Dari Jabir I, dia berkata, ‘Nabi ﷺ pernah menaiki mimbar, seraya beliau bersabda,
[arabic-font]«آمِينَ آمِينَ آمِينَ». قَالَ: «أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَنْ أَدْرَكَ أَحَدَ وَالِدَيْهِ، فَمَاتَ، فَدَخَلَ النَّارَ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ. قُلْ آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ. قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ، فَمَاتَ، فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَأُدْخِلَ النَّارَ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ. قُلْ آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ. قَالَ: وَمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ. قُلْ آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ»[/arabic-font]“Aamiin, aamiin, aamiin.” Beliau bersabda, ‘Jibril S datang kepadaku seraya berkata, ‘Ya Muhammad, barangsiapa mendapati salah seorang dari kedua orang tuanya, lalu dia mati kemudian masuk neraka, maka mudah-mudahan Allah menjauhkannya (dari rahmat-Nya). Ucapkan aamiin.’ Maka kukatakan, ‘Aamiin.’ Dia berkata, ‘Ya Muhammad, barangsiapa mendapati bulan Ramadhan, lalu dia mati dan tidak diampuni kemudian dia dimasukkan ke dalam neraka, maka mudah-mudahan Allah menjauhkannya dari rahmat-Nya. Ucapkanlah aamiin.’ Maka kukatakan, ‘Aamiin.’ Dia berkata, ‘Dan barangsiapa namamu disebut di sisinya lalu dia tidak bershalawat kepadamu, kemudian dia mati lalu masuk neraka, maka mudah-mudahan Allah menjauhkannya (dari rahmat-Nya). Ucapkanlah aamiin.’ Maka kukatakan, ‘Aamiin.’ (HR. at-Thabraniy di dalam al-Kabiir, Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah)
Aamiin artinya adalah ya Allah, kabulkanlah.
Dan orang yang mengamini adalah orang yang berdo’a. Allah ﷻ berfirman,
[arabic-font]وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَآ إِنَّكَ ءَاتَيۡتَ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَأَهُۥ زِينَةٗ وَأَمۡوَٰلٗا فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّواْ عَن سَبِيلِكَۖ رَبَّنَا ٱطۡمِسۡ عَلَىٰٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ وَٱشۡدُدۡ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ فَلَا يُؤۡمِنُواْ حَتَّىٰ يَرَوُاْ ٱلۡعَذَابَ ٱلۡأَلِيمَ ٨٨ قَالَ قَدۡ أُجِيبَت دَّعۡوَتُكُمَا [/arabic-font]“Musa berkata: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan Kami – akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan Kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, Maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” AlIah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua,…” (QS. Yûnus (10): 88-89)
Dan Nabi Harun S tidaklah berdo’a, yang berdo’a adalah Musa S. Maka firman Allah ﷻ ‘do’a kalian berdua’ menunjukkan bahwa orang yang mengamini adalah orang yang berdo’a.
Adapun makna fa ab’adahullah, maknanya adalah mudah-mudahan Allah menjauhkannya dari rahmat-Nya.
Ketiga orang tersebut dido’akan oleh Jibril S, dan diamini oleh Rasulullah ﷺ. Dan adalah do’a tersebut dibaca di tempat yang diberkahi, diwaktu yang diijabahi.
Di dalam Shahih Muslim, dari Abu Musa al-As’ariy I, dia berkata, ‘Abdullah bin ‘Umar L berkata kepadaku, ‘Apakah Engkau pernah mendengar bapakmu bercerita dari Rasulullah ﷺ tentang urusan waktu jum’at?’ Dia berkata, ‘Saya katakan, ‘Ya, aku pernah mendengar dia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
[arabic-font]«هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ»[/arabic-font]“Ia adalah waktu antara duduknya imam hingga diselesaikannya shalat.”
Maka do’a semisalnya ini apakah akan ditolak oleh Allah? Jelas tidak.
Maka siapakah mereka yang dido’akan oleh dua al-Amiin (yang terpercaya); Jibril S dan Nabi kita i?
Pertama, orang yang mendapati kedua orang tuanya di usia senja atau salah satu dari keduanya, lalu keduanya tidak memasukkannya ke dalam sorga
Dikarenakan sesungguhnya orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya –terutama di masa tua keduanya-, dia ini di dalam sorga. Dan hadits-hadits yang di dalamnya Nabi ﷺ mendorong untuk berbakti kepada kedua orang tua adalah banyak, dan saya mencukupkan diri dengan tiga darinya;
Pertama, dari ‘Abdullah bin Mas’ud I, dia berkata, ‘Aku pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ,
[arabic-font]أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ»[/arabic-font]“Amal mana yang paling dicintai oleh Allah?’ Beliau bersabda, ‘Shalat pada waktunya.’ Saya katakan, ‘Kemudian apa?’ Beliau bersabda, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Kukatakan, ‘Kemudian apa?’ Beliau bersabda, ‘Kemudian berjihad di jalan Allah.” (HR. al-Bukhari Muslim)
Kedua, dari ‘Abdullah bin ‘Amr I dia berkata, ‘Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah ﷺ seraya berkata,
[arabic-font]جِئْتُ أُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ، فَقَالَ: «ارْجِعْ عَلَيْهِمَا فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا»[/arabic-font]“Saya datang membaiat Anda diatas hijrah, dan saya tinggalkan kedua orang tua saya menangis.’ Maka beliau bersabda, ‘Kembalilah kepada keduanya, dan buat keduanya tertawa, sebagaimana Engkau telah membuat keduanya menangis.” (HR. Abu Dawud)
Adapun yang ketiga, maka disebutkan di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik I, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
[arabic-font]«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ؛ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ»[/arabic-font]“Barangsiapa suka dipanjangkan untuknya usianya, dan ditambahkan untuknya rizqinya, maka hendaknya dia berbakti kepada kedua orang tuanya, dan hendaknya dia menyambung tali rahimnya.”
Dan berbakti kepada orang tua ini menjadi semakin dikukuhkan jika dia lanjut usia.
Kedua, barangsiapa yang nama Rasulullah ﷺ disebut di sisinya lalu dia tidak bershalawat kepada beliau.
Dan ini adalah orang yang tertipu, lagi lalai. Dikarenakan sesungguhnya termasuk dari sebaik-baik bentuk taqarrub dan seagung-agungnya ketaatan adalah bershalawat kepada Rasulullah ﷺ.
Telah shahih di dalam Sunan at-Turmudzi dari Ubaiy bin Ka’b I, dia berkata, ‘Adalah Rasulullah ﷺ jika dua pertiga malam telah beranjak, maka beliau berdiri seraya bersabda,
[arabic-font]«يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ، اذْكُرُوا اللَّهَ، جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ، تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ، جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ، جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ». قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي؟ فَقَالَ: «مَا شِئْتَ». قَالَ: قُلْتُ: الرُّبُعَ؟ قَالَ: «مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ». قُلْتُ: النِّصْفَ؟ قَالَ: «مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ». قَالَ: قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ؟ قَالَ: «مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ». قُلْتُ: أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا؟ قَالَ إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ».[/arabic-font]“Wahai sekalian manusia, berdzikirlah menyebut asma Allah, berdzikirlah menyebut asma Allah. Rajifah telah datang, dan ar-radifah pun mengikutinya. Kematian dengan apa yang ada padanya telah datang, kematian dengan apa yang ada di dalamnya telah datang.’ Saya katakan, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya saya memperbanyak shalawat kepada Anda. Maka berapakah saya jadikan shalawat saya untuk Anda?’ Maka beliau bersabda, ‘Terserah keinginanmu.’ Dia berkata, ‘Saya katakan, ‘Seperempat.’ Beliau bersabda, ‘Terserah keinginanmu, dan jika Engkau menambah, maka itu lebih baik bagimu.’ Saya katakan, ‘Setengahnya.’ Beliau bersabda, ‘Terserah keinginanmu, dan jika Engkau tambah, maka itu lebih baik bagimu.’ Dia berkata, ‘Saya katakan, ‘Dua pertiganya.’ Beliau bersabda, ‘Terserah keinginanmu, dan jika Engkau tambah, maka itu lebih baik bagimu.’ Saya katakan, ‘Saya jadikan shalawat saya semuanya untuk Anda.’ Beliau bersabda, ‘Jika demikian akan dicukupi kedukaanmu, dan akan diampuni dosamu.’
Oleh karena itulah, termasuk keburukan yang keji, penghulu seluruh makhluk ﷺ disebut di sisi Anda, lalu Anda tidak bershalawat kepada beliau.
Beliau ﷺ bersabda,
[arabic-font]مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ، خَطِئَ طَرِيقَ الْجَنَّةِ[/arabic-font]“Barangsiapa lupa bershalawat kepadaku, maka dia salah jalan menuju sorga.’ (HR. Ibnu Majah)
Dan hadits tersebut dikuatkan oleh sebagian ahli ilmu dengan penguat-penguatnya, seperti Ibnu al-Mulaqqin.
Dan makna dari nasiya (lupa) adalah meninggalkannya dengan sengaja. Sebagaimana disebutkan di dalam ayat tentang orang-orang munafiq,
[arabic-font]نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ[/arabic-font]“… mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka…” (QS. at-Taubah (9): 67)
Maka kemuliaan yang manakah yang mengungguli kemuliaan ini?
Ketiga, orang yang mendapati Ramadhan lalu dia tidak diampuni
Dan yang demikian itu adalah karena banyaknya dosa yang diampuni oleh Allah untuk hamba-hamba-nya di dalam bulan Ramadhan…
Maka bulan ini adalah bulan yang baik dan berkah. Termasuki perkara yang menerangkan hal ini adalah:
Bahwa Allah ﷻ telah memilihnya untuk menurunkan al-Qur`an di dalamnya, dan cukuplah denganya sebagai keutamaan bulan itu.
Allah ﷻ berfirman,
[arabic-font]شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ [/arabic-font]“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. al-Baqarah (2): 185)
Dan tidaklah Allah ﷻ menyebut suatu bulan dengan namanya di dalam al-Qur`an selain Ramadhan.
Termasuk hadits yang datang dalam menyebut keutamaan-keutamaannya adalah hadits Abu Hurairah I, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
[arabic-font]:«إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ» [/arabic-font]“Jika ada pada bulan Ramadhan, maka dibukakanlah pintu-pintu rahmat, dan ditutuplah pintu-pintu Jahannam, dan dibelenggulah syetan-syetan.’ (HR. al-Bukhari Muslim)
Pada riwayat milik at-Turmudzi,
[arabic-font]« إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ»[/arabic-font]“Jika ada pada malam pertama dari bulan Ramadhan, maka dibelenggulah syetan-syetan dan kejahatan bangsa Jin, ditutuplah pintu-pintu neraka hingga tidak dibuka satu pintupun darinya. Dibukanlah pintu-pintu sorga, hingga tidak ditutup satu pintupun darinya. Kemudian menyerulah seorang penyeru, ‘Wahai orang yang berharap kebaikan, datanglah. Wahai pencari keburukan, berhentilah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari api neraka. Dan yang demikian itu berlaku setiap malam.”
Dan di dalam bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah ﷻ berfirman,
[arabic-font]إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ٤ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ ٥ [/arabic-font]“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. al-Qadar (97): 1-5)
Oleh karena itulah, Rasulullah ﷺ memberikan berita gembira kepada para sahabat beliau dengan datangnya bulan ini.
Abu Hurairah I berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda seraya memberikan berita gembira kepada para sahabat beliau,
[arabic-font]«قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ»[/arabic-font]“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah wajibkan atas kalian berpuasa padanya. Di dalamnya dibuka pintu-pintu sorga, di dalamnya ditutup pintu-pintu neraka jahim, di dalamnya syetan-syetan dibelenggu. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa diharamkan kebaikannya, maka sungguh dia telah diharamkan.” (HR. Ahmad)
(Diambil dari kitab Tsulaatsiyaat Nabawiyah Jilid II, DR. Mihran Mahir ‘Utsman, dialih bahasakan oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)