Hadits Tentang Shalat Lima Waktu
11- Sholat Sarana Masuk Sorga Dan Tiang Agama
Hadits Mu’adz Bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu,
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيبًا مِنْهُ وَنَحْنُ نَسِيرُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ ,قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ عَلَيْهِ , تَعْبُدُ اللهَ وَلَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَحُجُّ الْبَيْتَ ثُمَّ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَصَلَاةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ قَالَ ثُمَّ تَلَا ( تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ ) حَتَّى بَلَغَ ( يَعْمَلُونَ ) ثُمَّ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الْأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ ثُمَّ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ قُلْتُ بَلَى يَا نَبِيَّ اللهِ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Aku bersama Nabi sholallohu ‘alaihi was sallam dalam suatu safar (pulang dari perang Tabuk), suatu hari aku berada dekat beliau dan kami sedang berjalan (masing-masing di atas ontanya). Kemudian aku berkata: “Wahai Rasulullah, beritakan kepadaku dengan amalan yang akan memasukanku ke dalam sorga dan menjauhkanku dari neraka!” Beliau menjawab: “Sesungguhnya engkau telah bertanya kepadaku tentang sesuatu yang besar. Dan sesungguhnya itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Alloh. Engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan sesuatupun denganNya. Engkau menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Romadhon, dan berhajji ke Baitulloh. Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, shodaqoh memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan sholat seseorang di tengah malam (juga menghapus dosa-dosa).” Kemudian beliau membaca ayat: ‘Lambung mereka jauh dari tempat tidur’ (QS. As-Sajdah/32: 16) sampai: ‘mereka kerjakan’. (QS. As-Sajdah/32: 17)
((Ayat yang dibaca secara lengkap: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. As-Sajdah/32: 16-17)
Kemudian beliau bersabda: “Maukah aku tunjukkan kepadamu pokok urusan itu, tiangnya, dan puncak ketinggiannya?” Aku menjawab: “Ya, wahai Rasululloh”.
Beliau bersabda: “Pokok urusan itu adalah Islam (yaitu syahadat Laa ilaaha illa Allah dan syahadat Muhammad adalah hamba dan utusanNya), tiangnya adalah sholat, dan puncak ketinggiannya adalah jihad”.
Kemudian beliau bersabda: “Maukah aku tunjukkan kepadamu kunci semuanya itu?” Aku menjawab: “Ya, wahai Nabi Alloh”. Beliau lalu memegang lidahnya, kemudian bersabda: “Tahanlah lidahmu ini!”. Aku berkata: “Wahai Nabi Alloh, apakah kita akan disiksa dengan sebab apa yang kita katakan?”. Beliau menjawab: “Kasihan engkau hai Mu’adz! Tidakkah menjerumuskan manusia ke dalam neraka pada wajah-wajah mereka atau hidung-hidung mereka, kecuali hasil-hasil panenan (akibat-akibat buruk) lidah mereka?”.([1])
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:
1- Semangat para sahabat terhadap ilmu. Sehingga walaupun berada di atas kendaraan, Mu’adz bertanya tentang ilmu.
2- Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan pelajaran di berbagai kesempatan, termasuk ketika sedang berjalan di dalam safar (perjalanan).
3- Bertanya merupakan satu sarana untuk meraih ilmu.
4- Ketinggian cita-cita sahabat Mu’adz. Karena beliau tidak bertanya tentang urusan dunia, seperti amalan yang akan menaikkan jabatan atau melancarkan dagangan atau semacamnya dari kesenangan dunia yang fana. Namun beliau bertanya tentang urusan akhirat.
5- Perhatian Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ‘anhu terhadap ilmu dan amal.
6- Sorga dan neraka benar-benar ada, keduanya sudah Alloh ciptakan, dan keduanya kekal selama-lamanya. Meyakini adanya sorga dan neraka termasuk rukun iman yang enam, yaitu iman kepada hari akhir.
7- Iman dan amal sholih adalah sebab masuk sorga. Maka seseorang tidak dapat bergantung kepada orang tua, anak, guru, dan lainnya, untuk masuk sorga.
8- Masuk sorga dan selamat dari neraka adalah perkara yang sangat besar. Karena tempat kembali seluruh manusia dan jin adalah sorga atau neraka. Maka pertanyaan Mu’adz tersebut benar-benar besar.
9- Seseorang hendaklah menjadikan perkara masuk sorga dan selamat dari neraka sebagai tujuan hidupnya.
10- Agama telah menjelaskan jalan menuju sorga dan selamat dari neraka, jangan cari jalan lain.
11- Selain berlandaskan cinta, beribadah kepada Alloh juga disertai dengan harapan masuk sorga dan takut siksa neraka.
12- Kemudahan agama Islam. Antara lain bahwa hukum ibadah ada yang wajib dan sunnah.
13- Keimanan terhadap takdir dan hidayah taufiq di tangan Alloh semata.
14- Manusia hendaklah selalu memohon pertolongan Alloh agar dimudahkan segala urusannya di dalam agamanya dan dunianya.
15- Hadits ini menyebutkan rukun Islam yang lima. Jihad dan bai’at kepada imam yang sah, termasuk syari’at Islam, namun bukan rukun.
16- Rukun Islam yang lima adalah amalan yang menyebabkan orang masuk ke dalam sorga dan dijauhkan dari neraka. Semua itu hukumnya wajib.
17- Tauhid yang dibawa para Nabi adalah tauhid uluhiyah, yaitu beribadah kepada Alloh semata dan berlepas diri dari syirik. Dan dalam tauhid uluhiyah terkandung tauhid rububiyah dan tauhid asma’ was sifat.
18- Tauhid merupakan kewajiban pertama dan paling besar.
19- Salah satu metode pengajaran adalah dengan pertanyaan, sebagaimana Nabi bertanya kepada Mu’adz, ini untuk menarik perhatian.
20- Pintu-pintu kebaikan adalah amalan-amalan sunnah, di antaranya: puasa, shodaqoh, dan sholat malam.
21- Mengajar dengan berangsur-angsur. Dimulai dengan pokok-pokok agama, kaedah-kaedahnya, dan seterusnya.
22- Meraih sorga adalah dengan mendekatkan diri kepada Alloh, dengan cara melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah. Inilah jalan wali-wali Alloh Al-Muqorrobun.
23- Keutamaan puasa yang merupakan perisai dari maksiat dan dari neraka.
24- Keutamaan shodaqoh, yaitu menghapus dosa-dosa kecil sebagaimana air memadamkan api.
25- Keutamaan sholat di tengah malam, juga memadamkan dosa-dosa kecil.
26- Pokok urusan itu, yaitu pokok agama Islam adalah syahadatain. Kedudukan syahadatain pada agama Islam sebagaimana kepala pada jasad.
27- Tiang agama adalah sholat, meninggalkannya merupakan kekafiran.
28- Puncak ketinggiannya adalah jihad. Ini berarti jihad termasuk amal yang paling utama setelah rukun Islam dan amal-amal yang wajib ‘ain.
29- Mengajar dengan menggunakan isyarat anggota badan, atau alat bantu lainnya.
30- Bahaya lidah. Karena bisa jadi seseorang mengucapkan kalimat yang tidak dia perhatikan, namun akan menjerumuskannya ke dalam jurang api neraka.
31- Menjaga lidah merupakan pokok seluruh kebaikan. Maka hendaklah kita berbicara yang baik atau diam!
32- Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah perkataan lidah. Maksiat-maksiat yang dilakukan lidah antara lain: syirik, bid’ah, berkata tentang Alloh tanpa ilmu, saksi palsu, mantra syirik, dusta, ghibah, namimah, dll.
33- Di dunia ini manusia menanam dengan perkataan atau perbuatan, yang baik atau yang buruk, kemudian di akhirat mereka akan memanennya.
34- Salah satu bentuk siksa neraka: manusia dijerumuskan ke dalam neraka pada wajah-wajah mereka atau hidung-hidung mereka.
35- Kehati-hatian meriwayatkan hadits Nabi, agar tidak berdusta atas nama Nabi.
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Dhuha Kamis, 29-Muharrom-1442 H / 17-September-2020 M
______________________
Footnote:
([1]) HR. Ahmad, 5/230, 236, 237, 245; Tirmidzi, no: 2616; Ibnu Majah, no: 3872; dll. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Al-Jami’ush Shoghir, no: 5126 dan Irwaul Gholil, no. 413. Hadits ini juga dimuat di dalam Arba’in Nawawiyah, no 29 dan Riyadhus Sholihin, no. 1522, keduanya karya imam An-Nawawi