Petunjuk Nabi Dalam Makanan
- a. Cerita Istri Nabi tentang apa yang dicupakannya ketika makan.
عَنْ عَائِشَةَ radhiyallaahu ‘anha قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : (( إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ، فَإِنْ نَسِىَ فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ فِيْ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ )).
Dari Aisyah ia berkata : ” Rasulullah bersabda : ” Jika salah seorang diantara kalian makan, hendaklah ia mengucapkan Basmalah. Jika ia lupa pada awalnya, maka ucapkanlah olehnya : ” Dengan menyebut nama Allah di awal makan dan di akhirnya “. ([1])
- b. Kesederhanaan Nabi dan tidak mencela makanan.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ t قال : (( مَا عَابَ النَّبِيُّ ﷺ طَعَامًا قَطُّ, إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ )).
Dari Abu Hurairah ia berkata : ” Tidak pernah sekalipun Nabi mencela makanan, jika ia menyukainya ia memakannya, dan jika tidak menyukainya maka ia meninggalkannya “. ([2])
Ibnu Hajar rahimahullah berkata : ” Karena celaan terhadap makanan akan melukai hati yang membuat makanannya, yang masak makanan itu “.
- Sebagian suami memuji masakan sebagian istri saudaranya di depan istrinya yang mana hal tersebut bisa memicu permusuhan dan kekesalan diantara mereka.
- c. Pujian Nabi terhadap makanan.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ ، فَقَالُوا : مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ ، فَدَعَا بِهِ ، فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ ، وَيَقُولُ : (( نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ ، نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ )).
Dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi ﷺ menanyakan lauk pauk kepada keluarganya. Mereka menjawab : ” Kita tidak punya apa-apa selain cuka”. Maka Nabi menyuruh mengambil cuka itu, kemudian beiau pun makan dengan cuka itu, seraya berkata : ” Lauk pauk paling nikmat adalah cuka, lauk pauk paling nikmat adalah cuka “. ([3])
- d. Ucapan Nabi setelah selesai makan.
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ: أَنَّ النَّبِىَّ كَانَ إِذَا رَفَعَ مَائِدَتَهُ قَالَ: (( الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيهِ ، غَيْرَ مَكْفِىٍّ ، وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ ، رَبَّنَا )).
Dari Abu Umamah bahwa Nabi jika sudah beranjak dari hidangannya ia mengucapkan : ” Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik dan diberkahi di dalamnya, tidaklah merasa cukup, tidak bisa terlepas, dan tidak merasa kaya dari-Nya, wahai Tuhan kami “. ([4])
- e. Nabi melarang meniup makanan.
عَنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ أَبِيْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِيْهِ : (( أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَى نَهَى أَن يُتَنَفَّسَ فِي الإِنَاءِ )).
Dari Abdullah bin Abu Qatadah dari ayahnya : ” Bahwa Nabi melarang meniup makanan “. ([5])
- f. Istri Nabi memberitahukan makanan yang disukai Nabi.
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: (( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ )).
Dari Aisyah ia berkata : ” Rasulullah menyukai manisan dan madu “. ([6])
- g. Cerita istri Nabi tentang kesulitan hidup mereka.
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها ، أَنَّهَا قَالَتْ لِعُرْوَةَ ابْنَ أُخْتِى: (( إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلاَلِ، ثَلاَثَةَ أَهِلَّةٍ فِى شَهْرَيْنِ ، وَمَا أُوقِدَتْ فِى أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِr نَارٌ ، فَقُلْتُ يَا خَالَةُ : مَا كَانَ يُعِيشُكُمْ ؟ قَالَتِ: الأَسْوَدَانِ: التَّمْرُ وَالْمَاءُ، إِلاَّ أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ جِيرَانٌ مِنَ الأَنْصَارِ، كَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ ، وَكَانُوا يَمْنَحُونَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ من ألبانها، فيسقيناه)).
Dari Aisyah bahwa ia bercerita kepada Urwah anak saudarinya : ” Sungguh kami pernah melihat hilal, hilal dan hilal sebanyak tiga kali dalam dua bulan, tidak pernah ada api dinyalakan ( untuk masak ) di rumah-rumah Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu saya bertanya: “Apa yang menjadikan anda semua bertahan hidup ?”, ‘Aisyah menjawab: “Al aswadan” (kurma dan air), namun Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mempunyai tetangga dari orang-orang Anshor yang mempunyai onta yang susunya penuh. Mereka mengirimkan kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- susu tersebut maka kami semua meminumnya”. ([7])
- h. Nabi suka melibatkan keluarganya untuk makan enak.
عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ جَارًا لِرَسُولِ اللهِ فَارِسِيًّا كَانَ طَيِّبَ الْمَرَقِ، فَصَنَعَ لِرَسُولِ اللهِ ، ثُمَّ جَاءَ يَدْعُوهُ، فَقَالَ: (( وَهَذِهِ؟ )) لِعَائِشَةَ، فَقَالَ: لَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : (( لَا ))، فَعَادَ يَدْعُوهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : (( وَهَذِهِ؟ )) ، قَالَ: لَا، قَالَ رَسُولُ اللهِ : (( لَا ))، ثُمَّ عَادَ يَدْعُوهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : (( وَهَذِهِ؟ )) ، قَالَ: نَعَمْ فِي الثَّالِثَةِ، فَقَامَا يَتَدَافَعَانِ حَتَّى أَتَيَا مَنْزِلَهُ.
Dari Anas bahwa : ” Rasulullah mempunyai tetangga seorang bangsa Persia yang pandai memasak. Pada suatu hari dia memasak hidangan untuk Rasulullah . Setelah itu dia datang mengundang beliau. Beliau bertanya: “‘Aisyah bagaimana? orang itu menjawab: ‘Dia tidak!’, Rasulullah : “Kalau begitu aku juga tidak!”, orang ittu mengulangi undangannya kembali. Rasulullah bertanya: “‘Aisyah bagaimana?” orang itu menjawab: ‘Dia tidak!’, Rasulullah bersabda: “Kalau begitu aku juga tidak!” Orang itu mengulangi undangannya pula. Nabi bertanya: “‘Aisyah bagaimana?” Jawab orang itu pada ketiga kalinya; ‘Ya, ‘Aisyah juga.’ Maka Rasulullah pergi bersama ‘Aisyah ke rumah tetangga itu “. ([8])
(Diambil dari kitab, An-Nabiy Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam Baina Ahlihi, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ‘Abdullah al-Dhabi’iy)
[1] HR. Tirmidzi. Dishahihkan oleh al-Albani .
[2] Muttafaqun alaihi. ( al-Bukhari ( 5049) dan Muslim ( 2064 )).
[3] HR. Muslim (2052)
[4] HR. al-Bukhari (5458)
[5] HR. Muslim (267)
[6] HR. Bukhari (5431)
[7] Muttafaqun alaihi( al-Bukhari ( 5469 ) dan Muslim ( 2972 )). Ini lafazh hadits Muslim.
[8] HR. Muslim (2037)