Dengannya derajat ditinggikan, dan dengannya dosa dan kesalahan diampuni.
52-1. Dari Abu Umamah radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau ﷺ bersabda,
«عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ؛ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ»
“Hendkanya kalian mendirikan shalat malam, karena ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan ia adalah pendekatan diri kepada Rabb kalian, penghapus kesalahan-kesalahan, dan penghalang bagi dosa.”([1])
53-2. Shalat malam adalah termasuk diantara sebesar-sebesar sebab masuk sorga.
Dari ‘Abdullah bin Sallam radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Saat Nabi ﷺ mendatangi Madinah, maka manusiapun berlarian dengan bergegas menuju ke arah beliau, dan dikatakan, ‘Rasulullah ﷺ telah datang, Rasulullah ﷺ telah datang, tiga kali. Maka akupun datang di tengah manusia untuk melihat. Maka tatkala aku telah memperjelas wajah beliau, aku mengetahui bahwa wajah beliau adalah bukan wajah para pendusta. Maka perkara pertama yang saya mendengar beliau berbicara dengannya adalah bahwa beliau bersabda,
«يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلاَمَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِالَّليْلِ وَالنَّاسُ نِيامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ»
“Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah tali rahim, dan shalatlah kalian di waktu malam sementara manusia dalam keadaan tidur; kalian akan masuk sorga dengan selamat.”([2])
54-3. Kemuliaan seorang mukmin adalah pada qiyaamullail.
Berdasarkan hadits Sahl bin Sa’d radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Jibril ‘alaihissalaam datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata,
«يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ» ثم قال: «يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُ الَّليْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ»
“Wahai Muhammad, hiduplah sekehendakmu, karena sesungguhnya Engkau akan mati; cintailah orang yang kau kehendaki, karena sesungguhnya Engkau akan berpisah dengannya; dan berbuatlah sekehendakmu karena Engkau akan dibalas dengannya.” Kemudian dia berkata, “Wahai Muhammad, kemuliaan seorang mukmin adalah shalat malam, dan kehormatannya adalah ketidak butuhannya dia dari (meminta-minta) manusia.”([3])
55-4. Membaca al-Qur`an di dalam shalat malam adalah ghanimah (harta rampasan perang) yang agung.
Berdasarkan hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ قَامَ بِعَشْرِ آيَاتٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَمَنْ قَامَ بِمِائَةِ آيَةٍ كُتِبَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَمَنْ قَامَ بِأَلْفِ آيَةٍ كُتِبَ مِنَ الْمُقَنْطِرِينَ»
“Barangsiapa berdiri shalat malam dengan membaca sepuluh ayat, maka dia tidak ditulis sebagai golongan orang-orang yang lalai; dan barangsiapa berdiri shalat dengan membaca seratus ayat, maka ditulis termasuk golongan orang-orang yang khusyuk dalam ketaatan; dan barangsiapa berdiri shalat dengan membaca seribu ayat, maka ditulis termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan qinthar([4]).”([5])
56-5. Shalat malam, di dalamnya do’a-do’a akan dijawab, dan dengannya dosa-dosa akan diampuni.
Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda,
«يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ الَّليْلِ الآخِرِ فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتِغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ؟ [فَلاَ يَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّى يُضِيءَ الْفَجْرُ]»
“Tuhan kita ﷻ turun pada setiap malam ke langit dunia saat tersisa sepertiga malam yang terakhir, lantas berfirman, ‘Siapakah yang berdo’a kepada-Ku, lalu Aku akan jawab untuknya? Siapakah yang meminta kepada-Ku lalu Aku berikan kepadanya permintaannya? Siapakah yang beristighfar kepada-Ku lalu Aku ampuni dia? [Maka tiada hentinya demikian, hingga fajar menyingsing].”([6])
57-6. Dari Jabi radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
«إِنَّ فِي الَّليْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ خَيْراً مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ»
“Sesungguhnya pada malam hari benar-benar terdapat satu waktu, yang tidaklah seorang hamba muslim bertepatan dengan waktu itu dia berdo’a kepada Allah meminta kebaikan dari perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah berikan permintaan itu kepadanya. Dan yang demikian itu ada pada setiap malam.”([7])
58-7. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ الَّليْلِ فَصَلَّى، ثُمَّ أَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ الَّليْلِ فَصَلَّتْ، ثُمَّ أَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ»
“Mudah-mudahan Allah merahmati seorang laki-laki yang berdiri pada bagian malam, kemudian dia shalat, lalu dia bangunkan istrinya kemudian shalat. Jika si istri enggan, maka dia percikkan air di wajah istrinya. Dan mudah-mudahan Allah merahmati seorang wanita, dia berdiri pada bagian malam, lalu shalat, kemudian dia bangunkan suaminya, maka jika si suami enggan, dia percikkan air pada wajahnya.”([8])
59-8. Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda,
«إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ الَّليْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ»
“Jika seorang laki-laki bangun di bagian malam, lalu dia bangunkan istrinya, kemudian keduanya shalat dua rakaat, maka keduanya ditulis termasuk golongan kaum laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir mengingat Allah.”([9])
(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
_____________________________________
Footnote:
([1]) Dikeluarkan oleh at-Tirmidzi, Kitaab ad-Da’waat, Bab Haddatsanaa al-Hasan bin ‘Arafah, no. 3549; Ibnu Khuzaimah, 2/276, no. 1135; at-Thabraniy dalam al-Kabiir, 8/92, no. 7466, dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Tirmidzi no. 2814, dan di dalam Irwaa’ al-Ghaliil no. 452.
([2]) Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan lafazhnya, Kitaab al-Ath’imah, Bab Memberi Makanan, no. 3251, Kitaab Iqaamatusshalaati Wassunnatu Fiiha, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Shalat Malam, no. 1334; at-Tirmidzi, Kitaab Shifaat al-Qiyaamah, Bab Hadits Tebarkan Salam, no. 2485, dan di dalam Kitab al-Birri wa as-Shilah, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Ucapan Yang Ma’ruf, no. 1984; al-Hakim 3/13; Ahmad 5/451, dan dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahaadiits as-Shahiihah, no. 569, dan dalam Irwaa` al-Ghaliil 3/239.
([3]) Dikeluarkan oleh al-Hakim, 4/325, dan dia menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabiy. Sanadnya dihasankan oleh al-Mundziriy dalam at-Targhiib wa at-Tarhiib, 1/640, dan dia menganggapnya berasal dari at-Thabraniy dalam al-Ausath, dan al-Haitsami mengisyaratkan ketsabitannya di dalam Majma’ az-Zawaa-id, 2/253 dan menganggapnya berasal dari at-Thabraniy di dalam al-Ausath, dihasankan oleh al-albaniy dalam Silsilah al-Ahaadiits as-Shahiihah, no. 831, dan dia menyebut tiga jalur baginya; dari ‘Aliy, dari Sahl, dan dari Jabir radhiyallaahu ‘anhum.
([4]) Al-Muqanthiriin, yaitu termasuk golongan orang yang dituliskan pahala qinthar baginya. At-Targhiib wa At-Tarhiib, milik al-Mundziri, 1/495.
([5]) Abu Dawud, Kitaab Syahru Ramadhan, Bab Pembagian Hizib al-Qur`an, no. 1398; Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, 2/181, no. 1142, dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abu Dawud, 1/263, dan di dalam Silsilah al-Ahaadiits as-Shahiihah, no. 643.
([6]) Muttafaqun ‘alaih; al-Bukhari, Abwaabu at-Tahajjud, Bab Do’a Dan Shalat Dari Akhir Malam, no. 1145; Muslim, Kitaab Shalat Al-Musaafiriin Wa Qashruha, Bab Dorongan Dalam Berdo’a’ Dan Berdzikir Di Akhir Malam Dan Pengkabulan Do’a Di Dalamnya, no. 758.
([7]) Muslim, Kitaab Shalaatu al-Musaafiriin, Bab Di Dalam Malam Hari Ada Satu Waktu Yang Do’a Didalamnya Dikabulkan, no. 757.
([8]) An-Nasa-iy, Kitaab Qiyaamullail wa Tathawwu’ an-Nahaar, Bab Anjuran Dalam Qiyaamullail, no. 1610; Ibnu Majah, Kitaab Iqaamatu as-Shalaati Wa as-Sunnah Fiihaa, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Orang Yang Membangunkan Keluarganya Di Bagian Malam, no. 1336; Abu Dawud, Kitaab at-Tathawwu’, Bab Qiyaamullail, no. 1308, dan dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Sunan an-Nasaa-iy, 1/354.
([9]) Ibnu Majah, Kitaab Iqaamatushshalaat, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Orang Yang Membangunkan Keluarganya Di Bagian Malam, no. 1335; Abu Dawud, Kitaab at-Tathawwu’, Bab Shalat Malam, no. 1309, dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/243.