Termasuk Kesyirikan Bernadzar Untuk Selain Allah

 

بابٌ مِنَ الشركِ النَّذْرُ لِغَيْرِ الله، وَقَوْلُ الله تَعَالَى: {يُوفُونَ بِالنَّذْرِ} الآيَةُ [الإنسان: 17] , وَقَوْلُهُ: {وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُمْ مِنْ نَذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ} [البقرة: 270].

 

Bab termasuk kesyrikan bernadzar kepada selain Allah. Dan Firman Allah subhaanahu wata’aalaa, “Mereka menepati nadzar…” (QS. Al Insan: 17)  “Dan apapun yang kalian nafkahkan, dan apapun yang kalian nadzarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah: 270).

 

Korelasi hubungan bab ini bagi Kitab at-Tauhid:

 

Bahwasannya penulis Kitab Tauhid rahimahullah telah menjelaskan di dalamnya satu macam dari macam-macam kesyirikan yang menafikan tauhid; yaitu bernadzar untuk selain Allah agar diwaspadai dan dijauhi.

 

Kosakata:

 

[مِنَ الشركِ] dari kesyirikan, yaitu syirik akbar.

 

[النَّذْرُ لِغَيْرِ الله] bernadzar untuk selain Allah, dikarenakan ia adalah ibadah, dan memalingkan ibadah kepada selain Allah adalah kesyirikan.

 

Dan nadzar adalah bentuk mashdar dari نَذَرَ يَنْذُرُ: mewajibkan sesuatu terhadap dirinya sendiri akan sesuatu yang sebelumnya tidak wajib atasnya secara syar’iy dalam rangka mengagungkan yang kepadanya nadzar itu diberikan. Dan asal katanya dalam bahasa arab adalah al-iijaab [الإيجاب]

 

[يُوفُونَ بِالنَّذْرِ] mereka memenuhi nadzar, yaitu mereka menyempurnakan apa yang telah mereka wajibkan terhadap diri-diri mereka sendiri; berupa ketaatan-ketaatan kepada Allah subhaanahu wata’aalaa.

 

[وَمَا] huruf مَا syarthiyyah, dan boleh juga menjadi huruf maushuul.

 

[أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ] dan infaq yang kalian infaqkan, mencakup segala sedekah yang diterima dan yang tidak diterima.

 

[أَوْ نَذَرْتُمْ مِنْ نَذْرٍ] dan nadzar yang kalian nadzarkan, mencakup segala nadzar yang diterima dan yang tidak diterima.

 

[فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ] maka sesungguhnya Allah mengetahuinya, yaitu Dia akan membalasmu. Maka di dalamnya terdapat makna janji dan ancaman.

 

Makna global bagi kedua ayat:

 

Bahwasannya Allah subhaanahu wata’aalaa memuji orang-orang yang beribadah kepada-Nya dengan apa yang mereka wajibkan bagian dari ketaatan kepada diri-diri mereka sendiri, sebagaimana Dia subhaanahu wata’aalaa memberitakan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sedekah yang kita bersedekah dengannya, dan Maha Menetahui segala ibadah yang kita lakukan untuk-Nya dan untuk selain-Nya, dan Dia akan membalas masing-masing sesuai dengan niat dan tujuannya.

 

Korelasi hubungan kedua ayat bagi bab:

 

Bahwasannya kedua menunjukkan bahwa nadzar adalah satu ibadah; dimana Allah memuji orang yang memenuhinya, sementara Dia tidak akan memuji kecuali kepada perkara yang diperintah atau meninggalkan perkara yang dilarang. Sebagaimana Dia telah memberitahukan bahwa Dia Maha Mengetahui apa yang bersumber muncul dari diri kita; berupa nafkah-nafkah yang nadzar-nadzar, dan Dia akan membalas kita berdasarkan yang demikian. Maka yang demikian menunjukkan bahwa nadzar adalah satu ibadah, dan perkara yang ia adalah suatu ibadah, maka memalingkannya untuk selain Allah adalah kesyirikan.

 

Faidah yang diambil dari kedua ayat:

 

  • Bahwasannya nadzar adalah sebuah ibadah, maka memalingkannya untuk selain Allah subhaanahu wata’aalaa adalah syirik besar.
  • Penetapan ilmu Allah subhaanahu wata’aalaa terhadap segala sesuatu.
  • Penetapan balasan atas seluruh amal.
  • Motivasi untuk memenuhi nadzar.

 

Sumber:  at-Ta’liiq al-Mukhtashar al-Mufiid, Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *