Seorang muslim tidak akan menyelisihi ucapannya, jika dia menjanjikan sesuatu, maka dia harus memenuhi janjinya, kecuali jika ada suatu penghalang syar’iy yang menghalanginya, dan harus meminta udzur kepada orang yang dia telah berjanji kepadanya, sementara pahalanya menjadi tanggungan Allah jika dia mengikhlashkan niat.
Allah ﷻ berfirman,
وَأَوفُواْ بِعَهدِ ٱللهِ إِذَا عَٰهَدتُّم
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji…” (QS. an-Nahl (16): 91)
Nabi ﷺ bersabda,
«آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ»
“Tanda orang munafiq itu ada tiga; jika dia berkata, dia berdusta; jika dia berjanji, maka dia menyelisihi; dan jika dia diberi amanah, maka dia berkhianat.”([1])
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote: