Mengikuti (menjawab) adzan akan memasukkan sorga, dan dengannya dosa-dosa akan diampuni.
24-1. Dari ‘Umar bin al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، فَقَالَ أَحَدُكُمُ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، قَالَ: لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ، قَالَ: لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، ثُمَّ قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Jika muadzdzin mengucapkan Allaahu akbar Allaahu akbar, lalu salah seorang dari kalian mengucapkan Allaahu akbar Allaahu akbar; kemudian muadzdzin berkata asyhadu allaa ilaaha illallaah, kemudian ia (salah seorang dari kalian) berkata asyhadu allaa ilaaha illallaah; kemudian muadzdzin berkata asyhadu anna muhammadan rasuulullaah, kemudian ia (salah seorang dari kalian) berkata asyhadu anna muhammadan rasuulullaah; kemudian muadzdzin berkata hayya ‘alashshalaah, kemudian ia (salah seorang dari kalian) berkata laa haula walaa quwwata illaa billaah; kemudian muadzdzin berkata hayya alal falaah, kemudian ia (salah seorang dari kalian) berkata laa haula walaa quwwata illaa billaah; kemudian muadzdzin berkata Allaahu akbar Allaahu akbar, kemudian ia (salah seorang dari kalian) berkata Allaahu akbar Allaahu akbar, kemudian muadzdzin berkata laa ilaaha illallaah, lalu ia (salah seorang dari kalian) berkata laa ilaaha illallaah dari hatinya, maka dia masuk sorga.”([1])
25-2. Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau bersabda,
«مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ»
“Barangsiapa membaca saat mendengar muadzdzin, asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariika lahuu wa anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluhu, radhiitu billaahi rabban, wa bimuhammadin rasuulan, wa bil islaami diinan (Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, aku Ridha Allah sebagai Tuhan(ku), Muhammad sebagai seorang Rasul, dan Islam sebagai sebuah agama(ku)), maka diampunilah untuknya dosanya.”([2])
(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
_____________________________________
Footnote:
([1]) Muslim, Kitab as-Shalaat, Bab Disunnahkannya Mengucapkan Semisal Ucapan Muadzdzin Bagi Orang Yang Mendengarnya, no. 385.
([2]) Muslim, Kitab as-Shalaat, Bab Disunnahkannya Mengucapkan Semisal Ucapan Muadzdzin Bagi Orang Yang Mendengarnya, no. 386.