Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
«الرَّجُلُ مِنْ أُمَّتِيْ يَقُوْمُ مِنَ اللَّيْلِ يُعَالِجُ نَفْسَهُ إِلَى الطَّهُوْرِ، وَعَلَيْهِ عُقَدٌ، فَإِذَا وَضَّأَ يَدَيْهِ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، وَإِذَا وَضَّأَ وَجْهَهُ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، وَإِذَا مَسَحَ رَأْسَهُ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، وَإِذَا وَضَّأَ رِجْلَيْهِ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ. فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِلَّذِيْنَ وَرَاءَ الْحِجَابِ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِيْ هَذَا يُعَالِجُ نَفْسَهُ، وَيَسْأَلُنِيْ، مَا سَأَلَنِيْ عَبْدِيْ هَذَا فَهُوَ لَهُ»
“Seorang laki-laki dari umatku berdiri pada sebagian malam, dia merawat dirinya menuju air untuk bersuci, sementara di atas (kepala)nya terdapat ikatan-ikatan. Maka jika dia membersihkan kedua tangannya, terurailah satu ikatan. Jika dia membersihkan wajahnya, terurailah satu ikatan. Jika dia mengusap kepalanya terurailah satu ikatan. Jika dia membersihkan kakinya, terurailah satu ikatan. Maka berfirmanlah Allah ﷻ kepada orang-orang yang berada di balik hijab (Malaikat), “Lihatlah kepada hamba-Ku ini! Dia merawat dirinya dan meminta kepada-Ku. Maka apapun yang hamba-Ku minta kepada-Ku, permintaannya itu adalah untuknya.” ([1])
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ beliau bersabda,
«لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ»
“Tidak ada hasad([2]) kecuali terhadap dua golongan. Seorang laki-laki yang diberi al-Qur`an oleh Allah, kemudian dia berdiri dengannya di sepanjang malam dan siang; dan seorang yang diberi harta oleh Allah, kemudian dia menafkahkannya di sepanjang malam dan siang.” ([3])
Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallaahu ‘anhu dan Tamim ad-Daariy radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ فِي لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قِنْطَارَانِ مِنَ الْأَجْرِ، وَالْقِنْطَارُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ رَبُّكَ عَزَّ وَجَلَّ: اقْرَأْ، وَارْقَ لِكُلِّ آيَةٍ دَرَجَةً، حَتَّى يَنْتَهِيَ إِلَى آخِرِ آيَةٍ مَعَهُ، يَقُولُ رَبُّكَ لِلْعَبْدِ: اقْبِضْ، فَيَقُولُ الْعَبْدُ بِيَدِهِ، يَقُولُ يَا رَبُّ أَنْتَ أَعْلَمُ، يَقُولُ: بِهَذِهِ الْخُلْدُ وَبِهَذِهِ النَّعِيمُ»
“Barangsiapa membaca sepuluh ayat di malam hari, maka dituliskan untuknya pahala sebesar satu qintar; dan satu qintar itu lebih baik daripada dunia dan seisinya. Maka jika (datang) pada Hari Kiamat, Rabb-Mu ﷻ berfirman, “Bacalah dan naiklah dengan setiap ayat satu derajat.” Sehingga berakhir pada akhir ayat yang bersamanya. Berfirmanlah Allah ﷻ kepada seorang hamba, “Genggamlah!” Maka berkatalah hamba dengan tangannya, “Wahai Rabb-ku! Engkau Maha Tahu.” Allah pun berfirman, ‘Dengan kekekalan ini dan dengan kenikmatan ini.” ([4])
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ قَامَ بِعَشْرِ آيَاتٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الغَافِلِينَ، وَمَنْ قَامَ بِمِائَةِ آيَةٍ كُتِبَ مِنَ القَانِتِينَ، وَمَنْ قَامَ بِأَلْفِ آيَةٍ كُتِبَ مِنَ المُقَنْطِرِينَ»
“Barangsiapa berdiri shalat dengan membaca sepuluh ayat, niscaya ia tidak ditulis termasuk orang-orang yang lalai. Dan barangsiapa berdiri shalat dengan membaca seratus ayat, ia pun ditulis termasuk orang-orang yang taat. Dan barangsiapa berdiri shalat dengan membaca seribu ayat, ia akan ditulis termasuk orang-orang yang (mendapatkan banyak) qinthar.” ([5])
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ صَلَّى فِي لَيْلَةٍ بِمِائَةِ آيَةٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَمَنْ صَلَّى فِي لَيْلَةٍ بِمِائَتَيْ آيَةٍ فَإِنَّهُ يُكْتَبُ مِنَ الْقَانِتِينَ الْمُخْلِصِينَ»
“Barangsiapa shalat di malam hari dengan membaca seratus ayat, maka ia tidak ditulis termasuk orang-orang yang lalai. Dan barangsiapa yang shalat di malam hari dengan membaca dua ratus ayat, ia akan ditulis termasuk orang-orang yang taat lagi ikhlash.” ([6])
Pelajaran dari hadits-hadits di atas:
- Sesungguhnya shalat memiliki andil untuk menguraikan ikatan-ikatan yang dibuat oleh syetan di tengkuk kepala manusia.
- Sesungguhnya shalat malam adalah shalat yang paling utama setelah shalat fardhu.
- Orang yang menegakkan shalat malam akan mendapatkan pahala yang tidak akan didapatkan oleh kebanyakan manusia.
- Bersyukur kepada Allah ﷻ adalah dengan shalat dan
- Sesungguhnya shalat yang paling dicintai oleh Allah adalah shalat Nabi Daud S, berdiri sepertiga (malam)nya, dan tidur dua pertiga (malam)nya. ([7])
- Sesungguhnya Allah memberikan anugerah kepada para hamba-Nya dengan suatu waktu yang dikabulkan di waktu malam. Maka layak bagi seorang muslim untuk mencarinya, bersungguh-sungguh atasnya, agar diberi kebaikan dunia dan akhirat.
- Sesungguhnya qiyamullail adalah petunjuk kebaikan dan ketaqwaan, penebus kesalahan-kesalahan dan penghalang dari dosa.
- Sesungguhnya Allah ﷻ melimpahkan rahmat-Nya kepada suami istri yang membuat perjanjian di antara keduanya dalam qiyamullail. Jika salah seorang di antara keduanya enggan bangun, maka yang lain memercikkan air ke wajahnya.
- Sesungguhnya mendirikan dua rakaat pada sebagian malam bisa menjadikan manusia termasuk orang-orang yang banyak berdzikir.
- Sesungguhnya Allah ﷻ kagum kepada seorang laki-laki yang berdiri meloncat dari tikar dan selimut di antara istri dan orang yang dicintainya, lalu menuju shalatnya. Allah tertawa kepadanya, dan membanggakannya di hadapan para Malaikat-Nya.
- Sesungguhnya tidak ada hasad dan persaingan kecuali terhadap dua hal; salah satunya qiyamullail dengan Kitab Allah ﷻ.
- Sesungguhnya barangsiapa yang membaca sepuluh ayat di malam hari, tidaklah ia ditulis temasuk orang-orang yang lalai, melainkan ditulis untuknya pahala satu qintar. Allah ﷻ akan berfirman kepadanya pada Hari Kiamat, “Bacalah dan naiklah dengan setiap satu ayat satu derajat.” Hingga berakhir pada akhir ayat yang bersamanya. Allah ﷻ menganugerahinya dengan kekekalan (Sorga).
- Sesungguhnya orang yang berdiri dengan membaca seratus ayat, ia ditulis termasuk golongan orang-orang yang taat. Dan barangsiapa yang berdiri di malam hari membaca seribu ayat, ia ditulis termasuk orang yang ditulis untuknya pahala satu qinthar. Dan barangsiapa berdiri di malam hari dengan membaca dua ratus ayat, maka ia ditulis termasuk orang-orang yang taat lagi ikhlash.
(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)
_____________________
Footnote:
([1]) HR. Ahmad, dan Ibnu Hibban dalam Shahiihnya, dan lafazh hadits adalah miliknya.
([2]) Yang dimaksud hasad (dengki/iri hati) disini adalah al-ghibthah, yaitu keinginan atau senang mendapatkan apa yang di dapat saudaranya, atau keinginan meniru saudaranya, bukan berharap hilangnya nikmat dari orang yang didengki.
([3]) HR. Muslim dan yang lainnya.
([4]) HR. At-Thabraniy dalam al-Kabiir dan al-Ausath dengan sanad hasan.
([5]) HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya.
([6]) Dari riwayat Ibnu Khuzaimah, al-Hakim berkata, ‘Shahih berdasarkan syarat Muslim.”
([7]) Berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ,
«… وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ، وَيَنَامُ سُدُسَهُ…»
“Adalah dia (Nabi Dawud S) tidur separuh malam, kemudian bangun berdiri sepertiganya, dan tidur seperenamnya.” Jika setengah ditambah seperenam, maka menjadi dua pertiga, (1/2+1/6=3/6+1/6=4/6=2/3).