Bukanlah kaum laki-laki jantan, orang yang meninggalkan beramal dan bekerja, lalu meminta-minta kepada manusia dengan mendesak sementara dia mampu untuk melakukannya, serta tidak ada suatu penghalangpun (yang membolehkannya untuk meminta kepada manusia) yang menghalanginya dari bekerja.
Allah ﷻ berfirman,
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَانتَشِرُواْ فِي ٱلأَرضِ وَٱبتَغُواْ مِن فَضلِ ٱللهِ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah…” (QS. Al-Jum’ah: 10)
Nabi ﷺ bersabda,
«مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ»
“Tidak ada seorangpun yang memakan suatu makanan sama sekali, yang lebih baik dari dia memakan dari hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Dawud ‘alaihissalaam, beliau biasa memakan dari hasil tangan beliau sendiri.”([1])
Beliau ﷺ juga bersabda,
«لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا، فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ»
“Sungguh salah seorang dari kalian mencari seikat kayu bakar (lalu dia pikul) di atas punggungnya, maka itu lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, lalu dia memberinya, atau menolaknya.”([2])
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote: