Shalat Malam Dan Pengaruhnya Dalam Menambah Iman (2)

 

Dari al-Mughirah bin Syyu’bah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Nabi ﷺ berdiri (shalat malam hingga kedua kakinya bengkak. Lalu dikatakan kepada beliau, “Sungguh, Allah telah mengampuni dosa anda yang telah lalu dan yang akan datang.” Maka beliau bersabda,

 

«أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا»

 

“Tidakkah aku (senang) menjadi hamba yang pandai bersyukur?” ([1])

 

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ، وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَيَصُومُ يَوْمًا، وَيُفْطِرُ يَوْمًا»

 

“Shalat yang paling dicintai oleh Allah adalah shalat Nabi Dawud S, dan puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasa Nabi Dawud. Beliau tidur separuh malam, berdiri shalat sepertiganya lalu tidur (lagi) seperenamnya, dan beliau puasa sehari dan berbuka sehari.” ([2])

 

Dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً، لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ، يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ»

 

‘Sesungguhnya di malam hari benar-benar ada suatu waktu, tidaklah seorang muslim berdo’a meminta kepada Allah perkara dunia dan akhirat, bertepatan dengan waktu itu melainkan Allah akan emmberikannya kepdanya, dan itu ada pada setiap malam.” ([3])

 

Dari Abu Umamah al-Bahiliy radhiyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ، فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَقُرْبَةٌ إِلَى اللهِ، وَمُكَفِّرَةٌ  لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنْ الإِثْمِ »

 

“(Jagalah) oleh kalian shalat malam, karena shalat malam adalah kebiasaan orang shalih sebelum kalian, (sarana) mendekatkan diri kepada Allah , penebus bagi kesalaha-kesalahan, dan penghalang dari dosa.” ([4])

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«رَحِمَ اللهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ، نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى، نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ»

 

“Mudah-mudahan Allah merahmati seorang laki-laki yang berdiri pada sebagian malam, kemudian dia shalat dan membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, maka dia memercikkan air pada wajah istrinya. Dan mudah-mudahan Allah merahmati seorang wanita yang bangun di sebagian malam, kemudian dia shalat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, maka dia memercikkan air pada wajah suaminya.” ([5])

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu dan Abu Sa’id radhiyallaahu ‘anhu, keduanya berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّيَا، أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا، كُتِبَا فِي الذَّاكِرِينَ وَالذَّاكِرَاتِ»

 

“Jika seorang laki-laki membangunkan istrinya pada sebagian malam, kemudian keduanya shalat, atau shalat dua rakaat secara berjama’ah, maka keduanya ditulis termasuk orang-orang yang banyak berdzikir dari golongan laki-laki dan perempuan.” ([6])

 

Dari Abu Darda` radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

 

«ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمُ اللهُ، وَيَضْحَكُ إِلَيْهِمْ، وَيَسْتَبْشِرُ بِهِمْ: الَّذِيْ إِذَا انْكَشَفَتْ فِئَةٌ قَاتَلَ وَرَاءَهَا بِنَفْسِهِ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِمَّا أَنْ يُقتَلَ، وَإِمَّا أَنْ يَنْصُرَهُ اللهُ وَيَكْفِيَهُ، فَيَقُوْلُ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِيْ هَذَا كَيْفَ صَبَرَ لِيْ بِنَفْسِهِ؟! وَالَّذِيْ لَهُ امْرَأَةٌ حَسَنَةٌ، وَفِرَاشٌ لَيِّنٌ حَسَنٌ، فَيَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ، فَيَقُولُ: يَذَرُ شَهْوَتَهُ وَيَذْكُرُنِيْ، وَلَوْ شَاءَ رَقَدَ. وَالَّذِيْ إِذَا كَانَ فِيْ سَفَرٍ، وَكَانَ مَعَهُ رَكْبٌ، فَسَهَرُوا، ثُمَّ هَجَعُوا، فَقَامَ مِنَ السَّحَرِ فِيْ ضَرَّاءَ وَسَرَّاءَ»

 

“Tiga golongan (orang) yang Allah mencintai mereka, mentertawakan([7]) mereka, dan memberikan kabar gembira terhadap mereka. Yaitu; (yang pertama) orang yang jika sudah tampak sebuah kelompok, maka dia berperang di belakang kelompok tersebut karena Allah , lalu bisa jadi dia terbunuh, atau Allah menolongnya dan menjaganya. Allah berfirman, ‘LIhatlah kalian (para Malaikat) kepada hamba-Ku ini, bagaimana dia bersabar karena Aku dengan jiwanya.” (Yang kedua) yaitu seseorang yang memiliki seorang istri yang baik (cantik), peraduan yang empuk lagi baik, kemudian dia shalat pada sebagian malam. Allah berfirman, ‘Dia meninggalkan syahwatnya dan mengingat-Ku, (padahal) seandainya dia mau, dia tidur.” (Yang ketiga) yaitu seseorang, jika dalam bepergian (safar) bersama rombongan, kemudian mereka kemalaman; mereka tidur, sementara dia berdiri (shalat) di waktu sahur dalam keadaan sulit atau dalam keadaan lapang (mudah).” ([8])

 

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

 

«عَجِبَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ مِنْ رَجُلَيْنِ: رَجُلٍ ثَارَ عَنْ وِطَائِهِ وَلِحَافِهِ، مِنْ بَيْنِ أَهْلِهِ وَحِبِّهِ إِلَى صَلَاتِهِ، فَيَقُولُ اللهُ جَلَّ وَعَلَا: أَيَا مَلَائِكَتِي، انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي، ثَارَ مِنْ فِرَاشِهِ وَوِطَائِهِ، مِنْ بَيْنِ حِبِّهِ وَأَهْلِهِ إِلَى صَلَاتِهِ، رَغْبَةً فِيمَا عِنْدِي، وَشَفَقَةً مِمَّا عِنْدِي، وَرَجُلٍ غَزَا فِي سَبِيلِ اللهِ، وَانْهَزَمَ أَصْحَابُهُ، وَعَلِمَ مَا عَلَيْهِ فِيْ الْاِنْهِزَامِ، وَمَا لَهُ فِي الرُّجُوعِ، فَرَجَعَ حَتَّى يُهْرِيقَ دَمَهُ، فَيَقُولُ اللهُ لِمَلَائِكَتِهِ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي، رَجَعَ رَجَاءً فِيمَا عِنْدِي، وَشَفَقَةً مِمَّا عِنْدِي، حَتَّى يُهْرِيْقَ دَمَهُ

 

“Rabb kita takjub terhadap dua orang laki-laki. Seorang laki-laki yang meloncat bangkit dari pembaringan dan selimutnya yang berada di antara istri dan orang yang dicintainya, menuju shalatnya. Allah ﷻ berfirman, ‘Wahai para Malaikat-Ku, lihatlah kalian kepada hamba-Ku! Dia meloncat bangkit dari pembaringannya yang berada di antara orang yang dicintai dan istrinya, karena berharap apa yang ada di sisi-Ku (Sorga), dan karena takut dari apa yang ada di sisi-Ku (Neraka).” Dan seorang laki-laki lain yang berperang di jalan Allah, kemudian terpukul mundur dan larilah sahabat-sahabatnya, sementara dia tidak, karena dia mengetahui akibat jika lari, serta mengetahui (pahala) kembali (maju menyerang). Maka dia kembali (maju menyerang) hingga mengalirkan darahnya (mati). Berfirmanlah Allah kepada Malaikat-Nya, “Lihatlah kalian kepada hamba-Ku! Dia kembali karena berharap apa yang ada di sisi-Ku (Sorga), dan karena takut terhadap apa yang ada di sisi-Ku (Neraka), hingga mengalirkan darahnya.” ([9])

 

Dalam sebuah riwayat secara mauquf([10]) atas Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu,

 

إِنَّ اللهَ لَيَضْحَكُ إِلَى رَجُلَيْنِ: رَجُلٍ قَامَ فِيْ لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ مِنْ فِرَاشِهِ وَلِحَافِهِ وَدِثَارِهِ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ، فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَلَائِكَتِهِ: مَا حَمَلَ عَبْدِيْ هَذَا عَلَى مَا صَنَعَ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا! رَجَاءَ مَا عِنْدَكَ، وَشَفَقَةً مِمَّا عِنْدَكَ. فَيَقُوْلُ: فَإِنِّيْ قَدْ أَعْطَيْتُهُ مَا رَجَا، وَأَمَّنْتُهُ مِمَّا يَخَافُ،…

 

“Sesungguhnya Allah benar-benar tertawa kepada dua orang laki-laki; seorang laki-laki yang berdiri (untuk shalat) di malam yang dingin, bangun dari pembaringan dan selimutnya. Dia berwudhu’, lalu berdiri untuk shalat. Maka berfirmanlah Allah ﷻ kepada para Malaikat, “Apa yang memotivasi hamba-Ku ini melakukan hal tersebut?” Para Malaikat menjawab, “Wahai Rabb kami, dia mengharapkan apa yang ada di sisi-Mu (Sorga), dan takut terhadap apa yang ada di sisi-Mu (Neraka).” Allah berfirman, “Maka sesungguhnya Aku telah memberikan padanya apa yang dia harapkan, dan menjaminnya aman dari apa yang dia takutkan…”([11])

 

(Bersambung)

(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)

_____________________

Footnote:

([1]) HR. Al-Bukhari, Muslim dan selain keduanya.

([2]) HR. Al-Bukhari, Muslim dan selain keduanya.

([3]) HR. Muslim

([4]) Telah berlalu takhrijnya dalam Bab Shalat Dan Pengaruhnya Dalam Meninggalkan Dosa-Dosa.

([5]) HR. Abu Dawud, an-Nasa-iy, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan al-Hakim.

([6]) HR. An-Nasa-iy, Ibnu Majah, dan selain keduanya.

([7]) Tertawa yang pantas dengan kemuliaan-Nya, tanpa takyiif (mempertanyakan bagaimana) dan tamtsil (menyerupakan dengan makhluk-Nya). Dikatakan, ini adalah sejenis dengan sabda beliau “Rabb kita takjub”. Sebagaimana yang akan datang, insyaallah.

([8]) HR. At-Thabraniy dalam al-Kabiir dengan sanad hasan.

([9]) HR. Ahmad, Abu Ya’la, dan selain keduanya.

([10]) Riwayat tersebut masuk dalam hukum marfu’, karena tidaklah mungkin perkara ghaib dikatakan dengan berdasarkan pendapat (ra’yu)

([11]) Lihat Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib no. 626.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *