Iitsaar (mengutamakan orang lain) adalah derajat cinta yang paling tinggi. Maka barangsiapa lebih mengutamakan saudaranya dengan sesuatu daripada diri sendiri, maka dia termasuk golongan orang yang Allah ﷻ telah berfirman tentang mereka,
وَيُؤثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِم وَلَو كَانَ بِهِم خَصَاصَةٞۚ
“… dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…” (QS. Al-Hasyr: 9)
Suatu hari Nabi ﷺ pernah bersabda saat ada seorang tamu mendatangi beliau sementara tidak ada sesuatupun di rumah istri-istri beliau, ‘Siapakah yang akan menjamu orang ini malam ini?’
Maka berkatalah seorang laki-laki dari kaum Anshor, ‘Saya, ya Rasulullah.’
Lalu diapun pergi bersamanya menuju rumahnya, lalu berkata kepada istrinya, ‘Muliakanlah tamu Rasulullah ﷺ.’
Dan dalam suatu riwayat (dia berkata kepada istrinya), ‘Apakah kamu memiliki sesuatu?
Sang istri menjawab, ‘Tidak, kecuali makanan untuk anak-anakku.’
Dia berkata, ‘Alihkanlah perhatian mereka dengan sesuatu, dan jika mereka ingin makan malam, maka tidurkanlah mereka. Lalu, jika tamu kita masuk rumah, maka padamkanlah lampu, dan tampakkanlah kepadanya bahwa kita sedang makan.’
Maka merekapun duduk, dan sang tamupun makan. Lantas keduanya tidur di malam hari dalam keadaan kelaparan. Tatkala di pagi hari, ia berangkat menuju Rasulullah ﷺ, lalu beliau ﷺ bersabda,
«لَقَدْ عَجِبَ اللهُ مِنْ صَنِيعِكُمَا بِضَيْفِكُمَا اللَّيْلَةَ»
“Sungguh, Allah benar-benar takjub dengan perbuatan kalian berdua terhadap tamu kalian berdua tadi malam.”([1])
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote: