Rasulullah ﷺ Bersama Keluarga Beliau (14) : Petunjuk Nabi Dalam Makanan

Petunjuk Nabi Dalam Makanan

    a. Cerita Istri Nabi tentang apa yang dicupakannya ketika makan.

 عَنْ عَائِشَةَ radhiyallaahu ‘anha  قَالَتْ :  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ  : (( إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ، فَإِنْ نَسِىَ فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ فِيْ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ )).

Dari Aisyah ia berkata : ” Rasulullah bersabda : ” Jika salah seorang diantara kalian makan, hendaklah ia mengucapkan Basmalah. Jika ia lupa pada awalnya, maka ucapkanlah olehnya : ” Dengan menyebut nama Allah di awal makan dan di akhirnya “. ([1])

    b. Kesederhanaan Nabi dan tidak mencela makanan.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ t قال : (( مَا عَابَ النَّبِيُّ ﷺ  طَعَامًا قَطُّ, إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ )).

Dari Abu Hurairah ia berkata : ” Tidak pernah sekalipun Nabi mencela makanan, jika ia menyukainya ia memakannya, dan jika tidak menyukainya maka ia meninggalkannya “. ([2])

 Ibnu Hajar rahimahullah berkata : ” Karena celaan terhadap makanan akan melukai hati yang membuat makanannya, yang masak makanan itu “.

  • Sebagian suami memuji masakan sebagian istri saudaranya di depan istrinya yang mana hal tersebut bisa memicu permusuhan dan kekesalan diantara mereka.
    c. Pujian Nabi terhadap makanan.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ  سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ ، فَقَالُوا : مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ ، فَدَعَا بِهِ ، فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ ، وَيَقُولُ : (( نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ ، نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ )).

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi ﷺ  menanyakan lauk pauk kepada keluarganya. Mereka menjawab : ” Kita tidak punya apa-apa selain cuka”. Maka Nabi menyuruh mengambil cuka itu, kemudian beiau pun makan dengan cuka itu, seraya berkata : ” Lauk pauk paling nikmat adalah cuka, lauk pauk paling nikmat adalah cuka “. ([3])

    d. Ucapan Nabi setelah selesai makan.

 عَنْ أَبِى أُمَامَةَ: أَنَّ النَّبِىَّ  كَانَ إِذَا رَفَعَ مَائِدَتَهُ قَالَ: (( الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيهِ ، غَيْرَ مَكْفِىٍّ ، وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ ، رَبَّنَا )).

Dari Abu Umamah bahwa Nabi jika sudah beranjak dari hidangannya ia mengucapkan : ” Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik dan diberkahi di dalamnya, tidaklah merasa cukup, tidak bisa terlepas, dan tidak merasa kaya dari-Nya, wahai Tuhan kami “. ([4])

    e. Nabi melarang meniup makanan.

عَنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ أَبِيْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِيْهِ : ((  أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ  نَهَى نَهَى أَن يُتَنَفَّسَ فِي الإِنَاءِ )).

Dari Abdullah bin Abu Qatadah dari ayahnya : ” Bahwa Nabi melarang meniup makanan “. ([5])

    f. Istri Nabi memberitahukan makanan yang disukai Nabi.

 عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها  قَالَتْ: (( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ )).

Dari Aisyah ia berkata : ” Rasulullah menyukai manisan dan madu “. ([6])

    g. Cerita istri Nabi tentang kesulitan hidup mereka.

 عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها   ، أَنَّهَا قَالَتْ لِعُرْوَةَ ابْنَ أُخْتِى: (( إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلاَلِ، ثَلاَثَةَ أَهِلَّةٍ فِى شَهْرَيْنِ ، وَمَا أُوقِدَتْ فِى أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِr نَارٌ ، فَقُلْتُ يَا خَالَةُ : مَا كَانَ يُعِيشُكُمْ ؟ قَالَتِ: الأَسْوَدَانِ: التَّمْرُ وَالْمَاءُ، إِلاَّ أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ  جِيرَانٌ مِنَ الأَنْصَارِ، كَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ ، وَكَانُوا يَمْنَحُونَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ  من ألبانها، فيسقيناه)).

Dari Aisyah bahwa ia bercerita kepada Urwah anak saudarinya : ” Sungguh kami pernah melihat hilal, hilal dan hilal sebanyak tiga kali dalam dua bulan, tidak pernah ada api dinyalakan ( untuk masak ) di rumah-rumah Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu saya bertanya: “Apa yang menjadikan anda semua bertahan hidup ?”, ‘Aisyah menjawab: “Al aswadan” (kurma dan air), namun Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mempunyai tetangga dari orang-orang Anshor yang mempunyai onta yang susunya penuh. Mereka mengirimkan kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- susu tersebut maka kami semua meminumnya”. ([7])

    h. Nabi suka melibatkan keluarganya untuk makan enak.

   عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ جَارًا لِرَسُولِ اللهِ  فَارِسِيًّا كَانَ طَيِّبَ الْمَرَقِ، فَصَنَعَ لِرَسُولِ اللهِ ، ثُمَّ جَاءَ يَدْعُوهُ، فَقَالَ: (( وَهَذِهِ؟ )) لِعَائِشَةَ، فَقَالَ: لَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ  : (( لَا ))، فَعَادَ يَدْعُوهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : (( وَهَذِهِ؟ )) ، قَالَ: لَا، قَالَ رَسُولُ اللهِ : (( لَا ))، ثُمَّ عَادَ يَدْعُوهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : (( وَهَذِهِ؟ )) ، قَالَ:  نَعَمْ فِي الثَّالِثَةِ، فَقَامَا يَتَدَافَعَانِ حَتَّى أَتَيَا مَنْزِلَهُ.

Dari Anas bahwa : ” Rasulullah  mempunyai tetangga seorang bangsa Persia yang pandai memasak. Pada suatu hari dia memasak hidangan untuk Rasulullah . Setelah itu dia datang mengundang beliau. Beliau bertanya: “‘Aisyah bagaimana? orang itu menjawab: ‘Dia tidak!’, Rasulullah : “Kalau begitu aku juga tidak!”, orang ittu mengulangi undangannya kembali. Rasulullah bertanya: “‘Aisyah bagaimana?” orang itu menjawab: ‘Dia tidak!’, Rasulullah bersabda: “Kalau begitu aku juga tidak!” Orang itu mengulangi undangannya pula. Nabi bertanya: “‘Aisyah bagaimana?” Jawab orang itu pada ketiga kalinya; ‘Ya, ‘Aisyah juga.’ Maka Rasulullah pergi bersama ‘Aisyah ke rumah tetangga itu “. ([8])

(Diambil dari kitab, An-Nabiy Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam Baina Ahlihi, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ‘Abdullah al-Dhabi’iy)

[1] HR. Tirmidzi. Dishahihkan oleh al-Albani .
[2] Muttafaqun alaihi. ( al-Bukhari ( 5049) dan Muslim ( 2064 )).
[3] HR. Muslim (2052)
[4] HR. al-Bukhari (5458)
[5] HR. Muslim (267)
[6] HR. Bukhari (5431)
[7] Muttafaqun alaihi( al-Bukhari ( 5469 ) dan Muslim ( 2972 )). Ini lafazh hadits Muslim.
[8] HR. Muslim (2037)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *