Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy
MAKNA TAKBIR MUQOYYAD
Takbir Muqoyyad artinya takbir yang waktunya ditentukan, yaitu setiap bakda sholat wajib mulai bakda Subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai bakda Ashar tanggal 13 Dzulhijjah.
DALIL TAKBIR MUQOYYAD
DALIL HADITS
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: ” كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَبِّرُ يَوْمَ عَرَفَةَ صَلَاةَ الْغَدَاةِ إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ آخِرَ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ “.
Dari Jabir, dia berkata: “Rosululloh sholallohu ‘alaihi was sallam dahulu biasa bertakbir mulai pada hari Arofah (tanggal 9 Dzulhijjah) bakda shalat shubuh sampai sholat Ashar pada akhir hari-hari tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah)”.
(HR. Al-Baihaqi di dalam As-Sunan Al-Kubro, no. 6278)
Setelah imam Al-Baihaqi meriwayatkan hadits ini, beliau berkata: “’Amr bin Syamir dan Jabir Al-Ju’fiy (dua perowi di dalam sanad hadits ini) tidak dijadikan hujjah”.
Syaikh Al Albani di dalam Irwaul Gholil, no. 653 juga menyatakan bahwa hadits sangat lemah.
Maka hadits ini tidak bisa menjadi dalil amalan ini. Namun dalilnya adalah perbuatan para sahabat, sebagaimana riwayat-riwayat berikutnya. Apalagi ada riwayat dari Umar bin Al-Khoththob dan Ali bin Abi Tholib, rodhiyallohu ‘anhuma, yang keduanya termasuk Khulafaur Rosyidin, sedangkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kaum muslimin mengikuti sunnah (petunjuk) Khulafaur Rosyidin.
DALIL ATSAR (RIWAYAT) SAHABAT
1- Atsar Umar bin Khattab
عَنْ عُمَرَ «أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ يَوْمَ عَرَفَةَ، إِلَى صَلَاةِ الظُّهْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ»
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau dulu bertakbir mulai (bakda) shalat shubuh pada hari Arofah (tanggal 9 Dzulhijjah) sampai sholat Zhuhur pada akhir hari-hari tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah).
(HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 5635; Al-Baihaqi di dalam As-Sunan Al-Kubro, no. 6273)
2- Atsar Ali bin Abi Thalib
عَنْ عَلِيٍّ «أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ بَعْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ عَرَفَةَ، إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ، وَيُكَبِّرُ بَعْدَ الْعَصْرِ»
Dari Ali (bin Abi Thalib) radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau biasa bertakbir setelah shalat shubuh pada hari Arofah (tanggal 9 Dzulhijjah) sampai ashar pada akhir hari-hari tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah). Beliau juga bertakbir setelah ashar.
(HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 5631, 5632; Al Baihaqi, no. 6275. Al-Albani mengatakan di dalam Irwaul Gholil, 3/125, no. 654: “Shahih dari Ali radhiyallahu ‘anhu”)
3- Atsar Ibn Mas’ud
عَنِ الْأَسْوَدِ، قَالَ: كَانَ عَبْدُ اللَّهِ، يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ عَرَفَةَ، إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ مِنَ النَّحْرِ
Dari Al-Aswad, dia berkata: Abdulloh (bin Mas’ud) radhiyallahu ‘anhu biasa bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai ashar tanggal 13 Dzulhijjah.
(HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 5633; Al Hakim dan dishahihkan An Nawawi dalam Al Majmu’ dan Syaikh Al-Albani di dalam Irwaul Gholil, no. 654)
4- Atsar Ibnu Abbas
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ” أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ “.
Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Beliau tidak bertakbir setelah maghrib (malam tanggal 14 Dzluhijjah).
(HR Al-Baihaqi di dalam As-Sunan Al-Kubro, no. 6276, 6277. Syaikh Al Albani mengatakan di dalam Irwaul Gholil, no. 654: Sanadnya shahih)
BAYAN SYAIKHUL ISLAM
Sesungguhnya terjadi perbedaan pendapat ulama tentang waktu takbir muqoyyad, tetapi pendapat mayoritas ulama adalah mulai bakda subuh tgl 9 Dzulhijjah sampai bakda ashar tgl 13 Dzulhijjah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (wafat th 728 H) mengatakan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ، أَصَحُّ الْأَقْوَالِ فِي التَّكْبِيرِ الَّذِي عَلَيْهِ جُمْهُورُ السَّلَفِ وَالْفُقَهَاءِ مِنْ الصَّحَابَةِ وَالْأَئِمَّةِ: أَنْ يُكَبِّرَ مِنْ فَجْرِ يَوْمِ عَرَفَةَ إلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ عَقِبَ كُلِّ صَلَاةٍ وَيَشْرَعُ لِكُلِّ أَحَدٍ أَنْ يَجْهَرَ بِالتَّكْبِيرِ عِنْدَ الْخُرُوجِ إلَى الْعِيدِ. وَهَذَا بِاتِّفَاقِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ.
“Segala puji milik Alloh. Pendapat yang paling tepat tentang (waktu) takbir (muqoyyad) yang menjadi pendapat jumhur (kebanyakan) Salaf (ulama zaman dahulu) dan Fuqoha (para ahli hukum Islam) dari kalangan sahabat dan ulama, adalah dari waktu fajar (subuh) pada hari Arafah hingga hari tasyrik terakhir setiap bakda shalat (wajib).
Dan disyari’atkan bagi setiap orang mengeraskan takbir ketika keluar (rumah) menuju (sholat) ‘ied. Ini dengan kesepakatan Para imam Empat”. (Majmu’ Al-Fatawa, 24/220)
LAFAZH TAKBIR ‘IDUL FITHRI DAN ‘IDUL ADH-HA
Tidak terdapat riwayat yang shohih lafadz takbir tertentu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanya ada beberapa riwayat dari beberapa sahabat. Yang paling terkenal adalah takbir Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Riwayat dari beliau ada 2 lafadz takbir:
أ- اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
ب- اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar Allahu Akbar Laa ilaha illallaha, waAllahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Laa ilaha illallaha Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
“Artinya : Allah Maha Besar Allah Maha Besar,Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan untuk Allah segala pujian”. (Riwayat Ibnu Abi Syaibah 2/168 dengan isnad yang shahih)
Keterangan:
Lafadz: “Allahu Akbar” pada takbir Ibn Mas’ud boleh dibaca dua kali atau tiga kali. Semuanya diriwayatkan Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf.
Demikian sedikit penjelasan tentang takbir muqoyyad, sehingga bisa menjadi penjelasan untuk mengamalkannya. Wallohu ‘Alam.
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Ahad Bakda isya, 9-Dzulhijjah-1442 H / 18-Juli-2021