya tidak membawanya untuk berlebih-lebihan (boros) dan melampaui batas. Allah ﷻ berfirman,
[arabic-font]وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُواْ لَمۡ يُسۡرِفُواْ وَلَمۡ يَقۡتُرُواْ وَكَانَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ قَوَامٗا ٦٧[/arabic-font]“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. al-Furqaan (25): 67)
(Diambil dari kitab Tsulaatsiyaat Nabawiyah Jilid II, DR. Mihran Mahir ‘Utsman, dialih bahasakan oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)