03. Qiyamullail Nabi ﷺ di dalam Ramadhan

 

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رضي الله عنه: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ حُجْرَةً – قَالَ: حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ مِنْ حَصِيرٍ – فِي رَمَضَانَ، فَصَلَّى فِيهَا لَيَالِيَ، فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَلَمَّا عَلِمَ بِهِمْ جَعَلَ يَقْعُدُ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ: «قَدْ عَرَفْتُ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ صَنِيعِكُمْ)رواه البخاري

 

Dari Zaid bin Tsabit I, bahwa Rasulullah ﷺ membuat sebuah bilik –dia berkata, ‘Aku mengira bahwa dia berkata, ‘…dari jerami…’- pada bulan Ramadhan. Lalu beliau shalat di dalamnya beberapa malam. Kemudian shalatlah manusia dari para sahabat beliau dengan shalat beliau. Maka tatkala beliau mengetahui mereka, maka beliupun duduk. Kemudian keluar kepada mereka seraya bersabda, ‘Sungguh aku telah mengetahui apa yang kulihat dari perbuatan kalian.” (HR. al-Bukhari)

 

Wahai hamba-hamba Allah,

 

1. Perhatianlah dengan shalat malam Ramadhan, dan hendaknya shalat Anda karena iman dengan disyariatkannya (disunnahkannya) shalat malam Ramadhan, dan agar Anda berharap pahala di sisi Allah di dalam mendirikan malam tersebut.

 

Berdasarkan hadits Abu Hurairah I, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

 

“Barangsiapa berdiri (shalat pada malam) Ramadhan karena Iman dan mencari pahala, maka diampuni untuknya apa yang telah berlalu dari dosanya.” (HR. al-Bukhari)

 

2. Dan ketahuilah bahwa mendirikan shalat malam di dalam Ramadhan tidaklah wajib, akan tetapi hanya sunnah saja. Dan di dalamnya terdapat keutamaan yang sangat agung.

 

Berdasarkan hadits Abu Hurairah I, dia berkata, ‘Adalah Rasulullah ﷺ memberikan dorongan untuk mendirikan shalat malam Ramadhan tanpa memerintah mereka dengan kuat. Maka beliau ﷺ bersabda,

 

«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

 

“Barangsiapa mendirikan (shalat malam) Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka diampuni untuknya apa yang telah berlalu dari dosanya.” Kemudian Rasulullah  wafat, dan perkara tersebut tetap berada seperti itu, kemudian seperti itu pula di masa kekhilafahan Abu Bakar, kemudian barulah muncul dari kekhilafahan ‘Umar atas yang demikian (yaitu dengan bentuk berjama’ah yang syi’ar di masjid-masjid, -pent)

 

3. Dan jika Anda shalat bersama dengan imam, maka janganlah Anda berpaling (menyelesaikan shalat sebelum imam selesai) hingga imam berpaling (menyelesaikan shalatnya).

 

Berdasarkan hadits Abu Dzar I,

 

«إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ»

 

“Sesungguhnya seseorang, jika dia shalat bersama dengan imam, hingga dia selesai, maka dihitung untuknya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa`iy)

 

4. Jika Anda telah shalat bersama dengan imam, maka teruslah bersama dengannya sekalipun dia shalat lebih dari sebelas rakaat, dikarenakan tidak ada bagi shalat malam Ramadhan suatu bilangan tertentu yang dibatasi. Dan carilah seorang imam yang alim, lagi faqih, yang mempraktekkan shalat sebagaimana datang dari Nabi ﷺ.

 

Dan jika imam tersebut bagus suaranya hingga membuat Anda khusyu’ di dalam shalat Anda di belakangnya, maka shalatlah di belakangnya.

 

Berdasarkan hadits Jabir I, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

إِنَّ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ الَّذِي إِذَا سَمِعْتُمُوهُ يَقْرَأُ حَسِبْتُمُوهُ يَخْشَى اللهَ

“Sesungguhnya termasuk diantara orang yang paling bagus suaranya dengan al-Qur`an adalah orang yang jika kalian mendengar dia membaca al-Qur`an, maka kalian menilainya dia sedang takut kepada Allah.” (HR. Ibnu Majah)

 

5. Jika Anda shalat tarawih, maka perbagusilah shalat Anda, dan panjangkan, atau shalatlah di belakang imam yang memperbagusi shalat dan memanjangkannya.

 

Berdasarkan hadits dari Abu Salamah bin ‘Abdirrahman, bahwa dia pernah bertanya kepada ibunda ‘Aisyah J, bagaimanakah shalatnya Rasulullah ﷺ di dalam bulam Ramadhan, maka dia menjawab,

 

مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي

“Tidak pernah Rasulullah ﷺ menambah di dalam bulan Ramadhan, tidak juga di selainnya lebih dari sebelas rakaat; beliau shalat empat rakaat, maka jangan engkau bertanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat, maka jangan engkau bertanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat. Lalu ‘Aisyah berkata, ‘Maka aku katakan, ‘Wahai Rasulullah, tidakkah Anda tidur sebelum Anda witir? Maka beliau ﷺ bersabda, ‘Wahai ‘Aisyah, sesungguh kedua mataku tidur, sementara hatiku tidak tidur.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

 

Dan berdasar hadits Jabir I, dia berkata,

 

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّلَاةِ أَفْضَلُ قَالَ طُولُ الْقُنُوتِ

‘Rasulullah ﷺ ditanya tentang shalat manakah yang paling utama, maka beliau menjawab, yang panjang berdirinya (membaca al-Qur`an).” (HR. Muslim)

 

6. Jika Anda shalat tarawih bersama dengan imam, lalu dia memanjangkannya hingga dekat fajar, maka janganlah Anda termasuk golongan orang-orang yang bosa. Akan tetapi teruslah bersama imam di dalam shalatnya.

 

Berdasarkan hadits Abu Dzar I, dia berkata,

 

صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ فَلَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنْ الشَّهْرِ حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ فَلَمَّا كَانَتْ السَّادِسَةُ لَمْ يَقُمْ بِنَا فَلَمَّا كَانَتْ الْخَامِسَةُ قَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا قِيَامَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ قَالَ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ قَالَ فَلَمَّا كَانَتْ الرَّابِعَةُ لَمْ يَقُمْ فَلَمَّا كَانَتْ الثَّالِثَةُ جَمَعَ أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ وَالنَّاسَ فَقَامَ بِنَا حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلَاحُ قَالَ قُلْتُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِقِيَّةَ الشَّهْرِ

“Kami berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah ﷺ, maka beliau tidak berdiri shalat bersama kami dengan sesuatupun dari bulan tersebut hingga tersisa tujuh hari. Lalu beliau shalat bersama kami hingga sepertiga malam. Maka pada hari (sisa) yang keenam, beliau tidak berdiri shalat bersama kami. Maka pada saat (sisa hari) yang kelima, beliau berdiri shalat bersama kami hingga separuh malam. Maka saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, seandainya Anda melakukan shalat nafilah bersama kami untuk mendirikan malam ini?’ Maka dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Sesungguhnya seseorang jika dia shalat bersama imam, hingga selesai, maka dihitung untuknya shalat sepanjang malam.’ Dia berkata, ‘Maka pada malam (sisa) yang keempat, beliau tidak berdiri shalat. Maka pada malam (sisa) yang ketiga, beliau mengumpulkan keluarga, istri-istri beliau, dan manusia. Lalu beliau shalat bersama dengan kami hingga kami khawatir kehilangan falah.’ Dia berkata, ‘Saya katakan, ‘Apa itu al-falah, maka dia menjawab, ‘sahur’. Kemudian beliau tidak berdiri shalat (bersama kami) sisa bulan tersebut.’ (HR. Abu Dawud)

 

7. Yang paling utama di dalam mendirikan malam Ramadhan adalah dengan dua rakaat (salam) dua rakaat (salam), dan menutup shalat malam dengan witr.

 

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar L, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang shalat malam; maka beliau ﷺ menjawab,

 

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مثنى، فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ، صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

“Shalat malam itu dua (rakaat) dua (rakaat), maka salah seorang diantara kalian menkhawatirkan (masuknya) waktu subuh, maka dia shalat satu rakaat yang menutup untuknya, shalat-shalat yang telah dilakukannya.” (HR. al-Bukhari Muslim)

 

Dan berdasarkan sabda beliau ﷺ,

 

اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا

 

“Jadikanlah witir (ganjil) sebagai akhir dari shalat kalian di waktu malam.” (HR. al-Bukhari Muslim)

 

(Pelajaran Ketiga Dari Kitab an-Nabiy Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallama fii Ramadhaan (Tsalaatsuuna Darsan), Syaikh Muhammad bin Syami bin Mutho’in Syaibah, dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *