Oleh: Ust. Muslim al-Atsari
HADITS MALIK BIN AL-HUWAIRITS I
عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مَالِكٌ، أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا، فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدِ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا – أَوْ قَدِ اشْتَقْنَا – سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ، قَالَ: «ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ – وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لاَ أَحْفَظُهَا – وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ»
Dari Abu Qilabah, dia berkata: Malik (bin Al-Huwairits) bercerita kepada kami: “Kami pernah mendatangi Nabi sholallohu ‘alaihi was salam, dan kami beberapa pemuda yang sebaya, kami tinggal di sisi beliau selama dua puluh hari dan malam. Dan Rosululloh sholallohu ‘alaihi was salam adalah seorang yang pengasih dan lembut. Ketika beliau menyangka bahwa kami telah rindu kepada kelaurga kami, beliau bertanya kepada kami mengenai orang-orang yang kami tinggalkan, maka kami menceritakan kepada beliau. Beliau bersabda: “Kembali-lah kepada keluarga kamu, kemudian tinggal-lah bersama mereka, ajarilah mereka, perintahkanlah mereka (dengan yang ma’ruf) – dia menyebutkan beberapa perkara yang aku hafal atau tidak hafal-, dan sholatlah seperti kamu melihat aku sholat. Jika waktu sholat sudah dating, hendaklah salah seorang dari kamu beradzan, dan orang yang paling tua dari kamu menjadi imam”.([1])
FAWAID:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:
1- Kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu agama kepada ulama.
2- Semangat para sahabat rihlah (melakukan perjalanan) untuk menuntut ilmu. Seperti yang dilakukan oleh Malik bin Al-Huwairits dan para pemuda sebayanya.
3- Rosululloh sholallohu ‘alaihi was salam adalah seorang yang pengasih dan lembut kepada umatnya.
4- Kewajiban penuntut ilmu kembali ke daerahnya untuk mengajarkan agama kepada masyarakatnya.
5- Kehati-hatian Salaf di dalam meriwayatkan hadits. Sebab berdusta atas nama Nabi merupakan dosa besar yang diancam dengan neraka.
6- Kewajiban melaksanakan sholat seperti sholat Nabi.
7- Kewajiban beradzan ketika waktu sholat sudah datang.
8- Orang yang paling berhak menjadi imam adalah yang lebih banyak hafalan Al-Qur’an, kemudian lebih banyak memahami Sunnah. Jika sama, maka yang paling tua umurnya.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.
Sragen, Dhuha Kamis, 27-Shofar-1442 H / 15-Oktober-2020 M
_______________
Footnote
([1]) HR. Bukhori, no. 631, 7246 –ini lafazh imam Bukhori-,; Muslim, no. 292/674