وَلِمُسْلِمٍ عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ لَقِيَ اللهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ»
Dan riwayat hadits milik Imam Muslim rahimahullah dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Barangsiapa bertemu Allah (dalam keadaan) dia tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatupun, maka dia masuk Sorga; dan barangsiapa bertemu Allah (dalam keadaan) dia mensekutukan-Nya dengan sesuatu, maka dia masuk Neraka.”
Jabir
Dia adalah Jabir bin ‘Abdillah bin ‘Amr bin Haram al-Anshariy as-Sulamiy radhiyallaahu ‘anhu, seorang sahabat yang agung, orang yang memperbanyak periwayatan hadits, putra seorang sahabat, beliau meninggal di Madinah setelah tahun 70 H dan berusia 94 tahun.
Kosa kata
(مَنْ لَقِيَ اللهَ) : barangsiapa meninggal
(لَا يُشْرِكُ بِهِ) : tidak menjadikan sekutu bersama Allah dalam sifat ilahiyah dan tidak juga dalam sifat rububiyah.
(شَيْئًا) : yaitu sekutu, baik sedikit ataupun banyak.
Makna global bagi hadits:
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberitakan kepada kita bahwa barangsiapa meninggal dunia di atas tauhid, maka masuknya dia ke dalam Sorga adalah sebuah kepastian sekalipun dia adalah pelaku dosa besar.
Dan barangsiapa meninggal dunia sementara dia terus menerus berada di atas dosa besar, maka dia berada di bawah kehendak Allah; jika Allah memaafkannya maka Dia akan memasukkannya ke dalam Sorga, dan jika tidak, maka dia akan disiksa di dalam Neraka, kemudian dia akan dikeluarkan darinya lalu dimasukkan ke dalam Sorga.
Dan jika dia mati di atas syirik besar, maka dia tidak akan masuk Sorga, dan tidak akan meraih rahmat Allah dan kekal selamanya di dalam Neraka.
Dan jika itu adalah syirik kecil, maka dia akan masuk ke dalam Neraka –jika dia tidak memiliki kebaikan-kebaikan yang memberatkan- akan tetapi dia tidak akan kekal di dalamnya.
Hubungan hadits bagi bab
Di dalamnya terdapat larangan keras dari kesyirikan, dimana hal itu termasuk perkara yang mewajikan besarnya rasa takut darinya.
Faidah yang bisa diambil dari hadits:
- Wajibnya rasa takut dari kesyirikan; dikarenakan keselamatan dari Neraka disyaratkan keselamatan dari kesyirikan.
- Bahwasannya pelajaran yang diambil adalah bukan dengan banyaknya amal, akan tetapi dengan keselamatan dari kesyirikan.
- Penjelasan makna laa ilaaha illallaah, yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesakan Allah dengan peribadatan.
- Dekatnya Sorga dan Neraka terhadap seorang hamba; dan bahwa tidak ada pembatas antara dia dengan keduanya melaikan kematian.
- Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.
Sumber: at-Ta’liiq al-Mukhtashar al-Mufiid, Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan