Manakala Allah Tabaraka wa ta’ala telah selesai menghitung amalan hamba, begitu pula masing-masing telah menerima hasilnya. Maka manusia berbondong-bondong menuju Shirat untuk meniti diatasnya menuju surga, dan di antara mereka ada yang sebelumnya mampir dulu ke nereka baru masuk ke surga.
Pada saat itu, tidak ada jalan untuk bisa mencapai surga melainkan harus melewati jembatan yang dibentangkan diatas gelegak panasnya api neraka, agar semua orang, baik kafir maupun muslim meniti diatasnya. Dan tidak ada seorangpun di antara mereka, melainkan pasti mendatangi hal itu, Allah Ta’ala menegaskan akan hal itu dalam firmanNya:
[arabic-font]﴿ وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمٗا مَّقۡضِيّٗا ٧١ ثُمَّ نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيّٗا ﴾[/arabic-font]
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”. (QS Maryam: 71-72).
Singkat perjalanan Bani Adam pada saat itu, yaitu melalui beberapa kejadian diantaranya:
-
Di tengah jalan menuju Shirat, mereka melewati telaganya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu meminum airnya.
Hal itu sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliua berkata: ‘Rasulallahu Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
[arabic-font](( تَرِدُ عَلَيَّ أُمَّتِي الْحَوْضَ وَأَنَا أَذُودُ النَّاسَ عَنْهُ كَمَا يَذُودُ الرَّجُلُ إِبِلَ الرَّجُلِ عَنْ إِبِلِهِ قَالُوا يَا نَبِيَّ اللهِ أَتَعْرِفُنَا قَالَ نَعَمْ لَكُمْ سِيمَا لَيْسَتْ لِأَحَدٍ غَيْرِكُمْ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ ,وَلَيُصَدَّنَّ عَنِّي طَائِفَةٌ مِنْكُمْ فَلَا يَصِلُونَ. فَأَقُولُ يَا رَبِّ هَؤُلَاءِ مِنْ أَصْحَابِي, فَيُجِيبُنِي مَلَكٌ فَيَقُولُ: وَهَلْ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ )) [/arabic-font]
“Umatku datang ke telaga, dan aku memberi mereka satu persatu minum dari airnya, sebagaimana seseorang memberi minum untanya. Mereka bertanya padaku; ‘Wahai Nabi Allah, apakah engkau pada waktu itu mengenali kami? Ia, jawabku. Kalian mempunyai tanda yang tidak dimiliki oleh umat lain, aku mengenali kalian, karena kalian datang dalam keadaan bercahaya bekas air wudhu’. Lalu aku lihat ada sekelompok orang yang diusir dari telagaku, maka aku katakan; ‘Ya Allah, mereka para sahabatku’. Malaikat berkata padaku; ‘Engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan setelah kamu meninggal”.1
Dalam hadits yang lain di katakan, dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
[arabic-font](( إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ مِنْ أَيْلَةَ مِنْ عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنْ الثَّلْجِ وَأَحْلَى مِنْ الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ وَلَآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُومِ وَإِنِّي لَأَصُدُّ النَّاسَ عَنْهُ كَمَا يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ النَّاسِ عَنْ حَوْضِهِ . قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَعْرِفُنَا يَوْمَئِذٍ . قَالَ نَعَمْ , لَكُمْ سِيمَا لَيْسَتْ لِأَحَدٍ مِنْ الْأُمَمِ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ )) [/arabic-font]
“Sesungguhnya telagaku, lebarnya sepanjang Ailah sampai ke ‘Adn. Airnya lebih putih dari salju, rasanya lebih manis dari madu dan susu, (adapun) bejananya lebih banyak dari bintang gemintang dilangit. Dan aku memberi minum manusia sebagaimana seseorang memberi minum untanya dari telaganya.
Para Sahabata bertanya; ‘Wahai Rasulallah, Apakah pada saat itu engkau mengenali kami? Beliau bersabda: ‘Ia, kalian pada waktu itu mempunyai tanda yang tidak dimiliki oleh umat yang lain, kalian mendatangiku dalam keadaan bercahaya, bekas air wudhu”.2
-
Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mendahului umatnya, menuju telaga tatkala usai penghisaban, untuk bisa menyambut mereka disana.
Hal itu, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah riwayat dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Bahwa Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam pernah bersabda:
[arabic-font](( إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ )) [/arabic-font]
“Sesungguhnya aku nanti akan mendahului kalian menuju telaga, maka barangsiapa yang melewati telagaku maka ia minum darinya, dan siapa yang minum darinya maka ia tidak akan merasa haus selama-lamanya. Sungguh akan datang sekelompok kaum kepadaku, yang aku mengetahui mereka sedangkan merekapun mengenaliku, akan tetapi ada yang menghalangiku dan mereka”.3
Dalam riwayat lain, yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
([arabic-font]( أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ لَيُرْفَعَنَّ إِلَيَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لِأُنَاوِلَهُمْ اخْتُلِجُوا دُونِي فَأَقُولُ أَيْ رَبِّ أَصْحَابِي فيَقُولُ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ )) [/arabic-font]
“Aku akan mendahului kalian menuju telaga. Sungguh akan datang sekelompok orang diantara kalian, sampai kiranya aku telah bersiap-siap untuk menyambutnya, namun mereka diusir (keluar dari telagaku). Maka aku katakan; ‘Ya Allah, sahabatku’. Allah berfirman: ‘Kamu tidak mengetahui apa yang mereka lakukan setelahmu”.4
Bersambung…
(Diterjemahkan dari kitab al-Iimaan bi al-Yaumi al-Aakhir, oleh Syaikh Muhammad Ahmad al-‘Amari)
1 . HR Muslim no: 365. Dalam Bab: Istihbab Ithalatil Ghurah wat Tahjiil fiil Wudhu.
2 . HR Muslim no: 364. Dalam Bab: Istihbab Ithalatil Ghurah wat Tahjiil fiil Wudhu.
3 . HR Bukhari no: 6097. Dalam Bab: Man Ra’a anna Shahibal Haudh wal Qirbah Ahaqu bii Maaihi.
4 . HR Bukhari no: 6527. Dalam Bab: Man Ra’a anna Shahibal Haudh wal Qirbah Ahaqu bii Maaihi.