Tiga Amalan Penghapus Dosa (2) Menyempurnakan Wudhu’ Pada Waktu Yang Tidak Disukai

Dari Ibnu ‘Umar L, dia berkata, ‘Rasulullah  bersabda,

[arabic-font]«ثَلاثٌ كَفَّارَاتٌ: انْتِظَارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ، وَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ، وَنَقْلُ الأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ»[/arabic-font]

“Tiga penghapus-penghapus dosa; menunggu (waktu pelaksanaan) shalat (lain) setelah (mendirikan) shalat; menyempurnakan wudhu’ di waktu-waktu pagi yang dingin; serta menghantarkan kaki-kaki menuju shalat-shalat berjama’ah.”

(HR. at-Thabraniy dalam al-Mu’jam al-Kabiir)([1])

Yang dimaksud dengan kaffarat adalah penghapus dosa-dosa.

Di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah I, bahwa Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ»؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: «إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ؛ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ»[/arabic-font]

“Maukah kalian kutunjukkan perkara yang dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan (dosa), dan dengannya Allah akan mengangkat derajat-derajat?’ Mereka menjawab, ‘Ya, Ya Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Menyempurnakan wudhu` pada waktu-waktu yang tidak disukai (karena dinginnya), banyak langkah menuju masjid, dan menunggu (pelaksanaan waktu) shalat setelah (melaksanakan) shalat; maka itulah ribath.”([2])

Kaffarah yang kedua: menyempurnakan wudhu’ pada waktu-waktu yang tidak disukai.

Makna isbaaghul wudhu` adalah menyempurnakannya.

As-sabaraat adalah bentuk jamak dari as-sabrah, yaitu pagi hari yang dingin.

Dan di dalam riwayat Muslim,

[arabic-font]«عَلَى الْمَكَارِهِ»[/arabic-font]

“Pada waktu-waktu yang tidak disukai.”([1])

Maka harus ada dua perkara; menyempurnakan wudhu`, dan penyempurnaannya adalah pada waktu-waktu yang tidak disukai. Dan yang dimaksud adalah penyempurnaan wudhu` itu ada pada kondisi yang memberatkan jiwa untuk berwudhu`.

Dan termasuk perkara yang bisa membawa hal itu adalah mengingat-ingat keutamaan wudhu`. Diantaranya adalah riwayat yang ada pada hadits Abu Hurairah I, dia berkata, ‘Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ، فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ، فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ، حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنْ الذُّنُوبِ»[/arabic-font]

“Jika seorang hamba mukmin berwudhu`, lalu dia membasuh wajahnya, maka keluarlah dari wajahnya seluruh kesalahan yang dia melihatnya dengan kedua matanya bersama dengan air, atau bersama dengan akhir tetesan air. Jika dia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya segala kesalahan yang telah dilakukan oleh kedua tangannya bersama air, atau bersama dengan akhir tetesan air. Jika dia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah seluruh kesalahan yang kedua kakinya melangkah kepadanya bersama dengan air, atau bersama dengan akhir tetesan air, hingga dia keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.” (HR. Muslim)([2])

Dan hadits-hadits yang di dalamnya Nabi memberikan penjelasan bahwa menyempurnakan wudhu` adalah kaffarah (penebus) dosa-dosa adalah banyak. Diantaranya adalah hadits ‘Utsman I, saat dia berwudhu` lalu menyempurnakan wudhu`, dia berkata, ‘Aku melihat Rasulullah i berwudhu` seperti wadhu`ku ini, kemudian beliau bersabda,

[arabic-font]«مَنْ تَوَضَّأَ هَكَذَا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَكَانَتْ صَلَاتُهُ وَمَشْيُهُ إِلَى الْمَسْجِدِ نَافِلَةً»[/arabic-font]

“Barangsiapa berwudhu` seperti ini, maka diampuni untuknya dosa-dosanya yang telah lalu, dan adalah shalat dia, serta jalan dia menuju masjid adalah amal sunnah.” (HR. Muslim)([3])

Diantaranya adalah,

[arabic-font]«مَا مِنْ عَبْدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ ، فَيَغْسِلُ وَجْهَهُ حَتَّى يَسِيلَ الْمَاءُ عَلَى ذَقَنِهِ ، ثُمَّ يَغْسِلُ ذِرَاعَيْهِ حَتَّى يَسِيلَ الْمَاءُ عَلَى مِرْفَقَيْهِ ، وَيَغْسِلُ رِجْلَيْهِ حَتَّى يَسِيلَ الْمَاءُ مِنْ قِبَلِ كَعْبَيْهِ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ؛ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا سَلَفَ مِنْ ذَنْبِهِ»[/arabic-font]

“Tidak ada diantara seorang hamba yang dia berwudhu`, lalu dia memperbagusi wudhu`nya, kemudian dia basuh wajahnya hingga air mengalir diatas dagunya, kemudian dia membasuh dua lengannya hingga air mengalir diatas kedua sikunya, lalu membasuh kedua kakinya hingga air mengalir dari arah kedua mata kakinya, kemudian dia berdiri shalat dua rakaat, melainkan diampunilah untuknya apa yang telah berlalu dari dosanya.” (HR. at-Thabraniy)([4])

Dan menyempurnakan wudhu` adalah termasuk iman kepada Allah.

Dari Abu Malik al-Asy’ariy I, dia berkata, ‘Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ شَطْرُ الْإِيمَانِ»[/arabic-font]

“Menyempurnakan wudhu` adalah separuh keimanan.” (HR. Ibnu Majah)([5])

Dan ia adalah termasuk diantara banyak dalil atas ungkapan bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan.

(Diambil dari kitab Tsulaatsiyaat Nabawiyah Jilid III, DR. Mihran Mahir ‘Utsman, dialih bahasakan oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)

_____________________________

Footnote:

([1]) HR. Muslim (251), at-Turmudzi (51), an-Nasa`iy (143), Ibnu Majah (428), Ahmad (8008), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (VI/476) -pent

([2]) HR. Muslim (244), at-Tirmidzi (2), an-Nasa`iy (103), Ibnu Majah (282), Ahmad (19087), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (VI/480) -pent

([3]) HR. Muslim (229), Ibnu Majah (285), al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iiman (2724), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (VI/482) -pent

([4]) HR. at-Thahawiy, Syarhu Ma’aanii al-Aatsaar (182), ‘Abdurrazzaq, al-Mushannaf (156), al-Haitsamiy berkata di dalam Majma’u az-Zawaa`id (I/224), ‘Hadits diriwayatkan oleh at-Thabraniy dalam al-Kabiir, dan dia meriwayatkannya dengan sanad lain… dan para perawinya ditsiqahkan.” Disebutkan juga oleh Ibnu Katsir dalam Jaami’ al-Masaaniid wa as-Sunan (5673) -pent

([5]) HR. Ibnu Majah (280), an-Nasa`iy (2437), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (IV/68), Shahiihul Jaami’ (925) -pent

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *