Oleh: Muhammad Syahri
Sifat dan keutamaan Ratibah Ashar
Dalam hal ini, terdapat hadits dari Ibnu Umar L, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
« رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا »
“Mudah-mudahan Allah merahmati seseorang yang shalat empat rakaat sebelum ashar.”(1)
Empat rakaat sebelum ashar tersebut dilakukan dengan dua kali salam, berdasarkan keumuman hadits Ibnu Umar L,
« صَلاَةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى »
“Shalat malam dan siang adalah dua rakaat-dua rakaat.”(2) Inilah cara yang masyhur dan tegas dalilnya.
Boleh juga dengan satu kali salam sekaligus dengan dua kali tasyahhud (menurut pendapat sebagaian ulama), berdasarkan satu pemahaman dari hadits ‘Ashim bin Dhamrah, dia berkata, dulu kami bertanya kepada Ali I tentang tathawwu’ (shalat sunnah)nya Rasulullah ﷺ di siang hari, maka dia menjawab, ‘Sesungguhnya kalian tidak akan mampu.’ Maka kami berkata, ‘Beritakanlah kepada kami, kami akan ambil darinya semampu kami.’ Maka dia berkata, ‘Adalah Rasulullah ﷺ jika beliau selesai shalat subuh maka beliau menahan diri (dari shalat) hingga jika matahari dari sana –yaitu dari arah timur- seukuran shalat ashar dari arah sana –yaitu dari arah barat- maka beliau shalat dua rakaat, kemudian beliau menahan diri (dari shalat) hingga jika matahari dari arah sana –yaitu dari arah timur- seukuran shalat zhuhur dari arah sana –yaitu dari arah barat- maka beliau shalat empat rakaat. Kemudian beliau shalat empat rakaat sebelum zhuhur jika matahari telah zawal (masuk waktu zhuhur). Dan shalat dua rakaat setelahnya, empat rakaat sebelum ashar dengan memisahkan antara dua rakaat dengan salam kepada para malaikat muqarrabin, para nabi, dan orang yang mengikuti mereka dari kaum muslimin dan mukminin.’ Ali berkata, ‘Itulah enam belas rakaat tathawwu’ (sunnah) Rasulullah ﷺ di siang hari, dan sedikit sekali orang yang melanggengkannya.’(3)
Anda boleh juga shalat dua rakaat saja sebelum ashar berdasarkan keumuman hadits ‘Abdullah bin Mughaffal, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
« بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ – ثُمَّ قَالَ فِى الثَّالِثَةِ – لِمَنْ شَاءَ »
“Di antara setiap dua adzan(4), ada satu shalat, di antara setiap dua adzan ada shalat, -kemudian beliau berkata pada yang ketiga kali- bagi yang mau.”(5)
Maraji’:
-
Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnati wal Kitabil Aziz, ‘Abdul ‘Azhim bin Badawiy
-
Bughyatul Mutathowwi’ fi Shalatit Tathawwu’, Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul
-
Fiqhussunnah linnisa` wa ma yajibu an-Ta’rifahu Kullu Muslimatin min Ahkamin, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim
-
Shalatut Tathowwu’; Mafhum, wa Fadha`il, wa Aqsam, wa Anwa’, wa Aadaab, fi Dahu`il Kitabi was Sunnah, DR. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthaniy.
-
Tadzkirul Ghafil bi Fadhlin Nawafil, Abdullah bin Jarullah al-Jarullah
__________________________________________
Footnote:
1 Hasan, HR. Ahmad (4/203), at-Turmudzi (430), Abu Dawud (1271), dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah (1193), Shahih Sunan Abu Dawud (1/237)
2 Shahih, HR. an-Nasa`i (3/227), Ibnu Majah (1322), Shahih Sunan Ibnu Majah (1/221), Shahih Sunan an-Nasa`i (1/366)
3 Hasan, HR. at-Turmudzi (424, 429, 598), Ibnu Majah (1161), Silsilah al-Ahadits as-Shahihah (237)
4 Yang dimaksud dua adzan disini adalah adzan panggilan shalat dan iqamah untuk mendirikan shalat
5 Shahih, HR. al-Bukhari (627), Muslim (838), Abu Dawud (1269), at-Turmudzi (185), an-Nasa`i (2/28), Ibnu Majah (1162)