Hadits-Hadits Fadhoil al-Qur`an (32) Perintah Menghiasi Al-Qur’an Dengan Suara Yang Indah
Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy hafizhahullah
HADITS AL-BAROO’ BIN ‘AZIB radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ»
Dari Al Baroo` radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kamu”.([1])
Di dalam riwayat lain dengan lafazh:
«زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ، فَإِنَّ الصَّوْتَ الْحَسَنَ يَزِيدُ الْقُرْآنَ حُسْنًا»
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kamu. Karena sesungguhnya suara yang bagus akan menambah kebagusan Al-Qur’an”.([2])
Di dalam riwayat lain dengan lafazh:
«حَسِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ، فَإِنَّ الصَّوْتَ الْحَسَنَ يَزِيدُ الْقُرْآنَ حُسْنًا»
“Baguskanlah Al-Qur’an dengan suara kamu. Karena sesungguhnya suara yang bagus akan menambah kebagusan Al-Qur’an”.([3])
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:
1- Perintah membaguskan suara atau melagukan suara ketika membaca kitab suci Al-Qur’an.
Imam Ibnul Baththool rahimahullaah (wafat th 449 H) menyebutkan perselisihan ulama tentang makna hadits ini dengan dua makna:
1) Melagukan Al-Qur’an. Yaitu menghiasinya dengan suara yang menyenangkan bagi pendengarnya, yang melembutkan hati dari keras menjadi khusyu’. Namun bukan melagukan dengan lagu-lagu baru (yang menyerupai musik).
2) Mengihiasai suara dengan Al-Qur’an. Dengan anggapan hadits di atas matannya maqlub (kalimatnya terbalik). Yaitu menyibukkan lidah dengan membaca Al-Qur’an dan menjadikan sebagai kebiasaan. Maknanya bukan memperindah bacaan Al-Qur’an.
Pendapat yang rojih (kuat), adalah membaguskan suara (melagukan). Hal ini diketahui hadits kedua yang jelas maknanya dan hadits–hadits lain yang telah lewat tentang anjuran dan perintah melagukan Al-Qur’an.([4])
2- Terkadang sebagian ulama salah memahami makna sebuah hadits, dengan sebab tidak mengetahui adanya riwayat lain yang lebih sempurna kalimatnya. Memang tidak ada yang ma’shum di kalangan umat ini kecuali Nabinya.
3- Di antara metode memahami Sunnah atau hadits Nabi adalah dengan mengumpulkan riwayat-riwayat semakna dan melihat tambahan riwayat yang ada, lalu memahaminya secara utuh, sehingga tidak salah memahami karena hanya melihat satu riwayat saja.
4- Al-Qur’an adalah kalamulloh (perkataan Alloh), bukan makhluk, dengan huruf dan suara. Termasuk Al-Qur’an yang dibaca oleh manusia kalamulloh (perkataan Alloh), bukan ungkapan atau kiasan dari kalamulloh (perkataan Alloh).
5- Hendaklah berusaha membaca Al-Qur’an dengan seindah-indahnya, dengan tartil dan tajwid yang benar, tanpa mengikuti lagu-lagu qiro’ah yang menyerupai musik.
6- Berusaha mendapatkan kenikmatan dan kelezatan dengan membaca atau mendengarkan Al-Qur’an.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh ﷻ selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju Sorga-Nya yang penuh kebaikan.([5])
_________________
Footnote:
([1]) HR. Nasai, no. 1015, 1016; Abu Dawud, no. 1468; Ibnu Majah, no. 1342; Ahmad, no. 18494, 18516, 18616, 18704, 18709; Ibnu Khuzaimah, no. 1551, 1556; Ibnu Hibban, no. 749. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth.
Hadits ini juga diriwayatkan dari Abu Huroiroh, HR. Ibnu Hibban, no. 750
([2]) HR. Al-Hakim, no. 2125. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Al-Jami’, no. 3581, juga di dalam Ash-Shohihah, no. 771
([3]) HR. Ad-Darimiy, no. 3544. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Al-Jami’, no. 3145. Juga oleh Syaikh Husen Salim Asad, peneliti Sunan Ad-Darimiy
([4]) Lihat: Syarah Shohih Al-Bukhori, 10/544-545, karya Ibnu Baththool; Dzakhirotul ‘Uqba, 13/13, karya Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam
([5]) Sragen, Jum’at Dhuha, 6-Dzulhijjah-1442 H / 16-Juli-2021