Tuntunan Menirukan Adzan
Ditulis oleh Muslim Atsari, Sragen, Bakda Zhuhur Kamis, 19-Robi’ul Akhir-1443 H / 25-November-2021 M
HADITS ABU SA’ID AL-KHUDRIY radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ المُؤَذِّنُ»
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzin.”([1])
HADITS ABU HUROIROH radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ يَقُولُ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ بِلاَلٌ يُنَادِى فَلَمَّا سَكَتَ قَالَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَالَ مِثْلَ هَذَا يَقِينًا دَخَلَ الْجَنَّةَ »
Dari Abu Huroiroh radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Kami bersama Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu Bilal berdiri beradzan. Ketika Bilal telah diam (selesai dari adzannya), Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa berkata seperti (Bilal) ini dengan yakin, dia pasti masuk surga”.([2])
HADITS MU’AWIYAH BIN ABI SUFYAN radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، قَالَ: سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ، وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى المِنْبَرِ، أَذَّنَ المُؤَذِّنُ، قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، قَالَ مُعَاوِيَةُ: «اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ»، قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَقَالَ مُعَاوِيَةُ: «وَأَنَا»، فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، فَقَالَ مُعَاوِيَةُ: «وَأَنَا»، فَلَمَّا أَنْ قَضَى التَّأْذِينَ، قَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى هَذَا المَجْلِسِ، حِينَ أَذَّنَ المُؤَذِّنُ، يَقُولُ مَا سَمِعْتُمْ مِنِّي مِنْ مَقَالَتِي»
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dia berkata: “Aku mendengar Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang sedang duduk di atas mimbar, ketika muadzin berkata: “Allaahu akbar, Allaahu akbar”, Mu’awiyah berkata: “Allaahu akbar, Allaahu akbar”.
Muadzin berkata: “Asyhadu allaa ilaaha illallaah”, Mu’awiyah berkata: “Dan saya”. Muadzin berkata: “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullaah”, Mu’awiyah berkata: “Dan saya”.
Setelah muadzin menyelesaikan adzannya, Mu’awiyah berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas tempat duduk ini -ketika muadzin beradzan-, beliau mengatakan apa yang kamu dengar dariku, yaitu perkataanku”.([3])
Di dalam riwayat lain disebutkan:
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ قَالَ: إِنِّي عِنْدَ مُعَاوِيَةَ إِذْ أَذَّنَ مُؤَذِّنُهُ، فَقَالَ مُعَاوِيَةُ كَمَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ حَتَّى إِذَا قَالَ: حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ. قَالَ: «لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ» فَلَمَّا قَالَ: حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ. قَالَ: «لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ» وَقَالَ بَعْدَ ذَلِكَ مَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ، ثُمَّ قَالَ: «سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مِثْلَ ذَلِكَ»
Dari ‘Alqomah bin Waqqoosh, dia berkata: “Aku berada di dekat Mu’awiyah, ketika muadzin-nya beradzan maka Mu’awiyah berkata seperti yang diucapkan oleh muadzin.
Sehingga muadzin berkata, “Hayya ‘alash sholaah”, dia berkata: “Laa haula walaa quwwata illa billah”.
Ketika muadzin berkata, “Hayya ‘alal falaah”, dia berkata: “Laa haula walaa quwwata illa billah”.
Setelah itu Mu’awiyah berkata seperti yang diucapkan oleh muadzin.
Kemudian Mu’awiyah berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan seperti itu”.([4])
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits–hadits ini, antara lain:
1- Keutamaan Bilal yang menjadi muadzin Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2- Perintah kepada orang yang mendengar adzan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzin.
3- Mengumandangkan adzan atau menirukan adzan, dengan memahami artinya dan meyakini kandungannya, merupakan sebab masuk surga.
4- Keagungan kalimat-kalimat yang ada di dalam adzan.
5- Keutamaan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang mengamalkan sunnah Nabi dengan menirukan adzan.
6- Khotib di atas mimbar juga menirukan adzan.
7- Menirukan adzan dengan suara keras yang didengar oleh orang-orang sekitarnya, seperti yang dilakukan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
8- Cara menirukan adzan adalah dengan mengucapkan seperti perkataan muadzin.
Kecuali kalimat “Hayya ‘alash sholaah” dan “Hayya ‘alal falaah”, maka dengan perkataan “Laa haula walaa quwwata illa billah”.
Dan kalimat syahadat boleh dijawab dengan “wa ana (saya juga)”.
9- Sesungguhnya manusia itu lemah. Manusia tidak memiliki daya untuk melaksanakan ketaatan dan tidak memiliki kekuatan untuk meninggalkan kemaksiatan kecuali dengan pertolongan Alloh.
Maka sepantasnya manusia banyak memohon pertolongan-Nya dan tidak berbangga dengan perbuatannya.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits–hadits yang agung ini. Semoga Alloh ﷻ selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.
_________________________
Footnote:
([1]) HR. Al-Bukhari, 611; Muslim, no. 383/10; Tirmidzi, no. 208; Nasai, no. 673; Abu Dawud, no. 522; Ibnu Majah, no. 720; Ahmad, no. 11020, 11504, 11742, 11860; Ibnu Khuzaimah, no. 411; Ibnu Hibban, no. 1686
([2]) HR. Nasai, no. 674; Ahmad, no.8624; Ibnu Hibban, no. 1667. Dishohihkan oleh imam Al-Albani di dalam Shohih At-Targhib, no. 246; dan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata di dalam Takhrijul Musnad
([4]) HR. Nasai, no. 677; Ahmad, no. 16831. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Nasai. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata di dalam Takhrijul Musnad, “Shohih lighoirihi”