عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: (كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
“Dari Jabir bin ‘Abdillah I, dia berkata, ‘Adalah Nabi ﷺ, jika ada pada hari raya, maka beliau menyelisihi jalan (dengan berangkat menuju shalat ‘ied pada suatu jalan, dan pulangnya meniti jalan yang lain).” (HR. Al-Bukhari)
Wahai hamba Allah,
1. Jika Anda berangkat menuju shalat ‘ied, maka selisihilah jalan, berangkatlah menuju shalat ‘ied dari satu jalan, dan kembalilah kerumah Anda dan semacamnya dari jalan yang lain demi mencontoh Rasulullah ﷺ.
2. Yang sunnah adalah keluar menuju shalat ‘ied dengan berjalan kaki jika mudah.
Berdasarkan hadits ‘Aliy bin Abi Thalib I, dia berkata, ‘Termasuk sunnah, Engkau keluar menuju shalat ‘ied dengan berjalan kaki, dan agar Engkau memakan sesuatu sebelum Engkau keluar.” (HR. at-Turmudzi)
3. Jika ada pada hara raya Fithr, maka perbanyaklah takbir pada malam hari raya, dan keraskanlah suara Anda.
Berdasarkan firman Allah ﷻ,
وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُم
“… dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu…” (QS. al-Baqarah (2): 185)
Dan bertakbirlah jika Anda berangkat menuju shalat ‘ied hingga shalat atau khutbah selesai.
4. Makanlah beberapa butir kurma dengan jumlah ganjil sebelum Anda keluar menuju shalat hari raya Fithr.
Berdasarkan hadits Anas bin Malik I, dia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ,وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا
“Adalah Rasulullah ﷺ tidak berangkat pagi pada hari raya Fithr hingga beliau memakan beberapa butir kurma, dan beliau memakannya dengan jumlah ganjil.” (HR. al-Bukhari)
Witir, yaitu satu, tiga, lima atau tujuh.
5. Keluarkanlah zakat fithr sebelum keluar Anda menuju shalat hari raya agar dengannya, bisa terealisasi pencukupan orang faqir dari meminta pada hari raya.
6. Berhiaslah untuk keluar menuju shalat hari raya dengan baju Anda yang terbaik.
Berdasarkan hadits Salim dari bapaknya, dia berkata,
وَجَدَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حُلَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ بِالسُّوقِ فَأَخَذَهَا فَأَتَى بِهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْتَعْ هَذِهِ فَتَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيدِ وَالْوَفْدِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ ـ أَوْ إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ»
“’Umar bin al-Khaththab I mendapati sebuah jubah dari sutera kasar di pasar, lalu dia mengambilnya. Kemudian dia mendatangi Rasulullah ﷺ dengannya seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, belilah ini, agar Anda bisa berhias dengannya pada hari raya, dan (penerimaan) delegasi.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya pakaian ini, hanyalah pakaian orang yang tidak punya bagian baginya (di akhirat), atau hanya orang yang tidak punya bagian (di akhirat) yang memakai pakaian ini.” (HR. an-Nasa’iy)
Dan berdasarkan hadits Abu Rimtsah I,
رايت النبي صلى الله عليه وسلم وعليه بُرْدَانِ أَخْضَرَانِ
“Aku melihat Nabi ﷺ mengenakan dua kain (selimut) bergaris (berwarna) hijau.” (HR. an-Nasa’iy)
7. Boleh bagi gadis-gadis (budak) kecil untuk memainkan nyanyian yang mubah pada hari raya.
Berdasarkan hadits ‘Aisyah J, dia berkata,
دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ، وَعِنْدَي جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الأَنْصَارِ، تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتِ الأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثَ قَالَتْ: وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْن فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَمَزَاميرُ الشَّيْطَانِ فِي بَيْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَذلِكَ فِي يَوْمِ عيدٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عيدًا وَهذَا عيدُنَا
“Abu Bakar masuk, sementara di sisiku ada dua gadis kecil dari gadis-gadis kecil (budak milik) kaum Anshar, yang keduanya bernyanyi dengan apa yang biasa diucapkan oleh kaum Anshar pada hari Bu’ats. Dia berkata, ‘Dan keduanya bukanlah dua orang penyanyi.” Maka berkatalah Abu Bakar, ‘Apakah seruling syaitan di rumah Rasulullah ﷺ?’ Dan itu adalah hari raya ‘ied. Maka bersabdalah Rasulullah ﷺ, ‘Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum itu memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita.” (HR. al-Bukhari)
8. Dan boleh memukul rebana bagi budak-budak wanita yang masih kecil pada hari raya.
Berdasarkan hadits ‘Aisyah J,
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا جَارِيَتَانِ فِي أَيَّامِ مِنَى تُدَفِّفَانِ وَتَضْرِبَانِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَغَشٍّ بِثَوْبِهِ فَانْتَهَرَهُمَا أَبُو بَكْرٍ فَكَشَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ وَجْهِهِ فَقَالَ: ( دَعْهُمَا يَا أَبَا بَكْرٍ فَإِنَّهَا أَيَّامُ عِيدٍ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ أَيَّامُ مِنًى وَقَالَتْ عَائِشَةُ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتُرُنِي وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى الْحَبَشَةِ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِي الْمَسْجِدِ فَزَجَرَهُمْ عُمَرُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهُمْ أَمْنًا بَنِي أَرْفِدَةَ يَعْنِي مِنْ الْأَمْنِ
“Bahwa Abu Bakar I masuk menemuinya, sementara di sisinya terdapat dua budak wanita (yang masih kecil) pada hari-hari mina (hari tasyriq) keduanya memukul rebana sementara Nabi ﷺ menyelubungi diri beliau dengan baju beliau. Lalu Abu Bakar menghardik kedunya. Lalu Nabi ﷺ menyingkap baju tersebut dari wajah beliau seraya bersabda, “Biarkan keduanya wahai Abu Bakar, karena sesungguhnya ia adalah hari-hari raya.’ Dan hari-hari itu adalah hari-hari Mina. ‘Aisyah berkata, ‘Aku melihat Nabi ﷺ menutupi aku sementara aku melihat kepada orang-orang Habasyah bermain-main di dalam masjid. Lalu ‘Umar menegur mereka, maka Nabi ﷺ bersabda, ‘Biarkan mereka (bermain) dengan aman, Bani Arfidah.” Yaitu dari kata aman, keamanan.” (HR. al-Bukhari)
9. Waspadalah dari israf (berlebihan) pada hari raya di dalam makan, pakaian dan selainnya. Dan waspadalah dari perkara-perkara yang diharamkan, seperti mendengarkan nyanyian yang diharamkan, permainan dengan menyia-nyiakan waktu di dalam kebatilan, dan waspadalah dari terlambat dari shalat berjama’ah di masjid wahai kaum laki-laki. Dan hiraukanlah segala urusan Anda pada hari raya dan selainnya.
10. Ketahuilah bahwa di sisi kaum muslimin terdapat dua hari raya saja. Maka tidak boleh mengadakan hari-hari raya yang lain. Dan termasuk perkara-perkara baru adalah ulang tahun, hari ibu dan selainnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan menjauhlah dari perbuatan bid’ah.
Berdasarkan hadits ‘Aisyah J, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ منهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa mengada-adakan di dalam urusan kami ini apa yang bukan termasuk bagian darinya, maka (perkara itu) tertolak.” (HR. al-Bukhari Muslim)
11. Tidak ada masalah mengucapkan selamat hari raya dengan ucapan taqabbalallaahu minna wa minka (mudah-mudahan Allah menerima dari kami (amal-amal kami) dan dari Anda (amal-amal Anda).
(Pelajaran Kedua puluh Sembilan Dari Kitab an-Nabiy Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallama fii Ramadhaan (Tsalaatsuuna Darsan), Syaikh Muhammad bin Syami bin Mutho’in Syaibah, dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri)