Selamat Dari Tiga Hal, Masuk Sorga (Bag. II)

Dari Tsauban I, dari Rasulullah , beliau bersabda,

[arabic-font]«مَنْ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بَرِيْئًا مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ: الْكِبْرِ، وَالْغُلُوْلِ، وَالدَّيْنِ»[/arabic-font]

“Barangsiapa datang pada hari kiamat dengan berlepas diri dari tiga hal, maka dia akan masuk sorga; sombong, ghulul (korupsi), dan hutang.” (HR. Ahmad, at-Turmudzi, Ibnu Majah)

 

Masalah kedua yang selayaknyalah manusia itu berlepas diri darinya agar menjadi penghuni sorga: ghulul

Al-Ghuluul adalah mengambil sesuatu dari harta ghanimah (rampasan perang) sebelum dibagi.

Allah berfirman,

[arabic-font]وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّۚ وَمَن يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ [/arabic-font]

Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu… (QS. Ali ‘Imran (3): 161)

Di dalam Shahih al-Bukhari dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin al-‘Ash I, dia berkata, ‘Ada seorang laki-laki mati.’ Lalu Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«هُوَ فِي النَّارِ»، فَذَهَبُوا يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ، فَوَجَدُوا عَبَاءَةً قَدْ غَلَّهَا[/arabic-font]

“Dia di dalam Neraka.” Maka merekapun berangkat melihatnya, ternyata mereka menemukan satu jubah yang telah dia ambil sebelum dibagikan.”

Di dalam as-Shahihain dari Abu Hurairah I, dia berkata, “Kami pernah menaklukkan kota Khoibar, dan kami tidak memperoleh ghanimah berupa emas dan perak, namun kami hanya memperoleh ghanimah berupa sapi, onta, harta benda (perkakas), dan tembok-tembok (benteng). Kemudian kamipun berbalik bersama Rasulullah menuju Wadiy al-Qura (lembah al-Qura), dan bersama beliau budak beliau yang dipanggil Mid’am, yang dihadiahkan untuk oleh salah seorang dari Bani ad-Dhibaab. Maka disaat dia menambatkan kendaraan Rasulullah , tiba-tiba datang anak panah nyasar([1]) yang mengenai budak tersebut. Maka manusiapun berkata, ‘Selamat syahadah baginya.” Maka Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«بَلْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَصَابَهَا يَوْمَ خَيْبَرَ مِنْ الْمَغَانِمِ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ لَتَشْتَعِلُ عَلَيْهِ نَارًا». فَجَاءَ رَجُلٌ حِينَ سَمِعَ ذَلِكَ مِنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِشِرَاكٍ أَوْ بِشِرَاكَيْنِ. فَقَالَ: هَذَا شَيْءٌ كُنْتُ أَصَبْتُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «شِرَاكٌ أَوْ شِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ»[/arabic-font]

“Bahkan demi Dzat yang jiwaku ada pada tangan-Nya, sesungguhnya mantel yang dia peroleh pada hari Khoibar dari ghanimah yang belum mendapat masa pembagian benar-benar akan menyala api atasnya.” Maka datanglah seorang laki-laki saat mendengar hal itu dari Nabi dengan membawa satu atau dua tali sandal seraya berkata, ‘Ini adalah sesuatu yang dulu telah saya ambil.’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Satu atau dua tali sandal dari api.”

Ini menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap harta umum lebih berat dosanya, dan lebih agung kejahatannya daripada pelanggaran terhadap harta khusus tertentu.

Dan termasuk bentuk ghulul adalah apa yang dihadiahkan kepada para pekerja. Berdasarkan sabda Nabi kita ,

[arabic-font]«هَدَايَا الْعُمَّالِ غُلُوْلٌ»[/arabic-font]

“Hadiah (yang diberikan kepada) para pekerja adalah ghulul.” (HR. Ahmad)

Dan setiap orang yang melanggar harta milik umum adalah orang yang berbuat ghulul, wal’iyaadzu billah.

(Bersambung…)

Footnote:

([1]) Yang tidak diketahui siapa yang melemparkannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *