* Dari Mu’awiyah bin ‘Ammar, dia berkata, ‘Ja’far bin Muhammad radhiyallaahu ‘anhu ditanya tentang al-Qur`an,
أَخَالِقٌ أَمْ مَخْلُوْقٌ؟ فَقَالَ: لَيْسَ خَالِقًا وَلَا مَخْلُوْقًا، وَلَكِنَّهُ كَلَامُ اللهِ – عزَّ وجلَّ
‘Apakah dia (al-Qur-an) itu Khaliq (Sang Pencipta), atau Makhluq?’ Maka dia menjawab, ‘Dia bukanlah khaliq juga bukan makhluq, namun dia adalah kalamullah (firman Allah) ‘azza wajalla.’ ([1])
* Ahmad bin Abi ‘Auf berkata, ‘Aku pernah mendengar Harun al-Farawiy rahimahullah berkata,
لَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ بِالْمَدِيْنَةِ، وَأَهْلِ السُّنَنِ، إِلَّا وَهُمْ يُنْكِرُوْنَ عَلَى مَنْ قَالَ: الْقُرْآنُ مَخْلُوْقٌ، وَيُكَفِّرُوْنَهُ. قَالَ هَارُوْنُ: وَأَنَا أَقُوْلُ بِهَذِهِ السُّنَّةِ. قَالَ لَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِيْ عَوْفٍ رَحِمَهُ اللهُ: وَأَنَا أَقُوْلُ بِمِثْلِ مَا قَالَ هَارُوْنُ. قَالَ ابْنُ أَبِيْ عَوْفٍ، وَسَمِعْتُ هَارُوْنَ يَقُوْلُ: مَنْ وَقَفَ عَلَى الْقُرْآنِ بِالشَّكِّ، فَلَمْ يَقُلْ غَيْرُ مَخْلُوْقٍ، فَهُوَ كَمَنْ قَالَ: هُوَ مَخْلُوْقٌ
‘Aku tidak pernah mendengar seorangpun dari ulama di Madinah, dan ulama sunnah, kecuali mereka mengingkari orang yang berkata, ‘Al-Qur`an adalah makhluq’ dan mereka mengkafirkannya.
Harun berkata, ‘Dan aku berkata dengan sunnah ini.’
Ahmad bin Abi ‘Auf rahimahullah berkata kepada kami, ‘Dan aku berkata dengan semisal perkataan Harun.’
Ibnu Abi ‘Auf berkata, ‘Aku pernah mendengar Harun berkata, ‘Barangsiapa bersikap tawakkuf (diam, tidak berpendapat) terhadap al-Qur`an dengan keragu-raguan, dan dia tidak berkata ‘bukan makhluq’, maka dia seperti orang yang berkata, ‘Dia (al-Qur`an) adalah makhluq.’ ([2])
* Sufyan at-Tsauriy rahimahullah berkata,
مَنْ زَعَمَ أَنَّ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ مَخْلُوْقٌ فَقَدْ كَفَرَ بِاللهِ – عزَّ وجلَّ
‘Barangsiapa mengeklaim bahwasannya qul huwallaahu ahad adalah makhluq, maka sungguh dia telah kufur kepada Allah ‘azza wajalla.’ ([3])
* Yahya Bin Sa’iid al-Qaththaan rahimahullah berkata,
مَنْ زَعَمَ أَنَّ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ مَخْلُوْقٌ فَهُوَ زِنْدِيْقٌ، وَاللهِ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
‘Barangsiapa berkata bahwa qul huwallaahu ahad adalah makhluq, maka dia adalah zindiq, demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia.’ ([4])
* ‘Abdurrahman bin Mahdiy rahimahullah berkata,
مَنْ قَالَ الْقُرْآنُ مَخْلُوْقٌ، فَلَا تُصَّلِ خَلْفَهُ، وَلَا تَمْشِ مَعَهُ فِيْ طَرِيْقٍ، وَلَا تُنَاكِحُهُ
“Baragsiapa berkata, ‘al-Qur-an adalah makhluq’, maka janganlah engkau shalat di belakangnya, janganlah berjalan di jalan bersamanya, dan janganlah kalian saling menikahkannya.’ ([5])
* Dari Manshur bin ‘Ammaar rahimahullah, dia berkata, ‘Bisyr al-Murisiy berkata kepadaku, ‘Ajarilah aku, apa pendapat kalian tentang al-Qur’an; apakah ia itu adalah makhluq atau bukan makhluq.’ Maka akupun menulis surat kepadanya,
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، أَمَّا بَعْدُ عَافَانَا اللهُ وَإِيَّاكَ مِنْ كُلِّ فِتْنَةٍ فَإِنْ يَفْعَلْ فَأَعْظِمْ بِهَا نِعْمَةً، وَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَهُوَ الْهَلَكَةُ، كَتَبْتَ إِلَيَّ أَنْ أُعْلِمَكَ الْقُرْآنُ مَخْلُوقُ أَوْ غَيْرُ مَخْلُوقٍ، فَاعْلَمْ أَنَّ الْكَلَامَ فِي الْقُرْآنِ بِدْعَةٌ يَشْتَرِكُ فِيهَا السَّائِلُ وَالْمُجِيبُ، فَتَعَاطَى السَّائِلُ مَا لَيْسَ لَهُ بِتَكَلُّفٍ وَالْمُجِيبُ مَا لَيْسَ عَلَيْهِ وَاللَّهُ تَعَالَى الْخَالِقُ وَمَا دُونَ اللهِ مَخْلُوقٌ، وَالْقُرْآنُ كَلَامُ اللهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ فَانْتَهِ بِنَفْسِكَ وَبِالْمُخْتَلِفِينَ فِي الْقُرْآنِ إِلَى أَسْمَائِهِ الَّتِي سَمَّاهُ اللهُ بِهَا تَكُنْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ، وَلَا تَبْتَدِعْ فِي الْقُرْآنِ مِنْ قَلْبِكَ اسْمًا فَتَكُونَ مِنَ الضَّالِّينَ، وَذَرِ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ، جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِمَّنْ يَخْشَوْنَهُ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ
“Dengan menyebut Asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ammaa ba’du. Semoga Allah menyelamatkan kami dan Anda dari setiap fitnah. Jika Dia melakukannya, maka agungkanlah kenikmatan (Allah) dengannya, dan jika Dia tidak melakukannya maka ia adalah kebinasaan. Anda telah menulis surat kepada saya agar saya memberitahu Anda; al-Quran itu makhluk ataukah bukan makhluq. Maka ketahuilah bahwa pembicaraan tentang al-Qur`an (dia makhluk atau bukan makhluq) adalah kebid’ahan, baik penanya maupun penjawabnya berserikat di dalam kebid’ahan tersebut. Sang penanya mengambil apa yang bukan haknya dengan memaksakan diri, sementara penjawab menjawab sesuatu yang bukan kewajibannya. Sementara Allah adalah al-Khaliq (Sang Pencipta) dan selain-Nya adalah makhluq; dan al-Qur`an adalah kalaamullaah bukan makhluq. Hentikanlah dirimu dan orang-orang yang berselisih tentang al-Qur`an kepada nama-namanya yang dengannya Allah telah menamainya, maka Anda akan menjadi orang-orang yang mendapatkan hidayah. Janganlah Anda mengadakan kebid’ahan satu namapun tentang al-Quran dari dalam hati Anda, lalu Anda akan menjadi termasuk bagian orang-orang yang tersesat. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang tentang nama-nama-Nya, mereka akan dibalas (dengan balasan) apa yang telah mereka perbuat. Semoga Allah menjadikan kita, dan Anda, termasuk golongan orang-orang yang takut kepada-Nya dengan tanpa melihat-Nya, sementara mereka ketakutan terhadap hari kiamat.”([6])
* as-Syafi’iy rahimahullah berkata,
إِنَّمَا خَلَقَ اللهُ الْخَلْقَ بِـ(كُنْ) فَإِذَا كَانَتْ (كُنْ) مَخْلُوْقَةٌ فَكَأَنَّ مَخْلُوْقًا خُلِقَ بِمَخْلُوْقٍ
“Allah hanya menciptakan makhluq dengan ‘kun’ (jadilah), maka jika (kata) ‘kun’ adalah makhluq, maka seakan-akan makhluq diciptakan dengan makhluq.” ([7])
* Imam Syafi’iy rahimahullah juga berkata,
مَنْ قَالَ الْقُرْآنُ مَخْلُوْقٌ فَهُوَ كَافِرٌ
“Barangsiapa mengatakan al-Quran adalah makhluq, maka dia kafir.”([8])
(Diterjemahkan oleh Muhammad Syahri dari kitab Hayaatussalaf Bainalqouli wal ‘amal, Syaikh Ahmad bin Nashir at-Thayyar)
___________________________________________
Footnote:
([3]) al-Hilyah (Tahdzibnya) II/384
([4]) al-Hilyah (Tahdzibnya) III/109
([5]) al-Hilyah (Tahdzibnya) III/113
([6]) al-Hilyah (Tahdzibnya) III/220
([7]) Hilyah (Tahdzibnya) III/125
([8]) al-Hilyah (Tahdzibnya) III/125