Hadits Hadits Tentang Ramadhan Dan Puasa (46)
Waktu Membayar Zakat Fithri
(Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsari, hafizhahullah)
HADITS TSA’LABAH BIN SHU’AIR AL-‘UDZRIY radhiyallaahu ‘anhu,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ ثَعْلَبَةَ بْنِ الصُّعَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَامَ خَطِيبًا، فَأَمَرَ بِصَدَقَةِ الْفِطْرِ صَاعَ تَمْرٍ أَوْ صَاعَ شَعِيرٍ عَنْ كُلِّ وَاحِدٍ أَوْ عَنْ كُلِّ رَأْسٍ عَنِ الصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ وَالْحُرِّ وَالْعَبْدِ
Dari Abdullah bin Tsa’labah bin Ash-Shu’air, dari ayahnya, bahwa “Rasulullah ﷺ berdiri berkhutbah, beliau memerintahkan shodaqoh fithri satu sho’ tamr (kurma kering), atau satu sho’ sya’ir (gandum jenis biasa), dari setiap satu orang atau setiap kepala, dari anak kecil, orang tua, orang merdeka, dan budak”.([1])
ATSAR (RIWAYAT) IBNU UMAR radhiyallaahu ‘anhuma,
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يُعْطِيهَا الَّذِينَ يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ
Ibnu Umar biasa memberikan zakat fithri kepada orang-orang yang menerimanya (mengurusinya), mereka biasa memberikan sehari atau dua hari sebelum fithri.([2])
FAWAID HADITS:
1- Pentingnya pemberitahuan kewajiban agama sebelum melaksanakannya.
2- Waktu wajib menunaikan zakat fithri adalah di saat matahari tenggelam di akhir hari Ramadhan. Namun boleh memajukannya sehari atau dua hari sebelumnya.
3- Kewajiban zakat fithri atas merdeka, budak, anak kecil, dan orang tua. Budak dibayari majikannya, sedangkan anak kecil dibayari orang tuanya.
4- Ukuran zakat fithri adalah 1 sho’ (sekitar 2,5 kg) makanan pokok di suatu daerah.
5- Kesalahan pendapat yang membolehkan membayar zakat fithri dengan uang.
6- Kesalahan pendapat yang membolehkan memajukan pembayaran semenjak awal Romadhon, atau bahkan sebelum Romadhon.
7- Beragama adalah dengan dalil (petunjuk) dari Alloh di dalam Al-Qur’an atau dari Nabi di dalam hadits yang shohih. Bukan semata-mata pendapat ulama yang tidak berdasarkan dalil, atau bahkan bertentangan dengan dalil. Perkataan ulama dijadikan penjelasan agama, bukan dijadikan agama.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh subhaanahu wa ta’aalaa selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.([3])
_____________________
Footnote:
([1]) HR. Abu Dawud, no. 1620; Ibnu Khuzaimah, no. 2410. Ini lafzah Ibnu Khuzaimah. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani; dan dihasankan oleh Syaikh Al-A’zhomiy
([2]) HR. Bukhari, no. 1511; Abu Dawud, no. 1610; Ibnu Khuzaimah, no. 2421; Ibnu Hibban, no. 3299
([3]) Sragen, Rabu Dhuha, 20-Romadhon-1441 H / 13-Mei-2020 M