9- Syari’at Berqurban Bagi Musafir
HADITS IBNU ABBAS
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَحَضَرَ الأَضْحَى، فَاشْتَرَكْنَا فِي البَقَرَةِ سَبْعَةً، وَفِي الجَزُورِ عَشَرَةً.
Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, dia berkata: “Dahulu kami bersama Rasulullah ﷺ di dalam safar, lalu tibalah hari raya ‘Iedul Adh-ha, maka kami pun berserikat berqurban seekor sapi untuk tujuh orang; dan berserikat berqurban seekor onta untuk sepuluh orang.”([1])
HADITS TSAUBAN BEKAS BUDAK ROSULULLOH
عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ذَبَحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُضْحِيَّةً لَهُ، ثُمَّ قَالَ لِي: «يَا ثَوْبَانُ، أَصْلِحْ لَحْمَ هَذِهِ الشَّاةِ» قَالَ: فَمَا زِلْتُ أُطْعِمُهُ مِنْهَا حَتَّى قَدِمَ الْمَدِينَةَ.
Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah ﷺ, dia berkata: “Rasulullah ﷺ menyembelih qurbannya, lalu bersabda kepadaku: “Wahai Tsauban, urus-lah (awetkan) daging kambing ini!”.
Tsauban berkata: “Aku terus memberi makan kepada beliau dari daging qurban itu sampai beliau datang ke kota Madinah”.([2])
Di dalam riwayat lain Tsauban berkata:
قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ: «أَصْلِحْ هَذَا اللَّحْمَ»
“Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku: “Urus-lah (awetkan) daging ini!”.([3])
Di dalam riwayat lain Tsauban berkata:
قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَنَحْنُ بِمِنًى: «أَصْلِحْ لَنَا مِنْ هَذَا اللَّحْمِ»
“Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku, ketika kami di Mina: “Urus-lah (awetkan) daging ini!”.([4])
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits-hadits ini, antara lain:
1- Boleh bersekutu di dalam menyembelih hewan qurban, satu sapi maksimal untuk tujuh orang; satu onta maksimal untuk sepuluh orang; adapun kambing tidak boleh bersekutu.
2- Berqurban dilakukan oleh muqim (orang yang berada di kotanya sendiri) dan oleh musafir (orang yang melakukan perjalanan di luar kota). Dan ini pendapat banyak Ulama.([5])
3- Hadits-hadits di atas sebagai bantahan terhadap pendapat sebagian Ulama, bahwa musafir tidak disyari’atkan berqurban.
4- Shohibul qurban (orang yang berqurban) menyembelih qurbannya di tempat dia berada.
Ketika Nabi dan Sahabat berada di Madinah, mereka berqurban di Madinah.
Ketika berhaji, Nabi ﷺ berqurban di Makkah.
5- Orang yang berqurban boleh makan, menyimpan dan membawa bekal makanan dari daging hewan qurban lebih dari tiga hari.([6])
6- Larangan makan dari daging hewan qurban lebih dari tiga hari telah mansukh (dihapus hukumnya).
7- Menyimpan dan membawa bekal makanan di dalam safar (perjalanan luar kota) tidak bertentangan dengan tawakkal.([7])
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits-hadits yang agung ini. Semoga Alloh ﷻ selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju sorga-Nya yang penuh kebaikan.
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Jum’at, Dhuha, 11-Dzulqo’dah-1443 H / 10-Juni-2022
______________
Footnote:
([1]) HR. Tirmidzi, no. 905, 1501; Ibnu Majah, no. 3131; Nasai, no. 4392; Ahmad, no. 2484; Ibnu Khuzaimah, no. 2908; Ibnu Hibban, no. 4007. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani
([2]) HR. Muslim, no. 1975/35 (tanpa kata ‘kambing’); Abu Dawud, no; Ahmad, no. 22391, 22421; dll. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth
([3]) HR. Muslim, no. 1975/36. Dikuatkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Irwaul Gholil, no. 1158
([4]) HR. Ad-Darimi, no. 1981. Dikuatkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Irwaul Gholil, no. 1158
([5]) Lihat Syarah Nawawi pada Shohih Muslim, 13/134
([6]) Lihat Syarah Nawawi pada Shohih Muslim, 13/134
([7]) Lihat Syarah Nawawi pada Shohih Muslim, 13/134