Allah ﷻ berfirman,
۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِالوَٰلِدَينِ إِحسَٰنًا إِمَّا يَبلُغَنَّ عِندَكَ ٱلكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَو كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنهَرهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَولًا كَرِيمًا ٢٣ وَٱخفِض لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرحَمهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا ٢٤
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia, dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.” (QS. al-Israa` (17): 23-24)
Dari Abu ‘Abdirrahman, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Aku pernah bertanya kepada Nabi ﷺ,
أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا»، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ» قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ»
“Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?
Beliau bersabda, ‘Shalat pada waktunya.’
Dia berkata, ‘Kemudian apa?’
Beliau bersabda, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’
Dia berkata, ‘Kemudian apa?’
Beliau bersabda, ‘Berjihad di jalan Allah.”([1])
Karenanya, disana terdapat peringatan dari berbuat durhaka kepada kedua orang tua; yaitu membuka kemurkaan Allah ﷻ terhadap hamba. Maka orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya silahkan dia melakukan apa yang dia lakukan dari pintu-pintu keburukan, dia tidak akan masuk neraka (selamanya), dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, silahkan melakukan apa yang dia lakukan dari pintu-pintu kebaikan, dia tidak akan masuk sorga. Dikarenakan durhaka kepada kedua orang tua adalah satu dosa besar dari dosa-dosa besar. Wallaahul musta’aan.
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote:
([1]) Muttafaqun ‘alaih, HR. al-Bukhari (504), Muslim (85)