Tiga Calon Penghuni Sorga (Bag. 2)

Dari ‘Iyadh al-Mujasyi’iy I, bahwa Rasulullah  bersabda,

[arabic-font]«أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ: ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ، وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ، وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ»[/arabic-font]

“Penghuni sorga ada tiga; penguasa yang adil, dermawan, yang diberi taufik (kepada apa yang Allah ridhai); seorang laki-laki yang penyayang, lagi lembut hatinya kepada setiap kerabat, dan setiap muslim; dan seorang yang bersih (dari meminta-minta), serta bersungguh-sungguh di dalam menjaga diri dari meminta-minta, lagi memiliki tanggungan keluarga.” (HR. Muslim)

Orang kedua dari penduduk sorga adalah seorang laki-laki yang penyayang, serta lembut hatinya terhadap kerabat dan setiap muslim.

Yaitu berbelas kasihan, dan simpati kepada mereka, menyayangi hamba-hamba Allah, orang-orang faqir, orang-orang lemah, anak-anak kecil, dan menyayangi setiap orang yang berhak kasih sayang. Hatinya lembut dan tidak keras terhadap setiap kerabat, dan setiap muslim, adapun terhadap orang kafir, maka dia keras terhadap mereka. Ini juga termasuk penghuni sorga.

Maka seorang muslim itu menyayangi saudara-saudaranya, merendahkan sayap kerendahan (berlemah lembut) kepada mereka. Dan kerendahan (berlemah lembut) tidaklah dipuji di dalam kitab Allah melainkan pada dua tempat;

Merendahkan diri kepada orang-orang mukmin. Allah berfirman,

[arabic-font]يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ [/arabic-font]

Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir…(QS. al-Maidah (5): 54)

Dan berlemah lembut kepada kedua orang tua, Allah berfirman,

[arabic-font]وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ [/arabic-font]

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan… (QS. al-Israa` (17): 24)

Dan di dalam as-Shahihain, bahwa Nabi kita bersabda,

[arabic-font]«تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى»[/arabic-font]

“Engkau akan melihat orang-orang mukmin itu di dalam rasa kasih sayang mereka, cinta dan kelemah lembutan mereka itu seperti satu jasad, jika satu anggota tubuh menderita sakit, maka seluruh anggota tubuhnya akan ikut terpengaruh dengan tidak bisa tidur dan demam.”

Di dalam as-Shahihain dari ‘Aisyah J, dia berkata, ‘Datang seorang Arab badui kepada Nabi , seraya berkata, ‘Anda menciumi anak-anak? Saya tidak pernah menciumi mereka.’ Maka Nabi bersabda,

[arabic-font]«أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ»[/arabic-font]

“Aku tidak akan kuasa untuk menjadikan rasa kasih sayang di dalam hatimu, jika Allah telah mencabut rasa kasih sayang itu dari hatimu.”

Pada riwayat Abu Dawud dan at-Turmudzi,

[arabic-font]«الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ»[/arabic-font]

“Orang-orang yang penyayang, Dzat yang Maha Penyayang akan menyayangi mereka. Sayangilah penduduk bumi, maka yang ada di langit akan menyayangi kalian.”

 

Orang yang ketiga adalah orang yang bersih (dari meminta-minta), bersungguh-sungguh menjaga diri dari meminta-minta, lagi memiliki tanggungan keluarga.

Ini menunjukkan bahwa akhlaq itu diusahakan. Maka kesabaran adalah dengan menyabarkan, dan tidak meminta-minta adalah dengan menjaga diri agar tidak meminta-minta.

Sabda Nabi ‘afiif adalah bersih dari meminta-minta, dengan tabiat, yaitu sesuai dengan asal tabiatnya. Muta’affif yaitu berlebihan di dalamnya dengan usahanya. Maka di dalamnya terdapat isyarat bahwa dengan menimbang asalnya, akhlaq itu adalah watak, dia akan bersih dan berkembang dengan penggunaannya.

Maksudnya adalah bahwa dengan keberadaan faktor pendorong untuk meminta-minta, berupa banyaknya anggota keluarganya dia tidak membersihkan air mukanya, dan tidak meminta-minta sesuatupun kepada seseorang.

Sungguh Nabi telah bersabda,

[arabic-font]«أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيكَ فَلَا عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: حِفْظُ أَمَانَةٍ، وَصِدْقُ حَدِيثٍ، وَحُسْنُ خَلِيقَةٍ، وَعِفَّةٌ فِي طُعْمَةٍ»[/arabic-font]

“Empat perkara, jika keempat perkara itu ada padamu, maka tidak ada masalah atasmu apa yang Engkau kehilangan bagian dari dunia; menjaga amanah, jujur dalam berbicara, baik akhlaqnya, dan menjaga diri dari meminta-minta di dalam (mencari) makan.” (HR. Ahmad)

Dan di dalam Jami’ at-Turmudzi dari Abu Hurairah I, bahwa Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«عُرِضَ عَلَيَّ أَوَّلُ ثَلَاثَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: شَهِيدٌ، وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ، وَعَبْدٌ أَحْسَنَ عِبَادَةَ اللَّهِ وَنَصَحَ لِمَوَالِيهِ»[/arabic-font]

“Ditampakkan kepadaku tiga golongan pertama yang mereka akan masuk sorga; orang yang mati syahid, orang yang tidak meminta-minta dan menjaga diri dari meminta-minta, serta seorang sahaya yang memperbagusi peribadatannya kepada Allah serta menasihati tuan-tuannya.”

Sebagian orang-orang ‘arif berkata, ‘Tidaklah seseorang meminta kepada manusia melainkan karena kebodohannya kepada Allah , dan kelemahan keyakinannya. Dan tidaklah seseorang itu menjaga diri dari meminta-meminta melainkan karena berlimpahnya keilmuan dia kepada Allah, serta bertambahnya ma’rifah dia kepada-Nya, dan banyaknya sifat malunya dari-Nya.”

(Diambil dari kitab Tsulaatsiyaat Nabawiyah Jilid II, DR. Mihran Mahir ‘Utsman, dialih bahasakan oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *