Penghapus-Penghapus Dosa Dari al-Qur`an al-Kariim (9) Taubat Nashuha

 

Penghapus-Penghapus Dosa Dari al-Qur`an al-Kariim (9) Taubat Nashuha

 

Dengannya, segala keburukan diganti dengan kebaikan-kebaikan.

 

  1. Allah ﷻ berfirman,

 

إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَٰلِحًا فَأُوْلَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللهُ سَيِّ‍َٔاتِهِم حَسَنَٰتٍ وَكَانَ ٱللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا ٧٠

 

Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itulah orang-orang yang kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Furqaan (25): 70)

 

[Kecuali orang-orang yang bertaubat] dari segala kemaksiatan ini; mensekutukan Allah, berzina, membunuh jiwa tanpa haq dan selainnya; yaitu meninggalkan dosa itu dengan segera, menyesali segala perbuatan yang telah berlalu, lalu bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi [dan beriman] kepada Allah dengan iman yang benar, yang mencakup meninggalkan segala kemaksiatan serta mengerjakan segala ketaatan [dan mengerjakan amal shalih] dari segala perkara yang diperintahkan oleh as-Syaari’ (Sang Pembuat Syari’at) jika dengannya dia mencari wajah Allah.

 

[Maka mereka itulah orang-orang yang kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan], yaitu perbuatan-perbuatan serta ucapan-ucapan mereka yang dulunya dipersiapkan untuk amal keburukan berganti menjadi kebaikan-kebaikan. Kesyirikan mereka berganti menjadi keimanan, kemaksiatan mereka berganti menjadi ketaatan. Keburukan-keburukan yang sama, yang telah mereka kerjakan berganti, kemudian dari setiap dosanya mereka perbaharui dengan pertaubatan, dan inabah. Semuanya diganti menjadi kebaikan-kebaikan sebagaimana zhahir ayat tersebut.

 

Tentangnya telah diriwayat sebuah hadits tentang seorang laki-laki yang dihisab oleh Allah ﷻ karena sebab sebagian dosa-dosanya, lalu menghitung satu persatu dosa-dosa tersebut atasnya. Kemudian Allah ganti setiap tempat keburukan dengan kebaikan. Lalu diapun berkata,

 

«يَا رَبِّ إِنَّ لِيْ سَيِّئَاتٍ لَا أَرَاهَا هَاهُنَا»

 

“Wahai Rabb-ku, sesungguhnya aku memiliki keburukan-keburukan yang aku tidak melihatnya di sini.”([1]) Wallaahu a’lam.

 

[Dan adalah Allah Maha Pengampun] bagi orang yang bertaubat, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa yang besar [lagi Maha Penyayang] kepada hamba-hamba-Nya; dimana Allah telah mengajak mereka untuk bertaubat setelah dia menampilkan dosa-dosa besarnya, kemudian Dia memberikan taufiq kepada mereka untuk bertaubat, lalu Dia pun menerima pertaubatan tersebut dari mereka.’([2])

 

  1. Allah ﷻ berfirman,

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللهِ تَوبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُم أَن يُكَفِّرَ عَنكُم سَيِّ‍َٔاتِكُم وَيُدخِلَكُم جَنَّٰتٍ تَجرِي مِن تَحتِهَا ٱلأَنهَٰرُ يَومَ لَا يُخزِي ٱللهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُم يَسعَىٰ بَينَ أَيدِيهِم وَبِأَيمَٰنِهِم يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتمِم لَنَا نُورَنَا وَٱغفِر لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ ٨

 

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. at-Tahriim (66): 8)

 

“Sungguh Allah telah memerintahkan taubat nashuha di dalam ayat ini. Serta menjanjikan penghapusan keburukan-keburukan di atas taubat tersebut; masuk sorga, kesuksesan dan keberuntungan saat orang-orang yang beriman pada hari kiamat berjalan dengan cahaya keimanan mereka, mereka berjalan dengan sinarnya, menikmati esensi dan ketentramannya. Mereka ketakutan jika cahaya-cahaya yang diberikan kepada orang-orang munafiq padam. Lalu mereka memohon kepada Allah agar menyempurnakan cahaya mereka bagi mereka. Kemudian Allah mengabulkan do’a mereka, lalu dengan cahaya dan keyakinan yang bersama mereka, Allah sampaikan mereka kepada sorga yang dipenuhi dengan segala kenikmatan, di sisi Rabb yang Maha Mulia. Dan semua ini adalah bagian dari peninggalan taubat nashuhah.

 

Yang dimaksud dengannya adalah taubat umum yang mencakup seluruh dosa, pertaubatan yang diikat oleh seorang hamba untuk Allah, dengan pertaubatan tersebut, dia tidak menginginkan apapun kecuali wajah-Nya, dekat kepada-Nya, serta terus diatasnya pada seluruh kondisinya.”([3])

 

  1. Allah ﷻ berfirman,

 

ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُواْ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٖ ثُمَّ تَابُواْ مِن بَعدِ ذَٰلِكَ وَأَصلَحُوٓاْ إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ١١٩

 

Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nahl (16): 119)

 

“Ini khusus dari-Nya untuk hamba-hamba-Nya yang berada di atas pertaubatan, dan sebuah panggilan untuk mereka kepada inabah. Lalu Dia memberikan kabar bahwa barangsiapa melakukan dosa dengan kebodohan terhadap akibat yang dihasilkannya sekalipun dia sengaja melakukan dosa tersebut, maka sesungguhnya ilmu yang ada di dalam hatinya harus berkurang saat dia melakukan dosa tersebut; lalu jika dia bertaubat, kemudian memperbaiki dirinya dengan meninggalkan dosa, menyesalinya, dan memperbaiki amal perbuatannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuninya dan merahmatinya. Allah akan menerima pertaubatannya, kemudian mengembalikannya kepada keadaan-Nya yang pertama, atau lebih tinggi darinya.”([4])

 

  1. Allah ﷻ berfirman,

 

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا ثُمَّ ٱهتَدَىٰ ٨٢

 

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thaahaa (20): 82)

 

“Yaitu banyak memberikan ampunan dan rahmat bagi orang yang bertaubat dari kekufuran, kebid’ahan dan kefasikan. Serta bagi orang yang beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan akhir, serta beramal shalih, baik amal-amal hati dan badan maupun ucapan-ucapan lisan.”

 

[kemudian tetap di jalan yang benar] yaitu meniti jalan yang lurus, mengikuti Rasul yang mulia, dan mengikuti agama yang lurus. Maka dengan ini Allah ﷻ akan mengampuni dosa-dosanya, memaafkan apa yang telah berlalu dari dosa dan desakannya. Dikarenakan dia telah mendatangi sebab terbesar untuk mendapatkan ampunan dan rahmat. Bahkan seluruh sebab, semuanya, terbatas pada hal-hal ini. Dikarenakan pertaubatan akan menutupi apapun yang ada sebelumnya; keimanan dan Islam akan meruntuhkan apapun sebelumnya; amal shalih yang itu adalah kebaikan-kebaikan, akan menghilangkan keburukan-keburukan. Sementara meniti jalan hidayah dengan segenap macamnya; berupa mempelajari ilmu, mendatadabburi sebuah ayat atau hadits, hingga menjadi jelas baginya satu makna dari makna-makna yang diambil petunjuk dengannya; berdakwah kepada agama yang haq; membantah kebid’ahan, kekufuran, ataupun kesesatan; berjihad; berhijrah; dan bagian-bagian dari hidayah lain, semuanya adalah penghapus-penghapus dosa, dan penghasil segala tujuan yang dicari.”([5])

 

  1. Allah ﷻ berfirman,

 

إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُواْ وَأَصلَحُواْ وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَتُوبُ عَلَيهِم وَأَنَا ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ١٦٠

 

Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan([6]) dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah (2): 160)

 

“Yaitu mereka kembali dari dosa-dosa yang dulu mereka berada di atasnya, dengan penuh penyesalan, meninggalkannya dengan segera, serta dengan penuh tekad untuk tidak kembali mengulangi dosa tersebut [dan mereka mengadakan perbaikan] kapada apa yang rusak dari amal-amal perbuatan mereka. Maka tidak cukup dengan meninggalkan perkara yang buruk hingga meraih perbuatan yang baik.

 

Dan yang demikian itu juga tidak cukup bagi orang yang menyembunyikannya, hingga dia menjelaskan apa yang telah dia sembunyikan, dan menampakkan lawan dari apa yang dia samarkan. Maka orang inilah yang Allah menerima taubatnya. Dikarenakan pertaubatan dari Allah tidak akan terhalangi darinya. Maka barangsiapa datang dengan membawa penyebab taubat, maka Allah akan menerima taubatnya. Dikarenakan dia adalah at-Tawwab, yaitu Dzat yang kembali kepada hamba-hamba-Nya dengan maaf dan pengampunan setelah dosa jika mereka bertaubat, dan kembali kepada mereka dengan perbuatan baik dan pemberikan kenikmatan setelah menahannya jika mereka kembali (kepada-Nya). (Dia Allah adalah) ar-Rahiim bersifat penuh sayang yang agung, yang rahmat dan kasih sayangnya meliputi segala sesuatu. Dan termasuk bagian dari rahmat-Nya adalah memberikan taufiq kepada mereka untuk bertaubat dan kembali, kemudian mereka bertaubat dan kembali. Lalu Allah merahmati mereka dengan menerima semua itu dari mereka, dengan penuh kelembutan, dan kemuliaan. Inilah hukum orang yang bertaubat dari dosa.”([7])

 

  1. Allah ﷻ berfirman,

 

فَمَن تَابَ مِنۢ بَعدِ ظُلمِهِۦ وَأَصلَحَ فَإِنَّ ٱللهَ يَتُوبُ عَلَيهِۚ إِنَّ ٱللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ٣٩

 

Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Maidah (5): 39)

 

“Maka Dia pun akan mengampuni orang yang bertaubat lalu meninggalkan dosa, memperbaiki segala amal dan aib. Dan yang demikian itu dikarenakan Allah adalah pemilik kerajaan langit dan bumi. Dia berhak untuk berbuat sesuai dengan yang Dia kehendaki; dari berbagai perbuatan, baik yang bersifat taqdir, maupun syari’at; memberikan ampunan ataupun memberikan hukuman; semuanya sesuai dengan apa yang dikandung oleh hikmah-Nya, Rahmat-Nya yang luas, dan juga ampunan-Nya.”([8])

 

  1. Allah ﷻ berfirman,

 

أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى ٱللهِ وَيَستَغفِرُونَهُۥۚ وَٱللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ٧٤

 

Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Maidah (5): 74)

 

“Yaitu, mereka kembali kepada apa yang Dia cinta dan ridhai; berupa pengakuan untuk Allah dengan bertauhid, dan bahwa ‘Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya dari apa yang dulu pernah mereka katakan. [Dan mereka memohon ampunan] dari segala perkara yang bersumber dari mereka [Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang] yaitu mengampuni dosa-dosanya orang-orang yang bertaubat, sekalipun dosa itu mencapai awan di langit, merahmati mereka dengan menerima taubat mereka, serta mengganti keburukan-keburukan mereka dengan kebaikan-kebaikan.

 

Dan Allah ﷻ telah mengeluarkan ajakan kepada mereka menuju taubat dengan penawaran yang ia merupakan puncak kelembutan dan keluwesan di dalam firman-Nya, [Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah].”([9])

 

(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)

_____________________________________

Footnote:

([1]) Imam Ahmad mengeluarkan hadits di dalam al-Musnad (35/313, no. 21393) dari Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

«يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُقَالُ: اعْرِضُوا عَلَيْهِ صِغَارَ ذُنُوبِهِ. قَالَ: فَتُعْرَضُ عَلَيْهِ وَيُخَبَّأُ عَنْهُ كِبَارُهَا، فَيُقَالُ: عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا، وَهُوَ مُقِرٌّ لَا يُنْكِرُ، وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنَ الْكِبَارِ، فَيُقَالُ: أَعْطُوهُ مَكَانَ كُلِّ سَيِّئَةٍ عَمِلَهَا حَسَنَةً»، قَالَ: «فَيَقُولُ: إِنَّ لِي ذُنُوبًا مَا أَرَاهَا». قَالَ: قَالَ أَبُو ذَرٍّ: فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ»

“Didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat, lalu dikatakan, ‘Tunjukkan padanya dosa-dosa kecilnya.’ Beliau bersabda, ‘Kemudian ditunjukkanlah kepadanya (dosa-dosa kecilnya) dan ditutuplah darinya dosa-dosa besarnya. Lalu dikatakan, ‘Engkau dulu, pada hari demikian dan demikian telah melakukan demikian dan demikian.’ Sementara dia mengakui (semua itu) dan tidak mengingkarinya, sementara dia dalam keadaan ketakutan akan dosa-dosa besarnya. Lalu dikatakan, ‘Berikanlah kepadanya satu kebaikan sebagai ganti tempat setiap keburukan yang pernah dia kerjakan.’ Beliau bersabda, ‘Maka diapun berkata, ‘Sesungguhnya saya memiliki dosa-dosa yang belum saya lihat (di sini).’ Perawi berkata, ‘Abu Dzar berkata, ‘Sungguh aku telah melihat Rasulullah ﷺ tertawa hingga tampak gigi-gigi seri beliau.’

Dan dengan riwayat yang semisalnya ada pada al-Bahru az-Zikhaaru milik al-Bazzar (9/397 no. 3987), as-Syamaa-il al-Muhammadiyah milik at-Turmudzi (227), Ibnu Abi Syaibah (6/161 no. 30335), dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Silsilatu al-Ahaadiits as-Shahiihah (3052), dan Mukhtasharu as-Syamaa-il (195)

([2]) Lihat Taisiiru al-Kariim ar-Rahmaan, hal. 687.

([3]) Lihat Taisiiru al-Kariim ar-Rahmaan, hal. 1030-1031.

([4]) Lihat Taisiiru al-Kariim ar-Rahmaan, hal. 524.

([5]) Lihat Taisiiru al-Kariim ar-Rahmaan, hal. 595.

([6]) Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan. (Terjemah DEPAG RI)-pent

([7]) Lihat Taisiiru al-Kariim ar-Rahmaan, hal. 73-74.

([8]) Lihat Taisiiru al-Kariim ar-Rahmaan, hal. 254.

([9]) Lihat Taisiiru al-Kariim ar-Rahmaan, hal. 265.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *